⊱┊A―18

533 63 23
                                    

Inferno

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Inferno.

Sebagaimana rangken besi baja mengurung, sepasang lengan kokoh betah tahan pergerakan seraga lungkrah di atas tilam. Si hipokrit Kim Jungkook masih setia memberi penahanan. Obsidian tajamnya memandang dengan puja yang terselip, tak memungkiri jikalau Jungkook masih menyukai jelaga inosen si perempuan tawanan kakaknya ini.

Seusai melepas tangannya yang membekap dan Jean mulai lebih tenang, kalakian Jungkook hanya amati seraut kenelangsaan si perempuan dalam-dalam. Nikmati selagi memiliki kesempatan. Jemarinya hinggap usapi surai yang basah sebab keringat, hingga hasilkan suara minim-sangat minim―terdengar eksak.

“Jangan.” Jungkook dengarkan seksama, tatkala ranum gemetar itu berucap hampir tidak bersuara. Walakin, jemari pilih membelai turuni pipi yang basah, usapi secara kehati-hatian takut-takut menyakiti.

Dalam hitungan detik ia terhanyut, barangkali Jungkook tetiba telah mendapati kesadarannya kembali seusai dimabuk akan perasaan salah. Ia menarik undur jemarinya genggam udara kosong. Embusan napasnya terlepas kasar terpai roman pucat Jean yang pandangi Jungkook penuh kuriositas. Apakah lelaki ini baik, atau sama saja dengan Kim Taehyung?

Berdebarnya setral hidup Jungkook tahan-tahan supaya tidak membeludak, hingga lepasnya kontrol diri. Jean bergerak minim yang mana itu turut mengontrol tubuh Jungkook memberi kenyamanan. Aura dominannya tak amat kentara, entah tetapi Jean lebih rasai energi positif di balik takroma tajam itu dalam memandang. Dapat dibilang, Jean telah nyaman dengan bundaran yang menahannya kini. Berbeda saat ia didominasi oleh Taehyung. Meski awalnya pun Jean reflek sama terancam.

Jean telak terdistraksi akan roman paripurnanya Kim Jungkook di atasnya. Alih-alih ketakutan itu membara. Inferno tidak lagi ia temukan dalam diri si lelaki ini. Jean tidak merasakannya meski takroma itu tatapi ia; semakin menajam bagai belati yang hendak menusuk. Ia balas menatap seolah berani, berbeda, sangat berbeda ketika itu adalah netra Kim Taehyung; Jean hanya akan sanggup menangis, menunduk dan memejam. Barangkali tidak akan selama ini peraduannya.

Jungkook mengangkat raganya sedikit guna menarik selimut yang melorot untuk menutupi bagian tubuh privat Jean yang terumbar. Perlindungan. Jean merasakannya. Dan Jungkook tidak menyadari diri sendiri dalam bertindaknya.

Bertahan netra saling beraduan pada tenang, dalam debaran anomali yang candu untuk Jungkook rasai. Serebrum berperang lawan perasaan yang timbul kembali. Kelesah, candu, keinginan dan hendak melepas. Jungkook kelakon mendambai momen di mana ia akan menatapi obsidian semekar mawar bukan yang sebasah teratai. Secarik bibir yang indah getarkan bahagia bukan getarkan rasa nelangsa.

“Apa kau selalu seintim ini bersama istriku?” Suara itu.

Sekonyong-konyong Jungkook rebahkan tubuh di samping Jean yang langsung gelisahan. Eksisnya Kim Taehyung yang usai tutup pintu ruangan, lajunya kaki perlahan kikiskan jarak. Jelaganya mengarah tajam nan intimidasi, bergantian tatapi Jungkook lantas Jean.

𝐀𝐠𝐫𝐞𝐞𝐦𝐞𝐧𝐭 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang