⊱┊A―20

377 49 29
                                    

Konstelasi menjauh dari awangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Konstelasi menjauh dari awangan. Tatkala ia dibawa keluar dari ruang sekapnya, tiada yang lebih baik. Kendati limitasi gerak tak seterbatas sebelumnya. Kaki sanggup menapaki lantai lebih dari lima belas langkah ke depan. Netranya menemui banyak titik pusat yang berbeda. Meski lakonnya tetap saja nelangsa. Ada berbagai kuriositas yang berpijak-pijak di dalam kepala. Pening, mual. Jean sempat memuntahkan isi perut saat dititahkan untuk bersiap.

Dinginnya lantai, kaki tanpa alas di dalam gaun yang menjelarah sebab terlalu panjang dan menelannya melaku kecil-kecil. Lengan telah dituntun untuk ditunjukan arah. Tiada Taehyung yang seperti biasa menghampiri. Hanya satu pelayan.

Degupan abnormal menjarah daksanya kaku nan takut. Ada tiga pasang netra yang memandang dengan raut masing-masing. Bilamungkin, Jean ingin lari dan lepas, kendati pun ia tidak paham mana jalannya untuk keluar dari rumah gedung ini.

Wah, kurasa makan malam kali ini akan jauh lebih nikmat.” Kim Jungkook bersama tawanya yang menguar.

“Bisakah kau diam saja Kim Jungkook.” Desis muak, Seorin membuang muka setelah sekilas liat peroman Jungkook dan senyumnya yang menawan. Sial. Anak itu tidak akan pernah mau patuh. Mendorong kembali kesalnya hati, Seorin memilih untuk abaikan kemudian.

“Apa kau baru saja menunjukan kalimat kecemburuan, Mam?”

Apalagi? Kim Seorin ingin tusukan garpu di hadapannya hingga membaret wajah tampan anak lainnya itu. Berandalan kecil itu hanya tahu cara mengganggu, ya.

“Jaga omong kosongmu.”

Jean telah dibantu duduk, berseberangan dengan Kim Jungkook dan berada di sebelah Taehyung. Menemui pasang netra yang seolah berbicara, ia akan baik-baik saja. Tangannya di atas pangkuan diremat kuat-kuat. Reminisensi kejadian hari lalu terputar dalam ingatan. Kim Jungkook membantunya, iya, Jean mengakui jika barangkali Jungkook berbeda dari Taehyung. Dan rupanya mungkin ia tak salah dalam menaruhkan sedikit harapan. Dengan mendorong Taehyung hingga punggung menghantam lemari kayu, dan lantas memberinya selimut untuk tutupi raga yang tak berbusana. Kala itu, Jean terduduk dengan gemetar, kakinya menekuk tutupi tubuh bagian depan yang polos, ada memar baru pada tangan sebab tarikan yang dilakukan Taehyung untuk membuatnya jatuh ke lantai. Lama menunggu Jean meraih kain yang ia sodorkan, Kim Jungkook tak sabar akhirnya belebatkan selimut dengan desisan yang menguar dari bibir entah ditujukan untuk siapa. Sirkumstansinya berlanjut dengan peperangan nyanyat, saling bertatap sengit dalam atmosfer yang ngeri. Jean saksikan tatkala Taehyung sampai meludah sebab kesal gagal melecehkannya kembali. Sebelum pergi dan turut diikuti Jungkook kemudian sisakannya seorang diri bersama tangis yang lagi-lagi menemani.

“Kita bisa memulainya.” Taehyung bersuara, Jean tersadar lekas tundukan kembali jemala memutus kontak pandangnya bersama Jungkook.

Jean masih hanya diam tatkala denting alat makan mulai bersahutan. Jemarinya saling meremat di atas pangkuan sendiri, dengan gelisah yang membumbung. Menurutnya di sini malah terasa lebih mencekam ketimbang ia yang ditinggalkan seorang diri dalam kamar sekapnya.

“Ahrim.”

“Ya, Tuan.” Yang dipanggil lantas mendekat.

“Bantu dia makan.”

Sebuah anggukan menjawab, Ahrim hendak mengerjakan titah tuannya; mengambilkan beberapa menu yang disajikan sebelum jemari lemas sang nona menahan, sembari berkata lirih, “Aku, akan―sendiri.” serak dan acak, namun Ahrim memahami.

Diam-diam Seorin mengamati dari sudut matanya yang melirik. “Apa kau menyakitinya, Kim?” Seorin bertanya dengan rautnya yang tegas, lagi-lagi mendesis kasar sembari tatapi putranya di seberang yang mulai kembali lanjutkan makan.

Taehyung tidak menjawabnya.

“Kakak ipar, kau harus makan yang banyak.” Jean hampir terkesiap saat Jungkook yang tiba-tiba berseru dan menaruh beberapa potongan daging di atas piringnya. Sembari melanjutkan kalimatnya dan membuat Jean membeku sebelum lantas mualnya kembali. “Bayimu tidak boleh kelaparan, bukan?” Begitu.

Jean hampir terjatuh dari kursi sebab mual mendadak kembali bergejolak, isi perut seperti dikoyak tanpa henti. Dengan sigap Ahrim menghampiri dan membantunya.

-ᴀ ɢ ʀ ᴇ ᴇ ᴍ ᴇ ɴ ᴛ-

“Jadi kau menemukannya tanpa memberitahuku?”

Entah apa yang barangkali tengah Kim Taehyung pikirkan, kondisi Jean? Mungkinkah? Nyaris mustahil.

Taehyung abai pada omong kosong atas bentuk amukan Seorin semenjak ia meninggalkan dokter untuk pemeriksaan Jean dan kembali menemui Ibunya yang lantas mencecarnya dengan banyak pertanyaan.

“Apa saja yang sudah kau lakukan, Kim Taehyung jawab aku!”

Duduk biasa dengan kaki bersilang, Taehyung tidak sama sekali melirik Seorin yang ajukan tuntutan untuk jawaban. Dan barangkali Seorin sudah berkeinginan untuk mencekik leher putranya agar mau lekas menanggapi. Namun itu tak terjadi sebab Taehyung yang kemudian mengangkat jemala menatap dengan seringai serupa milik sang suami yang telah mati itu. Seorin ingat dahulu ia sering jumpai ekspresi seperti ini.

“Bukankah akan bagus jika dia berhasil mengandung anakku, Mam?”

Seorin melengos dengan amarah yang mencuat serta reminisensi yang merenggut akal. Mengapa, mengapa ia harus menjatuhkan hati pada si iblis yang telah musnah itu. “Akan lebih bagus jika dia mati, Kim berhentilah bermain-main!”

Ya, seharusnya begitu. Tidak bermain-main. Taehyung umbarkan tawa miris. Dengan dugub yang abnormal menyerang dada, sejumput hatinya ragu, berdenyut ngeri hingga tuai rasa yang tak biasa. Dan gelengnya menjawab diiringi kalimat bantahan, “Tidak, dia harus mendapat balasan dari apa yang telah Jinaku alami.”

[𝐭𝐨 𝐛𝐞 𝐜𝐨𝐧𝐭𝐢𝐧𝐮𝐞𝐝]

Ps. Ada yang suka kalo aku up cepat? Aku udah nyusun agenda baru, dan semoga g akan kacau lagi, bakal aku usahain agreement update sedikitnya seminggu satu bagian.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
𝐀𝐠𝐫𝐞𝐞𝐦𝐞𝐧𝐭 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang