⊱┊A―6

1.3K 141 45
                                    

「MY NAME」

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

「MY NAME」

TANPA perizinan, tubuhnya dibawa melayang. Tiap detakan langkah kokoh itu terdengar seperti lonceng pemanggil kematian. Menelusuri lorong selepas keluar dari ruangan kejam tadi. Lamban otaknya berproses, menekan tangis yang masih ingin tertumpah. Tangan Jean diam berada di atas dada, saling bertaut merasakan dentum dari dalam belum juga menenang, tetapi justru kian gila. Pandangnya gelap tertutup kelopak mata berkerut. Rasa takut yang menggelora. Fragmen tadi itu, membuat diri amat terguncang. Raga ingin saja runtuh bersama hatinya yang telah diremukkan lebih dulu. Hanya dari membayangkan keburukan lain pada jalan pamannya setelah menjadi jasad, bahkan sekadar mendapat pemakaman layak pun terkesan muluk-muluk. Orang ini terlalu sinting, kekejamannya tidak manusiawi. Bagaimana ia bisa segampang itu membunuh, mempermainkan nyawa orang seperti bermain tusuk boneka?

Derit pintu terdengar ketika satu detik langkah dirasa terhenti. Akan dibawa menjumpai apa lagi sekarang? Namun, begitu dirasakan punggungnya menyentuh permukaan lembut dan empuk, diikuti tarikan tangan dari bawah tengkuk serta kakinya, dalam posisi telah merebah itu tubuh justru kian kaku dan pejam semakin diketatkan. Merasakan ancaman meningkat beberapa puluh persen, Jean banyak ucapkan doa dalam batin. Faktanya, ia sendiri tidak siap untuk menyerahkan nyawa sekarang. Kendati ketertarikannya dengan memilih opsi kematian ada di urutan teratas.

Ketegangan membawa kaku seperti kayu. Kepalanya terasa pening. Tatkala suara berat yang khas kemudian didengarnya jelas persis di sebelah telinga, dan membuat tubuh berdesir. “Buka matamu.” Begitu yang didengar. Namun Jean tidak sedikit saja mengendurkan ketatnya kelopak mata. Dan pilihan tersebut justru menjadi suatu kesalahan, lehernya kemudian dicekik selama ia memejam hingga terpaksa harus membuka mata.

Jean sampai terbatuk sembari mengatur pernapasan yang sempat terganggu. Memang tidak seharusnya ia membantah. Tunduk dan patuh, sebagaimana aturan main. Masih tidak mengerti alasan apa yang membuatnya turut terseret masuk ke dalam neraka ini. Permainan keji yang bahkan baru ia lihat pertama kali. Dunianya yang semula bersih putih berangsur abu-abu ketika mendapati pengusiran, dan lantas terjebak dalam kubangan kegelapan. Jean ingat pada penuturan Ayah ketika itu,

Jangan sekali saja berkeinginan melibatkan diri dengan dunia luar, Jean. Kau mengerti maksud bila noda bisa merusak kebersihan. Inilah noda, noda hitam yang pekat. Seharusnya, ia memang tidak mematuhi perintah Ayah yang entah mengapa justru melanggar larangannya sendiri itu, untuk lari dan meninggalkan kedamaian rumah mereka. Jean tidak pernah merasakan kecewa, dengan kekangan hingga terkadang buat ia merasa iri pada anak sebaya, yang keluar bebas, berkeliaran mencari jati diri. Jean itu burung di dalam sangkar. Sangkar emas yang membuatnya terlihat istimewa. Kendati terkurung, hidup terasa nyaman dan bahagia.

Aku tidak senang berada di dunia luar. Tolong, Jean ingin kembali. Tetapi tidak ada cara untuk kembali. Bagaimana Jean bisa kembali, Ayah .... Batinnya bersuara seperti serentetan permohonan putus asa.

𝐀𝐠𝐫𝐞𝐞𝐦𝐞𝐧𝐭 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang