⊱┊A―10

1.2K 134 59
                                    

「A MOTIVES」

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

「A MOTIVES」

SEKALI saja Jean tidak pernah terpikirkan untuk menyimpan kotak luka di dalam hatinya. Hidup yang hampir mendekati sempurna itu, manakala hal mengerikan seperti ini tidak pernah menghadiri takdir. Seperti hak paten, senyuman manis tak luput dari identitas seorang Lim Jean. Itu dulu, dan hanya akan menjadi masa lalu. Sebab kini semua lenyap, hilang sebagaimana senja berpasrah digantikan oleh gelapnya menguasai. Dan layaknya usia senja pula, kata sempurna ialah pajangan sesaat, bukan dari alam waktu keabadian. Di mana senja datangnya membawa tenang, maka jangan lupakan malam yang kemudian melahap dengan gelapnya mencekam.

Kim Taehyung ibaratkan malam, dan Jean hampir tidak percaya untuk pagi akan datang kembali. Mentari lenyap membawa harapan serta pertahanan, dan ia terlampau takut pada kegelapan penguasa.

Semenjak malam itu, Jean tidak lagi bertemu sinaran mentari pagi penghangat tubuh. Atau panas di pertengahan hari yang lantas membuatnya menyipit guna redam kesilauan. Kebebasan dihalau paksa dan ia hanya bisa jumpai dinding keliling berwarna putih.

Taehyung duduk bersandar dengan tubuh bagian atas melompong tanpa pembungkus. Kepulan asap asal dari mulutnya menguasai bau ruangan. Dalam kondisi tak jauh, Jean tanpa sandang meringkuk di balik selimut, persis di sebelah. Sembari menyelamatkan penghidu sendiri, ia mengusakan wajah ke bantal. Kepal jemarinya lemah pada kain seprai dengan getaran kentara. Tubuhnya terkulai lemas tak berdaya. Dan dirasa air mata pun mungkin saja habis. Jean tidak lagi bisa menangis. Kemudian bahunya diraih secara kasar yang mencengkeram. Hingga rintihan timbul lagi amat minim.

“Kau masih tidak paham dengan tugasmu?” Tatapan itu memang tidak setajam semalam. Namun gelapnya masih seperti terisi kobaran api neraka―merah, panas, menakutkan.

Jean merintih lagi-lagi.

“Anak, aku butuh seorang anak untuk mengakhiri semua ini.”

Sejemang hati Jean tertegun, dan ia semakin tidak mengerti mengenai jalan permainan Kim Taehyung. Atau hukuman pada neraka ini.

Anak?

Hingga suara ketuk pada pintu melepas lintasan benang pandang milik keduanya itu. Jean kembali merengkuh tubuh sendiri dengan kain selimut membebat sempurna, sedangkan pria tersebut memilih untuk meraih sandang yang tergeletak di atas ubin lantai, setelah memadamkan bara api pada ujung puntung rokoknya. Menyerukan perizinan, kemudian pintu terbuka dan diikuti masuknya sosok Ahrim. “Tuan, sarapan telah siap,” katanya. Tanpa perlu menjawab lagi, Taehyung memilih akan langsung keluar.

Namun sebelum itu, ia sempatkan berhenti di ambang pintu, persis di hadapan Ahrim, dan kemudian mengeluarkan titahnya, “Persiapkan dia.” Maka setelahnya ia benar-benar pergi.

agreement

Pada pijakan terakhir dari undakan tangga, tungkai beralaskan sepatu hak tinggi sewarna bibirnya yang merah kental itu terjun dengan tidak sempurna, membuat limbung. Namun berkat pegangan pada ujung tangga mengetat, mempertahankan keseimbangan. Tatapannya membulat, diikuti kecemasan bercampur amarah yang kian tak tertahan.

𝐀𝐠𝐫𝐞𝐞𝐦𝐞𝐧𝐭 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang