⊱┊A―14

721 94 58
                                    

「MISSION GONE」

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

「MISSION GONE」

TUNTUNAN takdir selayak labirin, pandang tak sekalipun menduga akan berpusat pada poros yang memimpikannya saja ia tidak pernah. Rupa sama, raga sama, benar-benar tidak dapat terduga sama sekali. Lee Jina tidak pernah tahu asal mula ia berada di dunia, selain―dirinya sebagai sisaan dari pembantaian sebab keserakahan. Ia hanya tahu bila poros dunianya diruntuhkan secara totalitas lebih dahulu ketika raga masih dalam lipatan kain masih sesosok mungil, serta tangisnya tersuara hanya sebab butuh air asi. Dan untuk makhluk serupa yang ia lihat pada jarak hanya beberapa meter dari bertegaknya kaki, Jina tidak akan menduga soal kehadirannya di muka bumi ini.

Teguk ludah susah payah ditelan, begitu pula kehadiran di sana―susah sekali memasuki akal. Bagaimana mungkin?

“Kak, gadis itu ....” Dan Jina sampai tidak menyadari presensi Jungkook telah sampai menyusul, begitu sama-sama tercengangnya. Siapa gadis itu?

“Bisakah kau menyimpannya lebih dahulu, Jung?” Jelas, Jina mengantisipasi segala hal yang dapat terjadi dan mungkin akan menjadi poros ketakutan berikutnya. “Termasuk Taehyung.”

Jina memikirkan; bukan tentang nasib diri sendiri lagi, tetapi sosok murni yang masih abu-abu dan identitas masih sulit untuk dicerna akal. Ia tidak ingin gegabah. Secara langsung mengumbar identitas orang lain, apalagi mungkin saja benar memiliki hubungan semacam kekeluargaan. Rupa sama dan raga pun sama.

Jungkook mengangguk, tanpa sadar terlena mengamati sosok yang sama persis dengan wanita di samping. Sungging bahagia muncul tanpa ia sadari. Anehnya, ini pertama kali Jungkook merasakan debaran abnormal dalam dada seperti sekarang.

Mereka sama-sama terpaku dalam satu pusat pengamatan.

“Manis sekali.” Kemudian, gumaman Jungkook itu berhasil mengambil alih pusat Jina dalam memandang.

“Kau tidak pernah memujiku, bukankah dia serupa denganku?” Jina terpaku pada wajah berseri pria itu, yang masih betah pada pengamatan di hadapan sana.

“Kau hampir tidak pernah tersenyum, Kak. Apalagi semelemahkan itu. Lagi pula, kak Tae akan menghabisiku jika aku sampai memujimu berlebih.” Mencibir seraya melepas kontak mata, dan kemudian beralih pada sosok sama persis yang lebih dekat di sebelah.

“Senja hampir berakhir, ayah akan segera kembali.” Mata Jina berputar menurun, gurat pasrahnya menghilangkan sedikit senyum yang satu jam ini Jungkook amati. “Maafkan aku, tapi kau tahu―”

“Terima kasih, karenamu ... aku bisa merasakan kebebasan yang selama tujuh belas tahun ini selalu tertahan. Kau membantuku untuk merasakan kehidupan setidaknya sekali; mungkin dalam seumur hidupku.”

Jungkook mengangguk ringan, berinisiatif mengambil ponselnya dalam saku, lekas mengarahkan kamera tepat pada wajah dengan guratan senyum manis yang masih tersisa sedikit. “Tahan, Kak. Bukankah kau juga butuh mengucapkan terima kasih untuk suamimu? Dia turut membantu agar ayah dan ibu melepas kendalinya terhadapmu.” Jungkook berucap panjang. Dan kamera siap membidik sasarannya. “Satu ... dua ... tiga. Selesai.”

agreement

Kendati jarak itu semakin menipis, Kim Jungkook sangat berharap kakinya sendiri mau untuk terayun mendekati. Detakan jantung yang abnormal ini mungkin terdengar lebih nyata. Diri merasa kaku setelah pintu kembali tertutup rapat. Roman nelangsa ia dapati pada tubuh yang meringkuk ringkih. Dahulu, ketika Jungkook hanya bisa menjadi pengamatnya dari kejauhan, si gadis benar-benar selayak tuan putri. Senyum merekah, wajah tanpa beban, dan―sial! Kim Taehyung keparat! Tanpa sengaja pandangan Jungkook tertuju pada banyak memar di tubuh itu, yang masih betah memejam.

Kedua tangannya mengapal kencang. Dari pada menguarkan amarah, Jungkook lebih hendak gugur, runtuh bersama hatinya yang berdenyut sakit. Seharusnya Jungkook sudah memprediksi mengenai ini.

Langkah kembali terpacu, berat mendadak seringan bulu yang tersapu angin. Mudah, dan gemuruh jantung tidak normalnya hampir-hampir meluruhkan air mata. Jungkook teramat emosional, dengan mata berkaca-kaca raga merendah di samping ranjang, dan begitu wajah yang diamatinya telah menjadi dekat. Tangannya gemetar hendak menyentuh tetapi lekas ia urungkan kembali.

“Maaf,” ucapnya tanpa suara.

Jungkook memilih diam mengamati tidur tanpa tenang itu; dengan dahi berkerut-kerut, dan bibir gemetar, tangan meremas ketat kain selimut yang membungkus tubuh. Kim Jungkook melebur dengan patah hati yang kelewat tragis. Mengapa ia harus menyaksikan kembali hal serupa ini, dengan rupa sama dan raga pun sama, tetapi pada kehidupan yang berbeda.

“Jean, akhirnya kaki ini mampu melangkahi jarak. Akhirnya pandangan ini tidak lagi sepengecut dahulu. Dan akhirnya, aku mampu menyebut namamu tepat di hadapan pemiliknya. Jean, Jean, Jean.”

Denyut jantung menjadi terasa menyakitkan. “Maaf kak Jina, aku tidak menepati janji itu. Jean berakhir sama sepertimu.”

Persetan! Kim Jungkook kembali bukan untuk hal ini. Tatkala kelopak mata itu terbuka spontan, bukan lagi raut nelangsa Jungkook yang terpampang. Namun wajah selayak ia menatapi Seorin. Menyeringai. Jungkook sangat ahli mengubah mimik, tanpa butuh detikan lama. Belum sempat suara Jean keluar, telapak tangan lebar bertato itu lebih dahulu mengunci dengan membekapnya. Satu yang lain memblokade pergerakan sebelum dapat memberontak. Memaksa hingga Jungkook sepenuhnya mengungkung raga ringkih tanpa busananya terkurung di balik selimut yang melorot sedikit. Sial. Jungkook beralih pandang dengan satu tangan berhasil menjerat dua lengan kecil Jean di atas bantalan kepala. Dan begitu Jungkook menemui ketenangan itu, netra kembali mengadukan tatap. Tanpa isak dan gemetarnya tubuh, air mata telah meluruh deras menetes sampai membasahi satu telapak tangan Jungkook yang masih sigap membekap.

Hancur. Begitu yang berhasil Jungkook tangkap dari pancaran bola mata basah tersebut. Ia ingin kembali mengatakannya―kalimat janji yang teringkar itu―Kau akan terbebas, kau akan terlepas.” []

” []

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
𝐀𝐠𝐫𝐞𝐞𝐦𝐞𝐧𝐭 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang