⊱┊A―5

1.3K 156 79
                                    

「LABYRINTH」

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

「LABYRINTH」

MENGUPAYAKAN segala agresi untuk kebebasan menjadi suatu tindakan percuma. Jean terbangun begitu kaki terima tendangan yang mengguncang. Hingga sistem dalam tubuhnya serentak tersentak, dan lekas netra bersua bersama obsidian itu kembali. Sama seperti pada kesan pertama, sepasang iris tersebut tersorot kejam, mengunci, menunjukkan kuasa. Dan pancaran dari yang membalas amat lemah, milik Jean, menjabarkan sudah betapa rapuhnya ia. Meminta untuk dikasihani.

Mulut Jean yang kecil, tipis dan kaku sebab kering itu, kemudian memberi pertahanan diri. Kendati secara takut-takut, bersuara amat lirih, “Jangan ....” menjadikan artikulasi tidak begitu jelas.

Pada detik itu tangannya hampir sampai menyentuh rambut Jean yang kusut, dan justru ditarik kembali. Akan tetapi, apakah larangan menyedihkan begitu dapat membuatnya urung? Tentu saja tidak.

“Bangun,” perintahnya, masih dengan intonasi normal.

Menaruh harap jikalau akan terbebas dan lepas dengan mudah, Jean mengupayakan diri untuk patuhi perintah tersebut. Ia sempat mengalami kesulitan dalam mengerahkan kakinya, sebelum kemudian sosok dekat itu membantu seolah tanpa pamrih. Namun tindakan yang berubah kasar di akhir dan lantas beri tarikan untuk membuatnya berdiri spontan lebih cepat, Jean susah payah dalam menyeimbangkan tubuh. Lengannya yang kurus dirangkum ketat sekali, pun kaki berkedut rasai nyeri sebab dipaksa. Menahan rasa sakit tersebut, ia hampir-hampir terjatuh lagi sebelum kemudian mulai diseret ke arah pintu.

Jean itu terlalu lemah, dan Kim Taehyung benci jika untuk menunggu.

Berjalan tertatih sembari mengimbangi langkah yang bersemangat menariknya secara tidak manusiawi. Berusaha sekali agar tubuh tidak malah menjadi kaki dan kemudian terseret-seret di lantai. Begitu derap sepatu berangsur terhenti, lantas tegapnya pintu berwarna putih cerah yang menghadang mereka dibuka. Kaki telanjang Jean mengikuti lagi untuk masuk. Dapat dirasakan hawa mencekam lebih daripada sebelum. Ini berlipat mengerikan saat netra telah berpendar, dan sentakan menarik membawanya kian masuk; bertambah pula rasa ketakutan itu meraba diri. Dalam pencahayaan remang-remang, dapat dilihat ruangannya luas dan tampak kosong di tengah, dinding berisi beberapa jenis senjata tajam yang tertata rapi. Rentetan pedang dominan. Lemari kayu berkaca tertempel pada dinding tengah dengan segala rupa belati di dalamnya.

Apa aku akan mati sekarang? Pria ini akan membunuhku, di sini?

Tersadar dari segala praduga yang tengah dipikirkannya, belenggu pada kedua tangan sudah terlepas. Berangsur sadari bila pria di belakangnya telah begitu dekat, menempelkan torso pada punggung. Dengan refleksnya yang sangat sensitif, tubuh menjadi berdesir ngeri. Dan tatkala dagu itu sudah tertancap apik di atas bahu sebelah kanannya, berikut sapuan napas hangat si pemilik dominansi menggelitik. Sesi ketika penghidu tersebut menyentuhi kulit perpotongan leher, membikin Jean kian kelu. Adisi cengkeraman tangan pada sisi masing-masing pinggang sebagai pelengkap.

𝐀𝐠𝐫𝐞𝐞𝐦𝐞𝐧𝐭 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang