{3/10}

1.7K 234 29
                                    

Dia terlalu aktif ...

}~~~{

.

.

»»~~~~~««

"Huwaa!! Ini bagaimana mengerjakannya!?? Aku tidak mengerti?!!",-

Gempa hanya menggeleng melihat (Name) yang dari tadi terus mengeluh dengan buku yang dipelajarinya.

Sesuai dengan taruhan yang dimenangkan Gempa kemarin, membuat (Name) mau tidak mau berada di rumah kekasihnya itu dan tentu saja dengan setumpuk buku di depannya.

"Ayolah (Name), kita baru belajar 30 menit",-

(Name) mendengus menatap Gempa.

"30 menit katanya!?? Bagiku sudah seperti 3 hari. Untung saja kau kekasihku, jika bukan sudah ku lempar kau ke empang terdekat",-

"Jangan mengataiku begitu",-

(Name) tersentak melihat Gempa yang secara ajaib bisa membaca apa yang dipikirkannya.

"Tidak perlu terkejut seperti itu, aku bisa langsung mengetahuinya dari raut wajahmu",-

(Name) mengerjapkan matanya beberapa kali, pemuda di depannya itu kembali menebak isi pikirannya dengan tepat, membuat (Name) bertanya-tanya di dalam otaknya.

Oke, (Name) menambah catatannya lagi, untuk tidak bermacam-macam di hadapan pemuda bermanik gold itu, apalagi mengatainya seperti tadi, yang ada nanti (Name) tinggal nama saja.

"Gem...",-

"Hm... Apa?",-

"Dapur dimana?",-

Jari telunjuknya menunjukkan arah dapur tanpa menolehkan kepalanya dari buku yang tengah dibacanya, membuat (Name) lagi-lagi mendengus bangkit dari duduknya.
.
.
.
.
.
"Huft! Kenapa aku bisa memiliki kekasih yang terlalu sempurna seperti itu",-

(Name) menyalakan api kompor dan memanaskan air yang telah ia isi ke dalam panci tadi. Ia jadi lapar setelah belajar bersama Gempa yang terlalu serius mengajarinya.

(Name) memasukkan mie instan yang telah ia sediakan ke dalam air yang telah mendidih tadi, dan tanpa ia sadari, ia melamun bersandar di depan kulkas.

Beberapa menit berlalu begitu saja. (Name) terlihat hanya diam tanpa memperhatikan masakan yang sedang dibuatnya, bahkan ia tidak sadar air yang berada di dalam panci telah kering dan bayangkan saja seperti apa bentuk mie yang direbusnya tadi.

"(Name)!! Apa yang kau masak? Kenapa berbau gosong?",-teriak Gempa dari ruang tamu

(Name) tersentak dari lamunannya. Matanya membulat melihat yang ada di depannya, dengan gerakan cepat ia mematikan api kompor dan tanpa berfikir panjang memegang sisi panci yang tentunya pasti panas.

"Akh!",-

"(Name)!?",-

Gempa yang mendengar teriakan (Name) langsung berlari menuju sumber suara dan mendapati (Name) yang tengah mengibaskan tangannya. Gempa dapat mencium bau gosong dari panci yang berada di atas kompor, juga tangan (Name) yang terlihat memerah.

"(Name)!",-

Dengan gerakan cepat Gempa menarik lengan (Name) menuju wastafel dan mengaliri tangan (Name) dengan air dingin.

"Kau kenapa?! Kenapa bisa terkena luka bakar seperti ini?!",-

(Name) hanya diam dan meringis pelan merasakan air dingin yang mengenai permukaan tangannya, setidaknya tangannya lebih baik sekarang.

Setelah selesai Gempa langsung mengambil kotak P3K yang berada di lemari yang tak jauh dari sana, lalu membalut luka (Name) tersebut.

"Hey hey! Lukaku tidak separah itu, kenapa juga harus dibalut seperti ini?",-

»»~~~~~««

.

.

★≈≈≈≈≈★

•Bonus•

"Sudah lebih baik?",-

"Hm, ya. Sudah lebih lumayan",-

"Baguslah",-

"Tapi tidak perlu juga sampai di balut seperti ini kan? Hanya luka ringan",-

"Tidak! Sebelum lukanya membaik tidak boleh dilepas",-

---★★★---

... bahkan masih bisa membuatku cemas disaat kami bersama

My Bad Girlfriend || BoBoiBoy Gempa || { ✔️ }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang