Mata harimau Justin terus menatap Emma dengan kagum. Seharusnya ia menikahi wanita seperti Emma. Wanita feminim yang anggun, ramah dan selalu tersenyum. Bukan wanita kaku yang tidak pernah tersenyum seperti Taylor.
Apa yang pernah ada dipikiran Justin sewaktu ia melamar Taylor? Oh, ya benar sekali. Ia tidak ingin dikalahkan oleh si tua Java yang berusaha mengambil hati Taylor. Sialnya, Taylor malah berselingkuh dengan si tua Java saat mereka telah menikah.
Justin berdeham setelah ia meneguk air putihnya. Suasana di dalam restoran semakin hangat. Emma tidak begitu banyak berkomentar mengenai pernikahan Justin yang tidak berhasil. Ia tidak ingin Justin mengingat-ingat kembali masa lalunya, atau mantan istrinya, dan berpikir untuk kembali pada kehidupannya yang lalu.
Emma sudah lama mencari kekasih di situs findmylifepartner.com.
Tetapi sebagian hanya ingin menggunakan tubuhnya dan bersikap brengsek terhadapnya. Namun malam ini, Emma mendapatkan pria yang ramah dan menghargainya sebagai wanita. Terlebih lagi ketika ia melihat mata seperti mata harimau di balik kacamatanya yang tipis.
Justin memang tampak lebih seksi dan cerdas ketika ia mengenakan kacamata tanpa bingkai seperti yang Justin kenakan sekarang. Mereka berdua seolah-olah sudah saling melengkapi meski mereka hanya menghabiskan waktu semalam di restoran. Makan malam mereka telah habis, begitu juga dengan makanan penutup mereka sebagai akhirannya.
Justin menarik nafas tajam lalu ia melepaskan kacamata hitam yang ia pakai dan menggantungkannya di atas kancing kemeja paling atas lalu menegakkan punggungnya. Justin mengamat-amati paras Emma yang cantik. Bibir tipis yang menggugah untuk dicium, mata biru yang cantik, dan rambut gelombang cokelat kemerahan yang sepanjang sebahu benar-benar pemandangan yang jarang sekali Justin lihat.
Emma yang merasa diperhatikan tersipu malu hingga pipinya memerah.
"Mengapa kau memerhatikanku seperti itu? Apa ada sesuatuku di wajahku?" Tanya Emma mengelap-elap pipinya dengan kedua jari telunjuknya. Justin menggeleng kepala pelan.
"Hanya sedang mengagumi," ucapnya manis. Ucapan itu benar-benar memengaruhi tingkat kemerahan di pipi Emma. Wanita itu tidak pernah dipuji semanis itu sejak pernikahannya tak berhasil.
Suaminya yang brengsek itu berani-beraninya menghamili wanita lain ketika Emma sedang berada dalam masa-masa krisis ekonomi sewaktu Emma tinggal di London.
"Terima kasih," bisik Emma beberapa saat kemudian.
"Sudah berapa wanita yang mendengar pujian itu dari mulutmu?" Goda Emma yang menumpukan salah satu lututnya ke lutut yang lain. Tanpa Emma sadari, ia menggigit jari telunjuknya sendiri karena penasaran. Justin terperangah hingga ia menyandarkan punggungnya di sandaran kursi.
Emma benar-benar seksi bila ia melakukan itu.
"Pertama mantan istriku. Yang kedua.. hanya kau, jika kau ingin aku jujur," ucap Justin yang tidak sama sekali ada nuansa romantis di setiap kalimat yang keluar. Dan ini membuat Emma semakin percaya diri. Ia suka pria yang jujur seperti Justin dibanding pria yang harus berbohong demi mendapatkan Emma.
Jari telunjuk Emma keluar dari antara gigi-giginya, ia lalu mengambil serbet dan membersihkan mulutnya.
"Tidak apa-apa. Aku suka itu," ucap Emma tersenyum ramah. "Ceritakan padaku bagaimana bisa kau bercerai. Maksudku, kau tahulah, kau tampaknya pria baik-baik," pinta Emma berhati-hati.
Justin sungguh malas jika ia harus diminta menceritakan tentang pernikahannya yang rusak. Bayang-bayang Taylor masih membekas di memori Justin. Bahkan sampai sekarang, Justin masih dapat mencium aroma tubuh Taylor sehabis mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
DOOMED | Herren Jerk
FanfictionTaylor pikir, ia telah mendapatkan cinta sejatinya. Taylor pikir, ia telah menemukan satu-satunya. Tetapi ternyata pikiran itu jelas-jelas berbanding terbalik dengan kenyataan yang ada. Di tahun kedua pernikahannya, Taylor baru saja melahirkan anak...