BAB 4

18 2 0
                                    

"Jauhi. Anakku. Sialan." Tegas Taylor menatap tajam Justin yang sedang mengusap-usap pipinya yang sekarang terasa panas. Christopher yang awalnya sedang menikmati es krim itu menoleh terkejut melihat ibunya baru saja menampar pria yang ada di sampingnya. Tanpa mengulang kembali perkataannya atau memeriksa keadaan Justin, Taylor segera berjalan menuju Christopher lalu menarik tangan anak itu agar turun dari kursi.

"Kita pulang."
Christopher hanya mengikuti apa yang ibunya katakan. Ia tahu kapan ibunya marah dan kapan ibunya sedang baik hati. Dan sekarang, tampaknya ibunya begitu marah sampai wajah ibunya memerah. Bibir Taylor menipis ketika ia berjalan meninggalkan Justin yang menatap punggung mereka.

Pria itu bahkan tidak berusaha memanggil Taylor atau pun Christopher, ia hanya terdiam di sana bagaikan orang tolol. Seperti biasanya. Namun kali ini hatinya tergerak, ia berdiri dan mengambil langkah besar untuk menyusul mantan istrinya. Wanita itu berjalan begitu cepat sampai-sampai Christopher terpaksa harus berlari kecil untuk mengimbangi langkah ibunya. Oh, ya ampun, es krimnya sebentar lagi akan jatuh.
Namun Justin berhasil menyentuh lengan Taylor.

"Taylor, tunggu," pintanya dari belakang. Seperti disentuh lahar panas, sambil berjalan Taylor menyentak lengannya dengan kasar hingga genggaman tangan Justin lepas begitu saja. Christopher memutar kepalanya ke belakang, melihat Daddy-nya dari bahu kecilnya. Mengapa ibu begitu kejam? Daddy ingin berbicara namun ia mengabaikannya.

"Enyahlah dari sini!" Bentak Taylor tegas dan tidak begitu lantang. Ia tidak ingin membuat kericuhan di tengah keramaian di hari Selasa. Ia bersumpah tidak akan membawa Christopher kembali lagi ke tempat penitipan anak. Ia sudah memberitahu Mrs. Judith secara tegas bahwa ia tidak akan menggunakan jasa Mrs. Judith lagi sebagai pengasuh Christopher selama di tempat penitipan anak. Tentu saja! Setelah kejadian ini? Oh, kejadian ini tidak akan pernah terjadi lagi.

Tetapi Justin tak menyerah. Ia kembali menarik tangan Taylor namun kali ini ia memegangnya begitu erat hingga Taylor terpaksa harus menghentikan langkahnya. Wanita itu membungkuk untuk membisiki Christopher sesuatu, kemudian anak itu berlari ke arah tanaman-tanaman di pinggir taman. Taylor menoleh melihat Justin di sampingnya.

"Apa yang kauinginkan, Justin?" Tanya Taylor menatap mata Justin tajam. Masih dengan tatapan yang sama seperti tatapannya dulu, tegas dan tajam. Justin menelan ludahnya, mata cokelat madunya berusaha menatap lembut Taylor, ia sedang berusaha membuat hati Taylor lunak. Tetapi sepertinya ia tak bisa.

"Aku hanya ingin menemui anakku, Taylor, tolonglah," Justin memelas dan tentu saja ia berdusta. Justin masih belum ingin mengakui bahwa Christopher adalah anaknya. Terutama ketika Christopher mengaku bahwa Java sering menemaninya kemana-mana. Mata Justin berkedip beberapa kali saat Taylor terdiam sejenak.

Wanita itu tak percaya bahwa Justin baru saja mengaku bahwa Christopher anaknya. Dan memang, Taylor tak sepenuhnya percaya dengan ucapan Justin sehingga ia hanya menganggap ucapan itu hanyalah omong kosong belaka.

"Pft," Taylor mendecak mengejek Justin.

"Justin yang kutahu tidak akan datang ke Atlanta hanya untuk menemuni anaknya. Dan apa kau lupa Justin dengan apa yang kaukatakan padaku tiga tahun yang lalu? Biar kuingatkan memorimu kembali. Kau bilang padaku bahwa Christopher adalah Java. Dan kuberitahu kau Justin, kau tidak akan pernah kuizinkan menemui Christopher lagi. Ini untuk yang terakhir kali kau menemuinya. Jika kau tidak mengikuti apa yang kukatakan, terpaksa aku harus meminta surat pada pengadilan agar kau menjaga jarak dari Christopher,"

"Apa? Apa-apaan itu? Aku Ayah dari Christopher, aku berhak menemuinya. Ayolah, Taylor, kau tahu aku! Aku tidak benar-benar serius dengan apa yang kukatakan tentang Java. Christopher adalah anakku! Wajahnya begitu mirip denganku, tidakkah kau lihat itu?"

DOOMED | Herren JerkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang