Pagi itu, di hari Selasa, Taylor baru saja selesai menyiapkan sarapan paginya. Ia merasa bersalah akan apa yang terjadi tadi malam dengan Java. Ia bersumpah dan berjanji tidak akan pernah mengulang kembali apa yang telah ia lakukan dengan Java. Seharusnya ia tidak bercinta dengan Java di atas tempat tidurnya sendiri.
Meski malam tadi adalah persetubuhan terbaiknya setelah ia bercerai dengan Justin. Taylor memang tak pernah bersetubuh dengan siapa pun sejak ia bercerai, ia hanya ...memberi kepuasan dengan tangannya sendiri. Dan segalanya terbayar oleh Java. Namun ia tidak akan pernah melakukannya lagi. Sekarang Java tahu bagaimana ganasnya Taylor di atas tempat tidur. Terutama karena Taylor telah mencakar punggung Java hingga terluka.
Christopher belum bangun dari tidurnya. Tentu saja, jam masih menunjukkan pukul 7.00 pagi. Bahkan Java pun belum terbangun dari tidurnya. Hanya Taylor, sendirian di dapur dan baru saja selesai menyiapkan sarapan. Raut wajahnya datar, tidak begitu sering Taylor memberikan senyuman pada siapa pun kecuali Christopher.
Tangan Taylor bertumpu di atas meja makan, lalu ia menarik nafas tajam-tajam. Ia berusaha memikirkan apa yang harus ia katakan pada Java soal tadi malam. Ia ingin memberitahu Java bahwa kejadian tadi malam tidak berarti apa-apa. Taylor tidak mencintainya sebagai seorang kekasih. Tidak sama sekali. Taylor mengerang dalam hati. Tak sadar, bibir bawahnya telah tersembunyi di balik gigi atasnya.
"Mommy," terdengar suara serak dari pintu dapur. Taylor menoleh ke arah pintu dapur dan matanya melihat seorang anak kecil yang masih memakai pakaian yang sama seperti kemarin.
"Uh, apa yang kaulakukan, Mom?"
"Mommy membuatkanmu sarapan. Kau mau apa? Telur atau roti? Pilihlah yang kausuka," ujar Taylor berjalan menuju Christopher yang masih kelihatan mengantuk. Anak kecil itu bahkan masih memejamkan matanya saat ia berdiri di ambang pintu dapur. Christopher mengangkat tangannya, kemudian Taylor memegang tangannya anaknya. Taylor bukanlah tipe ibu yang memanjakan anaknya. Ia akan memberikan apa pun untuk Christopher selama itu masih wajar. Ia menarik tangan Christopher menuju meja makan lalu membiarkan anak itu berdiri di depan meja makan.
"Aku ingin dua-duanya," ucap Christopher. Ia menguap sebentar, mengucek-ucek matanya dan lalu ia sudah benar-benar terbangun. Matanya terbuka dan mencari dimana tempat duduk kesukaannya. Ia senang duduk di kursi paling ujung di sisi sebelah kanan. Sambil Taylor menyiapkan roti dan telur untuk anaknya, Christopher menarik kursi yang lebih besar dari tubuhnya lalu memanjat naik ke atas. Secara tak sengaja, kepala Christopher terbentur meja bagian bawah. Ia mengerang kesakitan.
Bukannya mendekati Christopher, Taylor malah tersenyum melihat anaknya yang sekarang sedang mengusap-usap kepala bagian belakangnya."Kau baik-baik saja di sana, Christopher?"
"Aku tidak tahu," ucap Christopher sedikit mengerang. Taylor hanya terkekeh pelan melihat ekspresi anaknya yang sangat lucu. Christopher mengerucutkan bibirnya sambil tangannya terus mengelus kepala bagian belakangnya hingga rambutnya yang sudah acak-acakan semakin teracak. Hanya butuh beberapa detik agar Christopher berhenti melakukan hal itu.
"Baiklah, ini sarapanmu, tuan Christopher. Semoga kepalamu sekuat cangkang telur," ucap ibunya menyodorkan sepiring dua lapis roti dan satu telur mata sapi. Christopher tidak mengerti apa yang ibunya katakan, jadi, ia lebih memilih untuk mendiamkan ibunya dan menikmati sarapannya. Taylor memerhatikan anaknya yang makan dengan lahap. Masih ada waktu 1 jam setengah lagi untuk bersiap-siap.
"Mommy akan bersiap-siap untuk berangkat. Habiskan sarapanmu, Christopher. Ingat, masih banyak anak-anak di luar sana yang tidak bisa makan sepertimu,"
"Ya, Mommy. Aku juga sedang lapar, jadi, aku akan menghabiskannya." balas Christopher tanpa menatap Taylor sekalipun. Ibunya berjalan menuju Christopher kemudian menarik wajahnya dan mengecup pipi tembamnya. Christopher mengerang dalam hati. Ia tidak suka dikecup seperti itu oleh siapa pun. Sekalipun ibunya. Rasanya geli dan aneh. Taylor berjalan meninggalkannya di dapur sendirian. Anak kecil itu memutar kepalanya ke belakang untuk melihat apakah ibunya sudah menghilang. Setelah ia rasa ibunya sudah tak ada di sekitarnya, ia mengedik bahu lalu mengelap pipi bekas ciuman dari ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DOOMED | Herren Jerk
FanficTaylor pikir, ia telah mendapatkan cinta sejatinya. Taylor pikir, ia telah menemukan satu-satunya. Tetapi ternyata pikiran itu jelas-jelas berbanding terbalik dengan kenyataan yang ada. Di tahun kedua pernikahannya, Taylor baru saja melahirkan anak...