20

1.6K 189 16
                                    

Raza telah diperbolehkan pulang. Sekarang dia sedang duduk di ruang keluarga di rumahnya bersama dengan Devan,Rafa,dan Leo. Mereka bertiga memutuskan untuk bolos sekolah. Ingin menjaga Raza katanya. Raza pun tak bisa melarang.

Raza hanya melihat Leo dan Rafa yang heboh bermain game. Devan disampingnya hanya memainkan handphone nya.

Entah kenapa Raza tiba tiba memikirkan Pandu. Dia merasa bersalah karena telah menembak Pandu waktu itu. Saat itu Pandu benar benar panik melihat Devan yang ditodong pistol oleh Pandu. Hingga dia refleks mengambil pistol yang tergeletak di lantai dan menekan pelatuknya mengarah ke Pandu.

"Em..Van"panggil Raza.

Devan yang dipanggil pun mematikan handphone nya dan menoleh pada Raza.

"Ada apa bang?"tanya Devan.

Raza terlihat ragu bertanya kepada Devan.

"Em...Pandu gimana keadaanya?"tanya Raza ragu.

Pandangan Devan menajam. Kedua tangannya mengepal. Devan terlihat sangat marah. Leo dan Rafa yang sedari tadi bermain sambil mendengarkan pun memberhentikan permainan mereka.

"NGAPAIN ABANG TANYAIN TENTANG DIA"bentak Devan.

Raza menunduk. Dia sangat tau jika Devan akan sangat marah. Leo dan Rafa juga terlihat tak suka dengan pertanyaan Raza.

"A-aku merasa bersalah sama dia. Aku mau bertemu dan minta maaf"kata Raza

Devan semakin marah.

"NGAPAIN ABANG MINTA MAAF SAMA ORANG YANG UDAH NYELAKAIN ABANG. ABANG NGGAK PANTES MINTA MAAF SAMA ORANG KAYAK DIA"bentak Devan.

Raza menatap Devan takut. Di pikirannya dia merasa bersalah pada Pandu.

"Ta-tapi..."

Ucapan Raza terpotong karena tiba tiba Devan dan bangkit menuju kamarnya. Bahkan dia menutup pintu dengan kasar.

Raza menunduk bahkan dia hampir menangis.

Leo pun menghampiri Raza dan mengelus pundak Raza.

"Bang lebih baik jangan tanyakan apapun soal Pandu. Abang tau kan gimana mereka berdua"kata Leo menasehati.

Raza paham. Tapi dia sangat penasaran dengan keadaan Pandu.

"Kita pulang dulu bang. Selesaikan masalah Abang sama Devan"kata Rafa.

"Hati hati"kata Raza.

Leo dan Rafa pun pergi. Raza segera bangkit dan menuju ke kamar Devan. Dia harus berbicara dengan Devan. Dia tak ingin Devan marah dengannya.

Raza ingin masuk tetapi ternyata dikunci oleh Devan.

Tok...tok...tok...

"Van, Abang mau bicara sama kamu"kata Raza.

Tak ada sahutan dari Devan. Di dalam, Devan terlihat masih emosi. Dia tak habis pikir dengan Abangnya itu. Padahal Pandu sudah berniat untuk mencelakainya tapi Abangnya malah ingin menemui Pandu.

Raza terus mengetuk pintu. Hingga beberapa menit dia berhenti mengetuk.

"Dek, Abang tahu kamu marah. Tapi Abang juga nggak ingin kamu punya dendam. Abang tau kamu pasti udah ngelakuin sesuatu pada Pandu. Tapi Abang yakin kamu nggak mungkin ngebunuh Pandu. Jadi Abang mohon dek, izinin Abang ketemu sama Pandu"kata Raza.

Lagi lagi tak ada sahutan. Raza menyerah. Dia ingin kembali ke kamarnya tapi tiba tiba pintu kamar Devan terbuka dan Devan keluar.

"Aku izinin Abang bertemu sama Pandu. Tapi setelah itu Abang jangan pernah bertemu dengan Pandu lagi"kata Devan.

Raza tersenyum dan mengangguk.

⏭️⏮️

SEE YOU NEXT CHAPTER🤗

RADEVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang