27

1K 96 6
                                    

Devan mondar mandir di depan pintu UGD tempat Raza ditangani sedangkan Pandu terduduk di kursi tunggu. Leo dan Rafa hanya diam menunggu. Mereka mencemaskan keadaan Raza didalam.

"Dokter lama banget sih"kata Devan.

Tak lama kemudian,Dokter keluar dengan beberapa suster.

Pandu yang melihat dokter keluar pun berdiri.

"Gimana keadaan kakak saya dok?"tanya Devan Khawatir.

"Alhamdulillah keadaan pasien sudah melewati masa kritisnya. Kami berhasil menetralkan racun yang ada di dalam tubuh pasien"kata Dokter.

"Racun?"tanya Pandu.

"Iya,kami menemukan sejenis racun di tubuh pasien"kata dokter

Tangan Devan terkepal. Siap yang berani meracuni Abang kesayangannya harus dimusnahkan.

"Pasien akan dipindahkan ke ruang rawat. Kalian bisa menjenguknya"kata Dokter.

"Terima kasih dok"kata Rafa

Dokter itu mengangguk kemudian pergi bersama suster.

Tring....

Pandu mengambil handphone nya yang berbunyi. Ternyata itu adalah handphone milih Raza yang dia ambil saat Raza pingsan.

+62 88102614***

Gimana kejutannya? Menyenangkan bukan?

Pandu mengernyit menatap nomor yang tidak dikenal itu. Dia tampak tak asing dengan nomor tersebut.

Siapa Lo?

Pandu menunggu orang tersebut membalas tetapi sudah beberapa menit tak ada balasan.

"Van"panggil Pandu

Devan menoleh dan menaikkan satu alisnya. Pandu menyodorkan handphone milik Raza kepada Devan.

"lihat"kata Pandu.

Devan melihat handphone Raza begitupun Rafa dan Leo.

Rahang Devan mengeras melihat teror pesan yang diterima oleh Kakak nya.

"Sial"umpat Devan.

"Ndu,Lo jaga bang Raza. Leo,Rafa Kalian ikut gue"kata Devan

Leo dan Rafa mengangguk. Devan meninggalkan dengan emosi bersama Leo dan Rafa.

***

Raza sudah dipindahkan ke ruang rawat tetapi sampai saat ini dia belum sadar.

Pandu menemani Raza dan duduk di sofa yang sudah disediakan. Dia hanya diam sambil memainkan handphone nya. Pandu mencari nomor yang telah meneror Raza. Sepertinya dia pernah menyimpan nomor tersebut.

"Eungh"

Pandu langsung menaruh hp nya dan menghampiri Raza.

"Bang"panggil Pandu.

Raza mengerjakan matanya menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina matanya.

"Ha-us"kata Raza.

Pandu dengan sigap mengambilkan air minum yang tersedia di nakas. Raza meminumnya beberapa teguk dan mengembalikan nya kepada Pandu.

"Makasih"kata Raza lirih.

Pandu hanya mengangguk.

"Gimana keadaan Lo bang?"tanya Pandu.

"Mual"kata Raza pelan.

"Gue panggil dokter bang"kata Pandu.

Raza hanya mengangguk. Tubuhnya terasa lemas tak bertenaga. Tak lama kemudian,Pandu datang bersama dokter. Dokter pun segera memeriksa Raza.

"Gimana dok?"tanya Pandu.

"Keadaan Pasien baik-baik saja. Dengan istirahat beberapa hari pasien bisa pulang ke rumah"kata Dokter.

Pandu bernafas lega mendengar penjelasan dokter.

"Terima kasih dok"kata Pandu.

Dokter itu mengangguk dan pergi memeriksa pasien lain.

"Gue kenapa?"tanya Raza.

Raza tak ingat apapun yang terjadi. Dia hanya ingat sebelumnya dia makan bersama Devan,Leo,Rafa,dan Pandu.

"Bang Raza gak usah mikirin apapun. Lebih baik bang Raza istirahat"kata Pandu.

"Devan sama yang lain mana?"tanya Raza yang melihat tak ada Devan,Leo, dan Rafa disana.

Biasanya mereka tidak pernah meninggalkan Raza ketika ia sakit.

"Mereka ada urusan sebentar diluar. Nanti juga balik lagi kesini. Bang Raza istirahat aja"kata Pandu.

Raza mengangguk kemudian memejamkan matanya.

***

Hai !

Dah lama nih gak update hehe
Jangan lupa vote dan komen ya.

See you next chapter : )

RADEVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang