Selesai, aku membawa semua tas belanja karena sedari pergi juga tidak membawa apa apa selain kertas list belanjaan.Niatnya, sih, aku ingin langsung terbang kembali ke markasku. Tapi ada satu hal yang membuatku heran.
Soal Yohane mau membantuku tadi.
"Ano, Yohane?" panggilku.
"Ada apa? mau menunggu bus? perlu kuantar?" responnya langsung menawarkan bantuan kepadaku sambil membalikkan badannya.
"Bukan. Bukan itu." Aku menggeleng.
"Lalu?"
"Soal tadi kau membantuku belanja. Kenapa....?"
Pertanyaanku membuatnya tidak paham. Kurasa begitulah yang terukir di wajahnya.
"Oh. Itu sih... jelas karena aku tidak punya hal yang harus dikerjakan saat ini. Jadi aku membantumu."
"Bukan. Bukan itu juga."
"Kalau begitu, apa, dong??"
Akan lebih baik kalau aku sedikit mempertegas.
"Begini, Yohane. Aku dan masa laluku memang terlalu suram. Jauh lebih parah darimu. Aku sudah Y/a tahun hidup sendiri, dan orangtuaku sudah tidak ada semenjak aku lahir. Dan lagi, tidak ada orang yang mau peduli kepadaku. Jadi....
Mengapa kau malah membantuku?"
Setelah diam beberapa saat, matanya terbelalak tidak percaya. Lalu dia menarik-hembuskan nafasnya sebelum siap menjawab.
"Te-te-te-tentu saja, karena kita berdua sama-sama seorang malaikat jatuh, makanya aku tidak bisa tinggal diam saja!" dia langsung menghadapku dengan pose andalannya.
"Terus juga karena tadi, kau bilang karena tidak ada yang peduli lagi denganmu itu... Justru aku peduli padamu! kau sudah kuanggap sebagai orang yang paling spesial di dunia manusia ini!"
Aku terkejut mendengar jawabannya. Namun sesaat, wajahnya memerah malu.
"Spesial?" tanyaku untuk memperjelas.
"Bukan apa-apa!"
Aku mengangguk tersenyum. Mendengar ucapan bahwa kita sesama malaikat jatuh memang membuatku lega, tapi, pujian berikutnya adalah sesuatu yang tidak ingin kudengar.
"Satu lagi, Yohane. Apa kau tidak----"
"Oh. Busnya sudah sampai. Kita harus cepat!" selanya menunjuk ke arah bus yang sedang berhenti di suatu halte lalu cepat-cepat berlari."
"YOHANEEEE, TUNGGU AKUUUU!!!!"
"Cepat cepat!!"
______________________________________Setelah kami turun dari Bus, berhenti di depan sebuah apartemen, dia menunjuk ke bangunan itu.
"Omong-omong, aku tinggal di apartemen situ."
Mataku terbelalak kaget karena tahu jika ia ternyata tinggal di tempat yang sama denganku.
"Begini, Yohane. Sebenarnya... Aku juga tinggal di apartemen yang sama denganmu."
"EEEEH!?!? Seriusan!?!? kebetulan sekali, ya! apa berarti sesekali aku bisa mengunjungimu??"
"Sigh... Aku tidak keberatan, sih.." aku hanya meng-entah.
"Sesekali aku beruntung." ucapnya pelan.
Kesempatan emas! aku harus mengatakannya sekarang.
"Umm... Yohane? apa kau tidak keberatan jika--"
"Y/n!! a-aku.. aku... aku mau mi-minta nomor ponselmu! boleh?" pintanya gugup.
ITU YANG BARU MAU KUKATAKAN TADI!!
"Heh. Kau tahu saja apa yang mau kutanya tadi. Baiklah. Apa boleh buat."
Sambil merogoh saku celana untuk mengeluarkan ponselku, aku berujar
"Selamat, kau adalah malaikat jatuh pertama yang memulai kontrak baik denganku!!"
"Per...Pertama!?!? Hebaaat!! aku merasa terhormat!" responnya girang.
"Yah... Kalau kau perlu apa-apa bisa panggil aku."
"Kau juga, Y/n!"
"Heh? kenapa aku?" tanyaku bingung sambil menunjuk ke arahku sendiri.
"Habisnya... Siapa lagi selain aku yang bisa peduli dan menemanimu jika kau kesepian?"
Aku terharu walau hanya sesaat. Tidak pernah ada malaikat jatuh ataupun iblis cilik yang teganya berbuat sebaik ini padaku. Sepertinya, aku merasakan sesuatu yang hangat di wajahku.
Tapi aku teringat akan aturanku sendiri. Menolak siapapun yang menyukaiku. Aku begitu demi tidak membahayakan yang lain.
"Jaaa.... Kalau begitu, terimakasih sudah membantuku."
"Tidak masalah! sampai nanti!"
Sampai nanti.... Tapi kita di apartemen yang sama. Dasar Yohane bodoh.
Yah... setidaknya... Dia tidak bertanya kamarku dimana.
______________________________________
G's word
JaJaaaaaaaaaan!! kali ini judul temanya pake bahasa Indonesia
XiiiiXiiiiiXiiiii
Next.
KAMU SEDANG MEMBACA
A pity Hero [Yoshiko Tsushima x male reader]
Teen FictionY/n L/n, seorang Chuunibyou, menjadi sasaran banyak "gangster" Numazu karena jago dalam berkelahi hingga disalah pahami sebagai orang gila yang harus dihapuskan, tidak diakui. Namun, ternyata ada seseorang yang mau menerima keberadaannya, karena yan...