11

2K 305 31
                                        

Hari ini adalah hari minggu, dimana itu artinya Karina bisa beristirahat di apartemen.

"Kak, ini sereal abis ya?" tanya Winter  sambil menyembulkan kepalanya di pintu kamar Karina.

Karina menyembulkan kepalanya dari dalam selimut.

"Loh iya?" Yaudah aku beli dulu ya ke bawah nanti." ucap Karina.

"Ih apaan sih aku aja, masa aku yang mau Kak Ayin yang beli sih." ucap Winter.

"Yaudah, ambil aja uanganya di kotak di atas kulkas." ucapnya dengan suara serak.

"Kak Ayin sakit?" tanya Winter lalu masuk ke dalam kamar Karina.

"Pusing aja sih Win, kayanya masuk angin." ucap Karina.

Winter duduk di kasur Karina lalu meletakan telapak tangannya di dahi Karina.

"Panas banget Kak, paracetamol kita abis kan Kak? Aku beli ke apotek dulu ya."

Karina mengangguk.

"Eh tapi Kak Ayin belum makan, mau makan apa? Bubur mau?"

Karina mengangguk, "Apa aja Win, sekalian tolong beli makan buat Jijel Kaning ya kayanya hari ini aku gak masak dulu."

Winter mengangguk, "Oke, sebentar ya Kak."

Setelah itu Winter keluar dari kamar Karina dan bergegas menuju apotek.

Winter keluar dari unitnya.

"Eh Kak Arzen?" ucap Winter.

Jeno yang baru saja pulang Gym dan hendak masuk ke unitnya tersenyum lalu menyapa Winter.

"Mau kemana kamu, Win?" tanya Jeno.

"Ke bawah Kak, ke apotek." ucap Winter.

"Apotek? Siapa yang sakit?"

"Kak Ayin sakit."

Jeno membulatkan matanya, "Karina Sakit? Sakit apa?"

"Katanya sih pusing gitu dari semalem meriang."

"Oh oke."

"Hah? Oke doang?"

"Terus apa?"

"Ya gapapa sih Kak, yaudah aku duluan ya Kak." ucap Winter segera berlalu dan Jeno pun masuk ke dalam unitnya.

Winter masuk ke dalam lift.

Setelah itu ia pergi ke apotek yang memang ada di lantai bagian bawah gedung apartemen ini setelah itu ia pergi menuju kedai bubur.

"Ibu, buburnya 4 porsi ya."

"Yah maaf Mbak, tinggal 3 porsi Mbak."

"Yah ibu, beneran?"

Ibu penjual bubur pun mengangguk.

"Yah tapi di unit saya ada 4 orang Bu, mana yang satu lagi sakit."

"Iya abis dipesen sama Masnya tadi 1."

Winter menoleh mengikuti arah pandang ibunya.

"Bentar ya Bu."

Winter berjalan menghampiri laki-laki yang ditunjuk ibu penjual bubur.

"Mas." ucap Winter.

Laki-laki tersebut menoleh sambil menaikan sebelah alisnya.

Winter menampilkan cengirannya.

"Kenapa ya Mbak?"

"Saya boleh ngambil porsi bubur Mas gak?"

Querencia | Jeno KarinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang