Karina hendak berangkat pergi bekerja seperti biasanya.
Ia berjalan di koridor apartemennya, hingga seseorang menarik tangannya dan membawanya ke arah tangga darurat apartemen.
"I-ibu?!"
"Saya tuh udah muak ya sama kamu. Berapa kali saya bilang jauhin Arzen!"
"Saya sudah menjauh dari Pak Arzen, Bu."
"Menjauh? Menjauh apanya hah? Saya lihat kemarin kamu sama Arzen terus Arzen memanggil Dokter pribadinya untuk kamu, yang kaya gitu kamu bilang menghindar? Kamu pikir saya bodoh?"
"Saya juga gak tau tentang hal itu Bu, saya gak pernah meminta Pak Arzen untuk memanggil dokter pribadinya untuk saya."
"Halah alasan kamu, kamu ini pasti mau mengeruk harta kekayaan Arzen kan sebelum anak saya yang menikah sama Arzen."
"Saya sama sekali gak berniat seperti itu."
"Gak usah munafik kamu, kamu kalo butuh uang saya bisa kasih uang untuk kamu asal kamu menjauh dari Arzen!"
"Saya sama sekali tidak kekurangan uang."
"Akh!" ringis Karina saat tiba-tiba Ibunya Lia menjambak rambut panjangnya.
"Kamu nih di diemin lama-lama ngelunjak tau gak?!"
"Saya harus gimana lagi Bu?! Saya sudah menjauhi Pak Arzen."
Ibunya Lia semakin menjambak rambut Karina dengan keras.
"Kalo saya sampai gagal mendapatkan calon menantu seperti Arzen, saya gak akan pernah melepaskan kamu!" ucapnya lalu membenturkan kepala Karina ke tembok.
"Akh! S-sakit tolong lepasin." ucap Karina.
Darah mengalir dari dahi Karina.
Brakkk
Pintu tangga darurat terbuka dan menampilkan Jeno disana.
Jeno terkejut dan segera menghampiri Karina dan Ibunya Lia.
"A-arzen?"
Jeno menggenggam tangan Karina dan menarik Karina ke belakang tubuhnya.
"Jangan pernah anda berani menyentuh dia lagi."
"Kamu tuh dikasih apa sih sama dia hah?! Tubuh? Iya kamu pasti udah tidur kan sama perempuan kaya dia."
Jeno mengepalkan sebelah tangannya.
"Jaga mulut anda!"
"Kamu sampai sebegininya ke dia tuh pasti kamu sudah mendapatkan sesuatu dari dia. Sampai kamu membatalkan pertunangan kamu dengan anak saya."
"Saya membatalkan pertunangan itu karena saya dan Lia tidak memiliki perasaan antara satu sama lain. Harusnya anda sebagai seorang Ibu mengerti perasaan anak anda. Saya bukan calon suami yang diinginkan Lia, begitu pun dengan Lia bukan calon istri yang saya inginkan."
Jeno masih menggenggam tangan Karina, Karina yang berada di belakang tubuh Jeno hanya menunduk.
"Kamu yakin tidak akan menyesal menolak anak saya demi karyawan biasa seperti dia?!"
"Sama sekali engga. Sepertinya anda harus berhati-hati mulai sekarang dan menyiapkan diri anda karena mungkin nanti anda akan sangat malu."
Ibunya Lia mengerutkan dahinya.
"Saya ingatkan sekali lagi jangan pernah berani-beraninya menyentuh Karina atau kebusukan keluarga kalian akan saya bongkar di depan umum." ucap Jeno lalu membawa Karina pergi dari sana.
![](https://img.wattpad.com/cover/276274820-288-k820000.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Querencia | Jeno Karina
FanfictionQuerencia (n.) a place from which one's strength is drawn, where one feels at home ; the place where you are your most authentic self. "Kamu adalah tempat ternyaman untuk pulang." - Arzeno Biantara "Bersama kamu aku menemukan diriku yang telah lama...