15. perubahan yang terlalu cepat

4K 411 9
                                    

Waktu sudah menunjukan pukul 20.00 waktu setempat. Teman teman Ajeng sudah kembali pulang semenjak pukul 19.00, namun Raden belum juga kembali kerumah.

Padahal, biasanya Raden sudah berada dirumah dari sore hari selepas Raden melakukan giat sore.

Ajeng membuka hordeng jendela ruang tamu rumah dinas hijau tersebut, gerimis perlahan turun dari langit yang cukup gelap malam itu. Tak lama, Ajeng menghela nafasnya.

Kemana perginya Raden? Jaga kah? Siaga kah? Piket kah?

Tapi mengapa tidak ada kabar sama sekali? Biasanya, Raden akan menghubungi Ajeng jika ada kegiatan lain diluar jam dinasnya. Namun hari ini tidak, bahkan ponselnya pun sunyi dari pagi tadi yang biasanya ramai dibanjiri chat random Raden yang memamerkan alpukat kocok.

Gerimis yang turun perlahan menjadi hujan yang cukup deras, tak lama petir ikut menyatu dengan hujan yang turun.

"Mas, kamu kemana sih?" tanya Ajeng pada ruang kosong

Suara hujan yang deras yang bertabrakan dengan seng digarasi mereka membuat suara bising malam itu, masih belum mau beranjak Ajeng malah mencari posisi nyaman untuk memandai halaman depan. Berharap Raden untuk cepat pulang apalagi hujan deras seperti ini.

"Mas Raden bawa jas ujan gak ya?"

Lagi, Ajeng hanya bisa menanyakan hal tersebut pada ruang kosong. Ajeng kembali melihat ponselnya, terdapat puluhan chat Ajeng kepada Raden yang tak kunjung dibaca oleh Raden membuat Ajeng semakin khawatir.

"Gue gak ada buat ulah deh keknya" koreksi diri Ajeng

Sadar diri bahwa Ajeng kerap kali ribut beradu mulut dengan ibu ibu, Ajeng takut bahwa Raden dipanggil oleh komandannya kemudian betis Raden akan kembali ditendang seperti waktu itu. Membayangkannya saja membuat Ajeng meringis.

"Duhh gak, gak mungkin" tepis Ajeng "Gue baik baik aja, mainnya juga sama bu Asya mulu kok"

Puas menatap ponselnya, Ajeng kembali memperhatikan halaman rumah dinasnya yang tengah dibasahi hujan. Pandangannya berdalih ke polibek tanaman yang ia tanam bersama Raden.

Kenangan bagaimana Raden dengan manisnya memperlakukan Ajeng seakan terputar dibenak Ajeng. Rumah dinas ini saksinya.

Senyum Ajeng muncul saat teringat bagaimana jailnya Raden menaburkan tanah gembur ke pahanya, lalu bagaimana cara jail Raden membuat Ajeng menghirup bau pupuk serta hebohnya mereka menanam tanaman tersebut dan menemukan cacing tanah.

Tak lama, mata Ajeng berpaling ke kamar mereka. Kamar yang menjadi saksi bagaimana malam malam Ajeng dan Raden lalui. Cerita hantu ngaconya Raden, bahkan tragedi kecoak bulan lalu.

Tak sadar, Ajeng tersenyum tipis. Untuk apa ia galau? Raden masih di sisinya kok, bahkan Raden tahan tak melakukan hubungan suami istri dengannya karena menunggu Raden dan Ajeng sama sama siap.

Itu tandanya Raden sayang pada Ajeng kan?

Bukan karena...

Suara motor memenuhi pelantara garasi rumah Ajeng, dengan cepat Ajeng menangkap Raden yang datang dengan basah kuyup. Masih menggunakan seragam PDLnya.

Ajeng yang sudah menyiapkan handuk kering, langsung mengambil handuk tersebut dan menyambut Raden yang baru saja memarkirkan motor di garasi.

"Mas, ini handuknya" kasih Ajeng handuk kepada Raden "Sini kopel mas sama baret mas aku yang sisihin"

Tanpa banyak suara, Raden menerima handuk dari Ajeng kemudian memberikan kopel serta baretnya dan berjalan masuk kedalam rumah meninggalkan Ajeng yang masih di garasi.

[KCT.6] Perfect Couple (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang