18. drama indosiar vs drama Raden Ajeng

4.3K 414 39
                                    

Senam untuk kegiatan jumat sudah selesai, dengan sengaja Ajeng baris dibelakang untuk memudahkan untuk melarikan diri.

Ajeng berjalan, ah tidak ia kini sudah sedikit berlari menuju mobilnya meninggalkan lapangan kesatuan ini. Setelah memastikan Akya pulang dengan Asyam yang pasti.

Entahlah, kini Ajeng tengah merasa bahwa dirinya tengah dipermainkan oleh alur percintaannya. Baru saja sebulan ia merasa dicintai dan dipenuhi segala kekosongan yang hampa, kini semuanya harus Ajeng telan bulat bulat.

Perkataan ibu ibu di lapangan tadi terus saja menghantui Ajeng, bahkan Ajeng tidak fokus dengan senam yang tengah berlangsung tadi maka dari itu ia memilih baris dibelakang selain memudahkan dirinya untuk kabur.

Setelah masuk kedalam mobil, Ajeng melempar topi, tas dan juga jam tangannya kejok belakang. Dadanya bergemuruh menahan sesuatu yang jika dilepaskan akan seperti bom, Ajeng tidak mau kemakan omongan ibu ibu. Maka dari itu, kini Ajeng ingin membuktikan sendiri.

Pikiran Ajeng mengingat mundur, kembali mengingat bagaimana Dian selama ini dirumah sakit. Masih memandangnya dengan aneh, sudah tidak suka masuk ke ruangannya sembarangan dan juga kerap kali datang terlambat.

Datang terlambat?

Ajeng menggelengkan kepalanya, menepiskan fikirian buruknya.

Bisa saja kan itu adiknya Raden yang menginap?

Tapi tunggu, Raden tidak memiliki adik. Raden adalah anak terakhir.

Atau sepupu?

Keponakan?

Tapi mustahil kedua orang tua Raden tidak menghubungi Ajeng, mana katanya sudah seminggu bukan?

Tanpa ingin membuang waktu lama, Ajeng menyalakan mesin mobilnya. Mengeluarkan mobilnya dari barisan parkir kemudian mengendarai mobilnya meninggalkan parkiran lapangan kesatuan tersebut.

✨✨✨

Sudah berada didepan rumah, bukannya keluar Ajeng malah memperhatikan gerasi rumah dinas yang pernah ia tempati. Tidak ada motor Raden, tetapi pintu dan televisi rumah terlihat terbuka dan menyala.

Ajeng tahu bagaimana Raden, tidak mungkin Raden meninggalkan rumah tanpa menutup dan mengunci lalu tidak mungkin pula Raden meninggalkan rumah dalam kondisi televisi menyala.

Cukup menduga duga. Kini, Ajeng memilih turun dari mobilnya. Menatap rumah dinas dihadapannya dengan tatapan yang tidak dapat diartikan. Langkah kaki Ajeng terdengar cukup mantap, gesekan antara sol sepatu olahraganya dengan lantai semen garasi saling bergesekan dengan lembut namun mencekam.

Betapa terkejutnya Ajeng kini yang tengah berdiri didepan pintu rumah dinas hijau ini, ruang tamu dan televisi jauh dari kata rapih, terdapat beberapa sampah jajanan plastik dan juga gelas kotor berhamburan. Semua adalah makanan yang masih Ajeng kirimkan untuk Raden.

Kemudian, mata Ajeng memperhatikan sofa yang dibelikan kedua orang tua Raden. Terdapat sesosok gadis yang tengah tertidur cukup pulas diatasnya dengan menggunakan piama yang entah milik siapa itu.

Tanpa mau basa basi dan ikut seperti ibu ibu di drama suara hati istri, Ajeng berteriak mantap membuat tetangga kanan kiri rumah dinas Ajeng mendekat kearah rumah dinas Ajeng.

"BANGUN LO JALANG!" teriak Ajeng sembari berjalan menghampiri gadis yang tertidur di sofa tersebut

Tangan Ajeng menarik rambut sebahu gadis tersebut, membuat gadis yang tengah tertidur tersebut tersentak kaget kemudian jatuh dari sofa rumah Ajeng dengan bunyi yang cukup keras.

Mata Ajeng memerah, emosi sudah meluap ditubuhnya kini. Ditariknya gadis tersebut menjauh dari sofa rumahnya. Tentu saja yang ditarik adalah rambutnya, tangan Ajeng yang kosong sudah memasang ancang ancang akan melepaskan bogem mentah.

[KCT.6] Perfect Couple (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang