Kaki Hori mengikuti setiap Citra melangkah mulai dari ruang tamu sampai kamar mandi dan berakhir di dapur saat Citra ingin memasak. Sejak dari tadi Hori merengek ke bundanya seperti anak kecil yang minta es cream."Ya ampun Hori bisa gak sih kamu tidak mengikuti bunda dari tadi. Bunda itu mau masak." ucap Citra mencuci daging ayam yang sudah dipotong
"Bunda." rengek Hori duduk dilantai mengoyang-goyangkan kaki Citra dengan mata puppy eyesnya.
Citra menarik napas lelah melihat anaknya yang merengek dikakinya.
"Sekarang bunda tanya kamu minta uang 20 ribu buat apa?" tanya Citra melihat anaknya dari bawah.
"Buat beli sesuatu bun." bales Hori.
"Iya tapi sesuatu itu apa." Citra bertanya lagi.
"Yah pokoknya sesuatu itulah." Citra yang tidak mengerti melanjutkan acara memasaknya.
"Bunda gak mau kasih 20 ribu nih sama Hori okay. Nanti biar Hori minta sama ayah." Hori melipat kedua tangannya kedada melonjorkan kaki panjangnya pura-pura ngambek.
"Bunda gak ada 20 ribu di atm bunda adanya 200 M. Di kantong bunda juga ini adanya 50 ribu nih kalo kamu mau." kata Citra mengeluarkan uang lima puluhan ke Hori.
"Horikan mintanya 20 ribu bunda bukan 50 ribu, tukerin." ucap Hori.
"Ya Allah gusti bunda harus tukerin kemana uang recehan Hori." Citra sampai gereget sendiri akan sikap anaknya yang ngambek.
"Sama tukang sayur langanan bunda kan bisa kalo gak sama tukang cilur kek, tukang bakso, tukang pecel tukang-tukangan. Pokok ya sama tukang dah bun." tutur Hori.
"Tukang sayur langanan bunda udah lewat dari tadi."
"Tukang cilur belom, tukang bakso belom, tukang pecel belom." jawab Hori menyebut satu-satu tukang jajan yang dipinggir komplek.
"Ini ujan Hori gak mungkin bunda keluar ujan-ujan nekerin uang." Citra menjelaskan ke anaknya agar mengerti.
Hori melihat keluar jendela yang diluar sedang hujan deras.
"Kenapa hujan?" tanya Hori.
"Mana bunda tau, emang bunda yang nurunin hujan kan Allah yang nurunin hujan."
"Yaudah kalo gitu suruh Allah cancel dulu ujannya. Karna bunda mau nukerin uang 50 ribu." jawab Hori enteng.
"Anak siapa sih kamu Hori perasaan dulu pas bunda ngidam kamu gak neko-neko."
"Mungkin dulu ayah pas buatnya gak baca doa kali." asal Hori.
"Sembarangan ya kamu bunda sama ayah baca doa pas buat kamu." Citra memukul tangan anaknya dengan centong.
"Siapa tau aja ayah lupa bun."
"Udahlah pusing pala bunda kalo udah ngomong sama kamu gak bakal kelar-kelar ujungnya." Citra memijit pelipisnya yang sakit meninggalkan dapur.
"Bun mau kemana?" teriak Hori.
"Kelaut kalo bisa." kata Citra.
"Bunda kelaut mau ngapain? mau buang ikan." tanya Hori yang masih duduk dilantai dapur.
"Iya bunda mau buang ikan, ikannya kamu. Yah bunda mau nukerin uang Hor kan tadi kamu yang suruh bunda buat tukerin uangnya." jelas Citra mencoba bersabar menghadapi anaknya.
"Ooo semoga lancar ya bun." bales Hori melambaikan tangannya melihat bundanya berjalan keluar.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Horimiya
Ficção Adolescente(follow and vote sebelum membaca) berkisah tentang Hori dan Miya sepasang remaja seperti langit dan lautan yang selalu ada saja perdebatan diantara mereka berdua. Hori yang seneng sekali menjaili Miya sudah seperti makan sayur tanpa jagung buatan bu...