04

3.4K 224 87
                                    


Pagi harinya, Asahi memasak sup pereda pengar untuk Haruto dan menyiapkan sarapan seperti biasa.
Namun ada yang sedikit berbeda, Asahi tampak tak bersuara ketika ada Haruto bahkan tidak menatap lelaki tersebut sedikit pun.

Asahi memang pendiam, namun jika diam yang seperti ini suasana menjadi lebih akward. Yoshi dan Jeongwoo yang tidak tahu harus apa hanya diam saja dimeja makan, mereka juga tidak mau membuat keributan mengingat Haruto baru saja mabuk tadi malam.

"Kakak tidak ikut sarapan?" Tanya Jeongwoo ketika Asahi tidak ikut bergabung bersama mereka.

"Tidak, kalian dulu saja." Jawab Asahi.

"Kenapa?" Tanya Haruto melihat ada yang mengganjal pada Asahi. Yang ditanya hanya menggeleng sebagai jawaban.

"Duduk, sarapan sekarang." Perintah Haruto mutlak, Asahi menghela napas menuruti ucapan Haruto.

Hanya ada suara dentingan sendok dan piring yang beradu. Asahi masih saja diam dan Haruto disebelahnya hanya bersikap tak acuh. Melihat keadaan yang tenang seperti ini, Jeongwoo sampai berimajinasi suasana ini cocok diibaratkan sebagai keluarga kecil. Asahi berperan menjadi ibu yang sedang merajuk kepada Haruto sang Ayah yang masih saja tidak peka kenapa Asahi seperti itu. Sedangkan Jeongwoo dan Yoshi berperan sebagai anak mereka yang hanya melihat orang tuanya sedang bertengkar.

Jeongwoo dengan segala perumpamaan nya.

"Ah iya. Yoshi, pulang sekolah kau mampir membeli belanja bulanan, ya." Ucap Asahi mengeluarkan secarik kertas dengan daftar belanjaan yang harus dibeli. Sudah menjadi rutinitas nya karena Asahi tidak bisa keluar rumah.

Yoshi mengangguk hingga Jeongwoo menginterupsi, "bukankah hari ini kita harus mengikuti remidial? Jadi kita pulang terlambat."

"Kalian remidial?" Tanya Haruto.
Yoshi dan Jeongwoo menelan ludahnya sendiri, terkutuk lah mulut licin Jeongwoo. Keduanya menunduk dan mengangguk pelan.

"Pelajaran Sejarah memang menyusahkan. Aku sedikit lamban dalam menghapal." Ucap Jeongwoo mencari alasan.

Yoshi mengangguk, "tapi setidaknya Matematika ku 95." Giliran Jeongwoo yang mengutuk Yoshi. Dia mengeluarkan kelebihan nya untuk melindungi dirinya sendiri, karena Jeongwoo juga remidial mapel tersebut.

"Belajar yang benar atau kubuang kalian jika bodoh." Ucap Haruto.

"Berikan padaku, biar aku saja." Kata Haruto meminta daftar belanjaan. Tanpa melihat Haruto, Asahi menyerahkan kertas daftar belanja.

Dering telepon berbunyi, Haruto segera mengangkat panggilan tersebut.

"Aku akan kesana setelah ini."

"...."

"Ambil saja apa yang sudah ku pilih kemarin. Aku yakin mereka memliki harga jual yang tinggi."

"...."

"Lakukan seperti biasa, buang yang tidak berguna. Tidak ada kata rugi dalam bisnis ini."

Aura Haruto jika sudah membahas tentang pekerjaan selalu terlihat mengerikan. Mendominasi dan terkesan otoriter.

Telepon terputus, seisi rumah yang mendengar percakapan Haruto walau suara di sebrang sana tidak terlalu jelas, mereka tahu pekerjaan Haruto bukanlah pekerjaan yang biasa dan menjuru ke dunia gelap.

Mereka juga menyadari uang hasil dari pekerjaan Haruto yang memenuhi hidup mereka juga bukan dari jalan yang benar. Tapi yasudah, mereka paham betul dari awal jalan yang mereka tempati memang berada di jalan yang salah.

***

Malamnya, Haruto pulang membawa banyak barang belanjaan. Asahi yang melihat itu buru-buru membantu tanpa bicara. Masih membisu pikir Haruto. Sebelum Asahi membawa kantong belanjaannya, Haruto merogoh mencari sesuatu. Dua roti gandum ia ambil, tanpa bicara Haruto sedikit melempar roti tersebut ke arah pangkuan Yoshi dan Jeongwoo yang sedang duduk santai di ruang tengah.

Tart | Harusahi🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang