10.1

2K 126 36
                                    

Bakalan banyak flashback.

Chap 10 aku bagi jadi 2 chapter.
Yuk ramein voment nya, itu jadi mood booster aku buat semangat garap work amburadul ini, haha.

Enjoy.





"Dulu kau orang pertama yang mencegah ku menghabisi Sungchan. Lalu kemarin kau hampir membunuhnya."

"Tetap diam di posisimu." Haruto mengangguk patuh melihat Christ menggulung ujung sabuk kulit ditangan nya.

'Ctarr! Ctarr! Ctarr!'

Cambukan dari Christ diterima oleh punggung Haruto. Dirinya bergeming menahan perih yang perlahan membekas.

'BUGH!!'

Haruto sedikit membungkuk saat Christ memukul keras perutnya, lalu tersungkur ketika pukulan berikutnya di lakukan oleh sang bos.

"Bangun." Sesuai perintah, detik berikutnya Haruto bangun. Wajahnya tetap santai walau menahan sakit. Tidak ada perlawanan apapun dari Haruto.

'BUGH!! BUGH!!'

Christ menonjok kedua pipi Haruto,"peringatan untuk mu. Kau buruk dalam mengatur emosi. Itu kelemahan mu, ku minta perbaiki sisi kelemahan mu atau kau akan hancur dengan sendirinya."

"Pergilah." Haruto mengangguk setelah Christ menyuruhnya pergi.


Bangun tidur, Haruto disuguhkan oleh keadaan Asahi yang masih terlelap dengan keadaan berantakan. Malam yang panjang bagi Asahi. Selanjutnya Haruto membantu Asahi membersihkan badannya, sesungguhnya hal itu jarang Haruto lakukan karena biasanya Asahi bangun lebih awal darinya dan sudah menyiapkan segalanya saat dia terbangun. Atau jika Asahi masih terlelap karena lelah setelah bersenggama dengan brutal, Haruto selalu memiliki tugas yang mengharuskan dirinya pergi. Maka biasanya Jeongwoo yang mengambil alih.

Hari ini, Haruto langsung membawa Asahi ke toilet. Membersihkan diri mereka. Perlakuan manis ini buah dari insiden mabuk dan pertengkaran tadi malam. Haruto merasa sebal jika mengingatnya. Setelah selesai membersihkan diri, Haruto meraih ponselnya dan membaca satu pesan masuk.

'Datanglah hari ini dan temui aku.'

Pesan singkat dari Christ, bos nya. Bos yang sudah ia anggap layaknya Ayah sendiri.

Sungguh, apakah seperti ini rasanya?
Jika mempunyai keluarga, apakah sang Ayah melakukan hal itu? Seandainya seorang kakak sedang bertengkar dengan adiknya, hal berikutnya adalah peran kakak yang menerima hukuman dari kepala keluarga karena seharusnya kakak melindungi adik bukan sebaliknya.

Haruto menggeleng, terkekeh samar. Merasa konyol dengan imajinasinya.

Dirinya terus berjalan menuju ruangan yang hendak ia tuju. Menemui seseorang yang tadi malam hampir saja ia bunuh.

Bunyi pintu terbuka membuat sang pemilik ruangan menoleh ke sumber suara. Sungchan sedikit tertegun lalu berusaha bersikap biasa saja saat Haruto berjalan mendekat.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Haruto meraih dagu Sungchan, menaikkan dagu nya hingga leher pria di hadapannya terekspos. Terdapat bekas luka lebam keunguan melingkar di leher Sungchan.

Sungchan menepis tangan Haruto, "aku baik-baik saja, hanya hampir mati tadi malam." Jawabnya santai.

"Itulah sebabnya, jaga ucapan mu." Sungchan merotasikan bola matanya saat mendengar penuturan dari Haruto.

"Bukankah ucapan ku benar? Seharusnya kau yang harus segera sadar akan ke sintingan mu, Haru. Berhentilah. Sudah cukup. Dia sudah lelah, jangan buat dia meninggalkan mu karena kesalahan mu sendiri."

Tart | Harusahi🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang