"Cinta hanya akan membuatmu lemah, Nak."
"Aku hanya menikmati tubuhnya." Sanggah Haruto ketika bos nya menyinggung Asahi.
Christian terkekeh mendengar penuturan anak buah andalannya.
"Aku mempunyai banyak jalang, pilih saja wanita manapun untuk memuaskan napsu mu.""Aku gay, bos." Haruto menolak mentah-mentah tawaran Christ.
"Aku tidak hanya mempunyai jalang wanita. Banyak lelaki yang bersedia kau setubuhi." Masih belum berhenti bos nya menawari Haruto dengan opsi lain.
"Aku tidak tertarik."
Christ berdecih menerima penolakan lagi, "bagaimana jika ku bunuh Asahi dihadapan mu, Haruto?"
"Hal selanjutnya yang terjadi adalah, akan ku penggal kepalamu dihadapan seluruh anak buah yang kau punya. Impas." Christ tertawa, pembicaraan ringan antar bos dan anak buah ini terus berlangsung setelah mereka menyelesaikan bisnis yang mereka jalani hari ini.
"Apa istimewanya boneka mu itu, Haruto?"
"Apakah itu penting bagimu mengetahuinya?" Tanya Haruto balik.
"Memang bukan urusan ku, namun jika keberadaan lelaki itu menghambat mu bekerja, itu akan menjadi urusan ku."
"Saat aku memutuskan bergabung bersamamu, sepenuhnya aku akan melakukan tugas yang sudah menjadi bagian ku. Aku tidak akan mengecewakan mu, bos." Atensi mereka berdua saling beradu, Christ melihat keseriusan pada diri Haruto.
"Untuk Asahi, sama sekali hal itu bukan menjadi penghalang ku dalam bekerja. Dia milikku, hanya aku dan tidak ada seorangpun yang bisa membawa pergi."Christ masih bergeming menunggu penuturan Haruto yang belum selesai.
"Dua prinsip itu yang akan selalu ku simpan dalam hidupku dan akan ku pegang teguh hingga aku mati. Cukup percaya kepada ku dan tidak akan ada yang merugi diantara kita berdua." Tutur Haruto pasti kepada bos nya.
Christ hanya tersenyum tipis mendengarnya. Atensinya masih setia menatap Haruto dengan ekspresi yang sulit dijabarkan. Hal itu membuat Haruto jengah. Tatapan bos nya masih saja berhasil membuat Haruto merasa di remehkan.
"Kenapa kau terlalu naif. Jujur saja kau mencintai Asahi dan kau takut kehilangannya." Christ masih saja setia menggoda anak buah kolotnya.
"Apa mau mu, bos?" Bahkan tanpa sadar Haruto tidak menyangkal penuturan Bos nya tadi.
"Kejujuran mu."
"Kenapa masih saja membahas itu!" Haruto gemas sendiri dengan topik yang bos nya bawa. Apa pentingnya untuk Christ mengetahui asmaranya dengan Asahi, meresahkan.
"Telinga mu merah, pipimu juga." Menjadi hiburan tersendiri bagi Christ mempermainkan Haruto. Bocah yang dulu ia tolong dan ia putuskan untuk melatihnya hingga menjadi lelaki yang disegani oleh kawanan nya.
"Sialan. Aku pergi saja. Obatmu mulai habis." Haruto memutuskan meninggalkan tempat tersebut. Bos yang sudah ia anggap sebagai Ayahnya sendiri begitu menyebalkan jika hanya ada mereka berdua.
"Kau menyembunyikannya dari seseorang agar tidak dibawa pergi. Namun bagaimana jika dia sendiri yang pergi meninggalkan mu?" Tangan Haruto berhenti di gagang pintu yang hendak ia buka setelah mendengar ucapan bos nya.
Haruto bergeming, memikirkan kebenaran yang terlontar dari Christ.
"Bagaimana cara agar dia tunduk padaku?" Tanya Haruto."Buat dia bergantung padamu." Lelaki bertato itu kembali bersuara.
Seringai tipis keluar dari bibir Haruto, kembali dia membenarkan ucapan bos nya dan keluar dari ruangan tersebut.
Percakapan tersebut berlangsung seminggu sebelum Haruto menemukan Yoshi dan Jeongwoo di depan teras toko saat hujan deras dengan keadaan keduanya yang tidak baik-baik saja. Berarti setidaknya sudah terhitung ada 7 tahun Haruto hidup bersama dengan dua bocah itu. Waktu berlalu begitu cepat pikir nya.
Haruto memutuskan mengasuh Yoshi dan Jeongwoo walau secara garis besar, Asahi lah yang mengasuh mereka karena Haruto lebih sering menghabiskan waktunya untuk bekerja dan malam hari ia gunakan untuk melepas penat bersama Asahi. Dirinya hanya berkontribusi dalam mencukupi finansial mereka.
Bahkan saat ia libur dalam kerjanya, mereka berdua enggan mendekat pada Haruto karena pembawaannya yang mengerikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tart | Harusahi🔞
FanfictionWARNING ❗❗❗ BxB 21+ Violence, Sexual Harassment, Adult Content (Mature) "Apa yang kau sebut rumah? Dimana kau yang tidak diterima oleh semua penghuninya? Dimana tidak ada yang peduli tentang dirimu kecuali aku?" Tangan Haruto membelai pipi Asahi, tu...