2

1.1K 141 4
                                    


Satu minggu setelah kejadian malam itu.

Taeyong selalu berangkat pagi dan pulang larut malam.Bahkan pernah suatu ketika,ia sama sekali tak pulang ke rumah.Keadaan tersebut membuat Jisoo tambah gelisah.Ditambah lagi tugas yang selalu menumpuk di mejanya saat bekerja.Juga acara hari Ayah yang diadakan sekolah Mark dua hari lagi,Jisoo belum memberitahu suaminya karena takut Taeyong tidak bisa datang.

"Hei sooyaa?Ayo kita ke kantin!" Jisoo tersadar dari lamunannya saat sahabatnya,Rosé memanggil untuk makan siang.

"Oh ya,ayo kita makan siang."

Kantin kantor tersebut sangat luas dengan berbagai meja dan kursi berbeda untuk menyamankan suasana.Koki nya juga didatangkan langsung dari Perancis untuk suguhan masakan yang lebih baik.

Perusahaan ini hanya cabang.Bagaimana dengan pusatnya?

Ah,Jisoo tidak terlalu memikirkan segala urusan perusahaan ayahnya tersebut.Karena ia anak tunggal perempuan,tentu saja soal perusahaan takkan jatuh ke tangannya.

Ia jadi teringat ayah dan ibunya yang meninggal akibat kecelakaan mobil empat tahun lalu.

Saat itu,Jisoo mendengar kabar kematian orang tuanya dari sepupunya,Kim Seokjin.

Mereka sangat dekat dari kecil sampai sering disangka kembar.Bahkan saat ayahnya meninggal,Jisoo menerima pesan bahwa perusahaan pusat akan dikelola Seokjin dan ia tidak masalah dengan hal itu.

"Hai kalian,maaf aku sedikit terlambat." Jung Jaehyun datang ke meja mereka dengan tergesa gesa.Membuat pipi Rose blushing karena kelakuan sang tunangan.

"Tidak apa,kau tidak terlambat kok." balas Rose malu malu.

Jisoo tersenyum melihat Rose dan Jaehyun saling berinteraksi di meja kantin.

Jaehyun adalah sepupu jauhnya yang diperintahkan langsung sang ayah untuk mengelola cabang perusahaan tempat Jisoo bekerja.Jaehyun juga merupakan sahabat Taeyong saat kuliah dulu.

"Jisoo bagaimana anak anak di rumah?" tanya Jaehyun di sela sela makannya.

"Mereka baik baik saja.Mark sudah bisa mengatasi segalanya."

"Tapi saat pagi Mark sekolah kan?Lalu yang menjaga Jeno?" kali ini Rose yang bertanya.

Jisoo terkekeh.
"Jangan khawatir.Aku tidak semudah itu meninggalkan anak anakku saat bekerja.Pagi pagi aku akan menitipkan Jeno pada jasa pengasuh part time,lalu mengantar Mark sekolah.Nah setelah Mark sekolah,ada supir pribadiku yang menjemputnya juga Jeno.Lalu mereka pulang ke rumah."

Jaehyun dan Rose bertukar pandang.Mereka ingin menyampaikan pendapat yang selama ini mereka tahan.

"Sooyaa,aku tahu kau ingin sekali menjadi wanita karir.Tapi,dengan keadaan keluargamu yang lebih dari cukup itu sudah menjadi kelebihan untukmu.Lebih baik,kau fokus dengan anak anak.Urusan bekerja biar suamimu saja.Aku khawatir Sooya,Mark dan Jeno akan kekurangan waktu dengamu meskipun setiap hari kau bersama mereka." Rose memaparkan pendapatnya dengan intonasi lembut sehingga tidak membuat Jisoo tersinggung.

"A-aku sudah bertanya pada Taeyong,apakah aku berhenti bekerja saja?Tapi dia sama sekali tidak menggubrisku.Mungkin dia ingin aku menjadi istri yang mandiri dan jika ada keinginan,aku tidak akan menyusahkannya."

Jaehyun mendengus lalu menegakkan tubuhnya.
"Jisoo,menafkahi istri itu memang sudah jadi kewajiban suami.Taeyong sangat wajib menafkahi keluargamu,apalagi membelikan barang barang yang kau inginkan."

"Aku juga tidak mengerti dengan jalan pikiran Taeyong.Jadi,aku han-" tiba tiba ponsel Jisoo berbunyi nyaring,memotong pembicaraan dengan rekan rekannya.

The Problem Of Marriage |TAESOO| Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang