Selamat malam 😊
.
Up Danton tampan
.
Semoga suka
.
Jangan lupa Votement'a
Agar author tahu kalian semua suka ceritanya atau nggak
Nggak sulit kok cuman tekan ☆ doang
Kalau sudi comment juga boleh, biar author makin semangat 😊
.
Happy reading 😘
.
.
.
."Maaf dokter Bram." Vina mengelak saat pria itu akan menciumnya, "Perkenalkan suami saya." Kata Vina sambil menatapku, sepertinya Vina tahu jika aku tak suka dengan pria ini, itu sebabnya langsung memperkenalkanku.
Pria yang tadi di sebut Vina dokter Bram menatapku dan tersenyum, lalu mengulurkan tangannya.
"Perkenalkan, saya dokter Bramantyo Saputro, kating dokter Vina saat kuliah dulu dan juga salah satu pria yang patah hati, saat mendengar dokter Vina menikah."
Maksudnya apa? Apa harus ya, patah hati di jelaskan? Nggak penting, mau patah hati, patah jantung aku nggak peduli.
Aku menjabat tangannya, "Lettu Ganendra Bhadrika Mahya, suami dari dokter Alvina Bhadrika Mahya." Kataku, sengaja menekan setiap kata yang aku ucapkan padanya, aku juga ingin memberitahu padanya, jika wanita yang dia sebut sudah bikin patah hati itu, milikku.
"Boleh bergabung di sini? Kebetulan saya sendirian." Katanya lagi saat sudah melepas tanganku.
"Maaf dok kami sudah selesai, saya dan suami harus kembali ke hotel." Kata istriku, dia benar - benar tahu jika aku sedang kepanasan, senang sekali rasanya, istriku sangat peka.
"Kalian menginap di mana?" Tanya dokter Bram lagi, membuatku kesal.
"Itu privasi kami dok, karena kami datang ke sini untuk honeymoon dan kami tidak menerima tamu." Kataku sinis, dokter Bram mengangguk.
"Ayo sayang, jemputan sepertinya sudah sampai." Kataku sambil mengulurkan tangan dan langsung di sambut istriku di sebrang meja, aku menggenggam tangannya.
"Kami permisi dulu dok, mari." Kata Vina, aku diam saja malas untuk berbasa basi.
Saat Vina sudah berdiri di sampingku, sudah pasti aku melingkarkan kembali tanganku di pinggangnya, memeluknya dengan posesif.
Aku membawa Vina keluar restoran dan memasuki mobil, aku tahu jika dokter Bram terus menatap aku dan Vina, tapi tak aku pedulikan sama sekali.
Sampai di hotel, aku langsung membawa Vina masuk ke dalam kamar. Melepas jas dan melemparnya ke sofa, aku langsung mengambil air mineral dingin dan meminumnya hingga habis satu botol. Dadaku rasanya masih sangat panas, setiap ingat pria bernama Bram itu akan mencium pipi istriku, apalagi dengan terang - terangan dia mengatakan patah hati, saat mendengar kabar Vina menikah, jelaskan jika dia menyukai istriku.
Aku merasakan tangan yang melingkar ke perutku dari belakang, "Jangan cemburu, Vina hanya milik mas Nendra, Vina hanya cinta sama mas Nendra." Kata pemilik tangan yang saat ini memelukku, siapa lagi jika bukan istri cantikku, Vina.
Aku tersenyum, ada kelegaan dalam diriku saat mendengar perkataannya, perlahan aku membalikkan badanku menghadapnya dan tersenyum, aku menggenggam kedua tangan mungilnya yang sangat pas untuk aku genggam.
"Wajar mas cemburu yang, mas sangat mencintai kamu, mas takut kehilangan kamu, mas nggak suka, jika ada pria lain yang mendekati kamu, apalagi tadi dengan kurang ajarnya dia mau mencium kamu, rasanya saat itu juga mas ingin sekali menonjok wajahnya hingga tak lagi berbentuk." Kataku geram.
Vina melepas genggaman tangan kanannya dan menarik ujung hidungku, "Nggak boleh gitu, cemburu boleh ko dan Vina senang mas cemburu, itu artinya mas benar - benar cinta dan sayang sama Vina, tapi cemburunya jangan berlebihan sampai bikin wajah orang lain tak beraturan ya, mas jangan khawatir cinta Vina hanya untuk mas seorang." Kata Vina lalu memeluk tubuhku dan aku pun membalas pelukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alvina Kaulah Takdir Cintaku
Romance"dokter Alvina." Langkah Vina terhenti menatap Danton tampan yang sangat suka menggodanya itu. "Ya." Jawab Vina ketus seperti biasa. "Boleh saya tanya sesuatu?" "Apa." Jawab Vina yang saat ini menyilangkan kedua tangannya di depan dada dan matanya m...