Gift

10.9K 796 22
                                    


Selamat malam 😊
.
Selamat Hari Raya Idul Adha
.
Up Danton tampan menemani malam takbiran kawan - kawa semuanya
.
Semoga suka
.
Jangan lupa Votement'a
Agar author tahu kalian semua suka ceritanya atau nggak
Nggak sulit kok cuman tekan ☆ doang
Kalau sudi comment juga boleh, biar author makin semangat 😊
.
Happy reading 😘
.
.
.
.

Braaakkk

Suara pintu kamar mandi tertutup mengagetkanku, perlahan aku mengintip dari tirai. Ya ampun mas Nendra, pantas semua orang berteriak, benar - benar ya suamiku ini, pasti tujuannya mau mengerjai bang Vino tapi malah dia sendiri yang apes, karena bang Vino tak sendirian.

Aku keluar tirai menatap mas Nendra yang sedang bersandar pada pintu dengan mata yang terpejam dan nafas yang tak beraturan, persis seperti orang yang habis berlari.

"Mas Nendra apa - apaan sih? Masih waras 'kan?" Tanyaku menatapnya, mas Nendra membuka matanya menatapku, lalu nyengir dan menggaruk tengkuknya.

"Waras lah yang, kamu mah kalau bicara asal saja deh." Kata mas Nendra berjalan mendekatiku, mengecup bibirku dan tersenyum.

"Siapa saja di depan? Ko ada suara para wanita?" Tanyaku.

"Istri mereka lah, siapa lagi." Kata mas Nendra sambil bersandar pada tembok, seakan tak berdosa sekali sudah membuat para wanita di depan sana berteriak histeris.

"Bukan salah mas yang, salah bang Vino tuh!" Lanjutnya, saat aku tak lagi bisa berkata apa - apa, hanya bisa menatapnya.

"Salah semua, lagian ngapain sih sampai begitu?" Tanyaku.

Mas Nendra tersenyum, "Tadinya mau bikin panas bang Vino, eh nggak tahunya mas juga ikut panas, saking kagetnya lihat para wanita yang berteriak." Jawabnya sambil tertawa.

Benarkan tebakanku, jika suamiku ini pasti berniat iseng sama bang Vino, tapi sayangnya dia juga yang kena batunya. Ya ampun, aku saja masih selalu syok saat melihat mas Nendra seperti itu, apa lagi mereka para wanita yang baru saja melihatnya.

Kalian mau tahu kenapa semua orang berteriak saat mas Nendra membuka pintu? Tapi sebaiknya nggak usah deh, aku geli sendiri. Sumpah nggak bohong, sebaiknya ngga usah aku katakan ya, soalnya banyak reader yang masih di bawah umur, tak baik jika sampai membayangkan yang iya iya.

Tok tok tok

"Nendra! Vina! Cepat keluar, di tunggu para orang tua sekarang juga." Itu bukan lagi suara bang Vino tapi bang Alvand.

"Iya bang, Vina sama mas Nendra nyusul, abang duluan turun saja." Teriakku sebagai jawaban.

"Oke."

"Mau apa lagi sih yang, mereka sepertinya nggak rela banget malam ini mas buka puasa, ada saja yang ganggu." Gerutu mas Nendra membuatku tertawa.

"Sudah nggak usah cemberut, nggak pantas sama badan yang besar, ini pakai handuk dan keluar ambil pakaian, sekalian buat Vina." Kataku sambil menyerahkan handuk yang langsung di terima mas Nendra dan dipakai untuk melilit pinggangnya.

"Padahal tanggung banget ya yang, kamu sudah siap, hmm."

"Bisa nanti, sekarang kita harus turun dulu kasihan mereka semua sudah menunggu, bang Alvand sudah kesini jangan sampai yang ketiga mommy mas." Kataku dan mata mas Nendra langsung membelalak nggak santai, lalu menggelengkan kepalanya.

"Jangan sampai, mas bisa di sunat lagi yang." Kata mas Nendra yang langsung keluar kamar mandi, membuatku langsung tertawa.

Selesai mengganti pakaian aku dan mas Nendra turun ke bawah, menuju kolam renang dimana seluruh keluarga berada di sana.

Alvina Kaulah Takdir CintakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang