Alohaaa... Balik lagi sama aku;)
Ini memang bukan cerita kedua yang pernah aku publish, sebelumnya aku udh pernah publish dua cerita lain tapi karena alasan pribadi aku apus lagi.
Sekarang, aku mau coba bikin lagi dan doakan saja bertahan sampe tamat. Aminnn.
Genre yang aku pilih emang beda banget dari ceritaku sebelumnya. Dan semoga aja kalian suka ya, sama cerita aku yang mungkin agak absurd ini.
Happy readingg....
.
.
.Emma hanya bisa memandang sendu pada satu titik, dimana titik tersebut menjadi pusat dari kehebohan dan keramaian yang terjadi di jalan raya ini.
Di sana, Emma menelan ludah kasar. Menatap seonggok tubuh manusia yang sudah terbujur kaku. Ialah Raganya sendiri.
Emma kira, kejadian seperti ini hanya ada di drama korea yang baru ia tonton. Dimana sesaat setelah meregang nyawa, jiwa kita akan tertahan karena dendam. Tapi demi tuhan, Emma tidak memiliki dendam kepada supir truk yang menabraknya sampai tewas itu, Emma sadar kalau dia yang tidak berhati-hati saat menyebrang.
Kemudian ia teringat perkataan tetangganya, dulu, saat ada remaja di komplek perumahan orangtuanya bunuh diri, para ibu-ibu tukang gosip percaya kalau roh remaja itu akan sulit diterima dan bisa jadi rohnya akan tertahan.
Tercenung, Emma menatap kedua tangannya lalu menggeleng. Tidak! Jelas kecelakaan tadi bukan Emma yang mau, dia tidak pernah berniat bunuh diri sedetik pun semasa hidupnya.
Emma kembali berfikir.
Kalau bukan karena keduanya, lalu apa?
Dosa?
Selama hidup, Emma tidak pernah berbuat aneh-aneh kecuali kentut sembarangan, jogging tanpa mengenakan alas kaki, terlambat karena maraton drama, sa-- oke! Emma mengaku kalau dia aneh. Tapi, keanehannya itu apa terhitung sebagai dosa?
Lagi, Emma berfikir. Dosa besar macam apa yang membuat jiwanya menjadi tertahan?
Rasa-rasanya tidak ada.
Lantas kenapa dia masih ada di sini? Kenapa tidak langsung sampai di surga atau alam yang membuat rohnya bisa tenang dan damai?
"Nggak ikhlas."
Emma terkesiap. Lalu menoleh dan mendapati seorang nenek-nenek yang Emma yakini bukan manusia.
"Maksud nenek?" tanya Emma.
"Ada yang nggak ikhlas dengan kepergianmu." jelas nenek itu.
"Siapa?"
"Orangtua mu."
Jantung Emma langsung bertalu. Teringat akan keberadaan kedua orangtuanya yang pasti sangat terpukul dengan kematian putri mereka.
"Mama ... Papa ..." lirihnya.
Si nenek menepuk pundak Emma dan tersenyum tulus.
"Jangan sedih, kamu nggak akan lama di sini. Sebentar lagi pasti ada yang akan menjemputmu."
Belum sempat membuka suara, si nenek sudah lenyap dari pandangannya. Emma tidak terlalu memusingkan hal itu, di kepalanya hanya ada Mama dan Papanya yang ia pikirkan. Pasti mereka sangat sedih dengan kematian putri tunggal mereka.
Bibir Emma bergetar. Matanya berkaca-kaca. Emma memejamkan matanya, dia berharap keajaiban terjadi, dia berharap tuhan memberinya kesempatan kedua untuknya. Kesempatan untuk hidup kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fill The Empty Body
Fantasy{FOLLOW SEBELUM BACA} Emma tidak tahu dan tidak pernah mengerti apa dosa terbesarnya selama hidup di dunia. Yang pasti dia bukan pembunuh atau sisiopat keji yang sudah pasti dosanya akan sulit diampuni. Nyatanya, Emma Laryana hanyalah seorang gadis...