4. Kebangkitan!

82 9 0
                                    

Semua siswa terkejut mendengar kabar bahwa petinggi gadis ke-2, Akane Mashiro telah kalah melawanku dan pedangnya juga patah.

Leen juga dalam masa pemulihan akibat serangan Akane yang cukup fatal.

"Hari yang benar-benar tenang..." aku sedikit berterimakasih dengan Akane yang sudah membuat Leen harus beristirahat dan membuatku bebas.

Sore ini aku berencana pulang sedikit terlambat untuk mencari tempat menyendiri, tapi aku mendengar teriakan yang cukup keras di belakang sekolah.

"Teriakan apa itu?" Aku berjalan menuju belakang sekolah, sumber suara teriakan tadi. Semakin dekat, terdengar suara orang minta ampun dan kesakitan.

Ternyata 3 orang laki-laki sedang dibully oleh 10 gadis.
"Tolong maafkan kami..." muka mereka penuh dengan memar.

"Memaafkan? Itu tidak akan pernah!"

"Oi hentikan itu..." aku mencegah seorang gadis yang akan menendang muka salah satu laki-laki itu, semua terkejut melihatku.

"Akagami Ayato..." para gadis waspada padaku.
"Ada apa ini ? Kenapa kalian membully laki-laki itu ?" Tanyaku.

"Itu bukan urusanmu!" Bentak seorang gadis berkacamata.
"Karena aku juga seorang siswa laki-laki, sudah mestinya aku membantu sesama teman."

"Mereka mengikuti salah seorang gadis, dan berdasarkan aturan... laki-laki yang mengikuti seorang perempuan harus dihajar habis-habisan." Jelas seorang gadis kecil.

"Sebenarnya..."

"Diam!!" Sebuah tendangan mengenai muka laki-laki itu.
"Daripada kami menjelaskannya, kami akan menghabisimu dan 3 laki-laki ini." Dia tertawa jahat.

"Tapi Lucia, dia..."

"10 lawan 1, dia pasti akan kalah." Namanya gadis itu adalah Lucia ternyata.

"Benar, kita bersepuluh, dia pasti akan kalah..." para gadis menghunuskan senjata mereka.

"Serang!!" Mereka menyerangku secara bersamaan, namun mereka kukalahkan dengan sangat mudah. Lucia tergeletak tak berdaya, aku mendudukinya sambil memegang kedua tangannya.

 Lucia tergeletak tak berdaya, aku mendudukinya sambil memegang kedua tangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bukan ilustrasi yang asli.

"A-Apa yang akan kau lakukan?" Dia ketakutan melihatku, aku mendekatkan wajahku.

"Tolong ampuni aku..."

"Baiklah, selesai..." aku bangun dan menyarungkan pedangku, semua orang terkejut termasuk Lucia.

"K-Kenapa kau tidak melakukannya?" Tanya Lucia.
"Melakukan apa maksudmu?" Aku bertanya balik.

"Itu, ano..."

"Alasannya simpel, aku tidak ingin melakukannya."

"Eh?" Aku berjalan ke arah 3 laki-laki itu.

"Kalian bisa berdiri?" Aku mengulurkan tangan.
"T-Tentu..." dia terlihat agak sulit untuk berdiri.

"Ayo kita ke asrama untuk mengobati lukamu..." mereka berjalan tertatih-tatih, aku mengikuti dari belakang.

"Tunggu Akagami Ayato..." Lucia menghentikanku.
"Kenapa kau tidak melakukan hal itu kepadaku?" (Cari tahu sendiri)

"Sudah aku bilang, aku tidak ingin melakukannya."

"Kenapa? Apakah aku kurang cantik? Kurang sexy? Kurang-"

"Secantik apapun dirimu, jika kau tidak bisa menghargai seseorang, itu akan percuma..." ucapku sambil meninggalkannya.

Lucia hanya bisa melihat kepergian Ayato sambil memegang tangannya.

"Sangat hangat..."

Kami sampai di asrama, 3 laki-laki tadi langsung diobati dan aku mengumpulkan semua siswa laki-laki untuk merencanakan sesuatu.

Besok pagi...

"Selamat pagi Ayato..."

"Sambutan yang cukup baik..."

"I-Itu karena kau memintaku seperti itu, jadi... ini hanya khusus untukmu."

"Terserah..." aku berjalan didampingi oleh Leen.

"Oi Leen, apakah hari ini ada pelajaran olahraga?" Tanyaku.

"Tentu saja."

"Pas sekali..." ucapku, Leen sedikit terkejut melihat reaksiku. Sementara di sekolah...

"Para laki-laki menjadi seperti semula..." Akane terkejut mendengar hal itu.
"Benar, entah kenapa itu bisa terjadi?" Ucap petinggi gadis ke-4, Aoi Yuna.

"Ini pasti ulah si Ayato, apa yang dia rencanakan sebenarnya." Akane mengetahui bahwa ini adalah ulah Ayato. Jam pelajaran olahraga.

"Tolong pisahkan olahraga siswa laki-laki pak guru." Pintaku.

"Bisa saja, tapi tidak akan diijinkan tanpa persetujuan kepala sekolah." Aku menyerahkan surat dari Elaina, pak guru membacanya.

"Apakah kau bisa melatih mereka semua?" Pak guru ragu denganku.

"Tentu saja."

"Saya serahkan padamu, Ayato."

Aku melatih semua siswa laki-laki untuk melawan para gadis. Semua siswa laki-laki bergantung padaku dan bisa dibilang... ini adalah kebangkitan siswa laki-laki.

Vote dan Follow saya, paham ?

Swordmaster At Girls SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang