13. Luna

7 2 0
                                    

Makina Luna, seorang gadis yang juga tidak memiliki seorang ayah. Luna adalah anak pertama dan dia mempunyai adik perempuan bernama, Makina Shizu. Ayahnya Luna adalah seorang laki" yang baik, namun dia terbunuh saat sedang melidungi Luna dari para penculik. Luna merasa terpukul yang membuatnya berambisi untuk balas dendam, Luna juga satu angkatan dengan Satori di dojo Akagami, bisa dibilang mereka adalah rival saat berada di dojo Akagami. Luna membenci laki" karena saat berumur 9 tahun, sekolah Luna banyak sekali siswa laki" yang berpenampilan layaknya preman, siswa perempuan ditindas oleh siswa laki" dan membuat Luna terpancing amarahnya, dia mendapat julukan "Sang Penyiksa". Dia tidak akan segan" menebas siswa laki" dengan cutter jika ada yang berani mengganggunya (sadis kali). Walaupun begitu, Luna sangat baik dengan siswa perempuan, dia siap membela siswa perempuan yang diganggu oleh siswa laki". Akibat itu juga, Luna menjadi ancaman bagi mereka yang berani macam" dengannya.

TAAAANG!!! TRAAANG!!!
Luna menangkis seranganku dengan cukup mudah.
"Pertahananmu lumayan juga, Luna..." pujiku.
"Jangan pikir bisa menembusnya dengan mudah, Ayato." Ucapnya sambil tersenyum.
"Kalau begitu... bersiaplah untuk serangan berikutnya..." ucapku sambil melakukan kuda-kuda.
"Hawa keberadaannya berubah..." Satori menyiapkan pertahanannya.
WUUUUSSH....!!
TAAAANG!!!
"Aku berhasil menangkisnya!" Satori salah perkiraan, yang berhasil dia tangkis adalah sarung pedang Ayato....
DUUAAAGHH!!!
Persis seperti serangan yang mengalahkan Leen dulu, sekarang Luna juga terkena serangan yang sama.
"APA?!!"

Luna terhempas cukup jauh akibat serangan Ayato tadi.
"Reflekmu ternyata tidak sesuai perkiraanku..." ucapku sambil memasukkan pedangku ke sarungnya.

"Kenapa bisa...?" Luna sangat terkejut.

"Beberapa bagian pada sarung pedangku terbuat dari besi, itulah sebabnya aku bisa menipumu..." ucapku.
"Sial..." ucap Luna
"Jangan menyerah dan terus latihlah dirimu..." ucapku sambil meninggalkannya.
"Awas kau Ayato!" batin Luna, sementara aku bisa melihat potensi besar dari Makina Luna jika terlatih dengan baik.

Luna berjalan menuju kamarnya dan merebahkan badannya ke kasur yang empuk.
"Akagami Ayato, aku seperti pernah mendengar nama itu..." batin Luna mencoba mengingat kembali menggunakan ingatan masa lalunya di dojo Akagami.
"Pasti ada hubungannya dengan dojo Akagami." Luna segera mengambil laptopnya dan mengetik pesan kepada seseorang, sementara disisi lain...

"Haaaa... bisakah kau tidak mengikuti ku terus Satori ?" pintaku pada Satori yang dari tadi terus mengikutiku.

"Heh... apa salahnya aku mengikutimu terus ?" tanya Satori.
"Kau menarik perhatian..." Ucapku menyadari kalau kami sedang di perhatikan oleh para siswa.
"Itu bukanlah masalah..." Balasnya sambil tetap menempel padaku.
"Merepotkan sekali." Batinku sambil terus berjalan.

Keesokan harinya...

TRAAANG!! TAAAANG!!
Luna menyerang dengan agresif, aku menyiapkan kuda-kuda bertahan dan menyerang.
"Dia berkembang dengan cepat..." Batinku sambil terus menangkis dan membalas serangan Luna.
"Ini akan segera berakhir!" Batin Luna sambil terus melakukan serangan, namun...

TRAAANG!! TAAAANG!!

"Apa ?" Luna hampir saja tertusuk oleh serangan Yato.
"Apa dia mulai serius ?" Batin Luna sambil tetap waspada.

"Ada apa Luna? Kenapa kau tidak melanjutkan seranganmu?" Pertanyaanku membuat Luna terpancing. Luna kembali menyerangku dengan agresif, namun itu membuat pertahanannya sangat berkurang.

TRAAANG!! TAAAANG!! CETAAANG!!

"Apa ?!!" Luna terkejut mendapatkan serangan agresif dari Yato, dia mulai kewalahan. Luna mulai melakukan kuda-kuda pertahanan, namun itu semua telah terlambat....

TRAAANG!!

Pedang yang seharusnya Luna tangkis, aku goreskan di atas mata pedang Luna, seakan serangan ku meleset, dia menyadari hal itu, namun reflek nya kurang cepat...

"DUAAAGH!!!" Aku menghempaskan Luna dengan gagang pedang ku yang membuat Luna terpental jauh.
"Ternyata hanya segini..." Ejek ku pada Luna. Dia terlihat tidak sanggup lagi untuk bertarung, maka dari itu aku membopongnya.

"A-apa yang kau lakukan? Lepaskan!" Luna berontak.
"Kau pikir bisa berjalan sendiri dengan keadaanmu yang seperti ini ?" Pertanyaanku membuat Luna diam. Selama perjalanan, kami hanya diam tanpa percakapan.
"Kau itu terlalu berambisi..." Ucapanku membuat Luna Heran.

"Apa maksudmu ?"
"Jika kau terus saja seperti itu, kau tidak akan pernah bisa mengalahkanku..." Aku tetap melanjutkan ucapanku, Luna tetap heran.
"Ambisi dan amarah adalah kelemahanmu, ambisi memang bagus tapi kalau kau campurkan amarah, maka kau tidak bisa stabil..." Luna mulai paham.
"Maka dari itu, jangan mudah terpancing apalagi hanya sebuah hal sepele." Dia menunduk diam, entah apa yang dipikirkan.
"Kita sudah sampai lo..." Aku membuyarkan lamunan Luna.
"E-eh? Y-ya... Hehehe." Aku meminta Satori untuk membawanya ke kamar. Hari itu tanpa aku sadari, aku telah membangkitkan monster.

Besoknya latihan kembali berjalan, perkembangan Luna cukup cepat. Dia tidak mudah di pancing lagi, ketenangannya juga stabil.
"Seperti yang aku harapkan." Batinku. Luna akan menghadapi ujian akhir besok, aku memperingatkannya untuk menyiapkan diri sebaik mungkin yang di jawab dengan semangat dan antusias.

Latihan kelulusan dimulai!

Luna menyerang dengan cukup agresif, namun saat aku menyeranh balik , dia terkadang melakukan serangan tak terduga.
"Dia berkembang pesat." Aku takjub dengan serangan kejutan dari Luna. Namun hal itu tidak akan membuatku jatuh dengan mudah. Aku menyerang dengan teknik pedang yang berbeda, Luna terkejut melihat hal itu.

"Tekniknya berubah?!"
"Jangan lengah, Luna..." Ucapanku membuat Luna kembali waspada.
"Oke..." Luna mencoba menyeimbangi serangan dan teknikku, tapi dia tidak bisa.
"HEAAAT!!" Luna melompat menghindar, tapi aku segera menendangnya jatuh.
"Ugh..." Luna terjatuh di tanah dan aku segera mengakhiri.
"Sudah berakhir..." Luna kecewa akibat kekalahannya.
"Pasti aku tidak lulus..." Batin Luna.
"Kau lulus Luna..."
"Eh ?!!"
"Kau melakukannya dengan sangat baik..." Puji ku.
"Aku lulus ?!!" Luna masih tidak percaya.
"Tentu saja, kau membuatku sedikit kewalahan." Puji ku lagi pada Luna.
"Ikuzooo..." Dia melompat kegirangan. Yah kalau di pikir, Luna memang melebihi ekspetasiku, dia pantas mendapatkannya.

Vote Dan Follow Authornya!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 28, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Swordmaster At Girls SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang