9. Seorang Monster

45 4 1
                                    

"Apa-apaan dengan tatapannya itu?" Luna sedikit takut dengan tatapan Ayato.
"Apakah kau ketakutan, nyonya psikopat?" Tanyaku.
"T-Takut? Siapa bilang aku takut?" Ucapnya.
"Kalau begitu, ayo menari." Ucapku sambil berjalan sempoyongan.
"Jangan dekati tuanku!"

ZRAAATS

"AAKKH!!" Aku menebas tubuhnya.
"Dia menebasnya tanpa ragu?!" Luna terkejut.
"Kenapa kau diam? Ayo menarilah!" Aku menyerangnya dengan tebasan bertubi-tubi.
"Aku akan serius kali ini!"
"Bagus, aku suka semangatmu itu." Aku dan Luna beradu pedang.
"HYAAH!!"
"Lambat..."
"Eh?" Aku menendangnya jatuh ke lantai.
"Ada apa? Kau terlihat lemas?" Tanyaku.
"Padahal sudah terkena obat bius, tapi dia tidak jatuh sama sekali!" Luna melompat ke arah Ayato.
"Kau akan berakhir disini!"
"Tidak belajar dari kesalahan rupanya..." aku menangkap jarum yang melesat ke arahku.
"Dia menghentikan serangan jarumku?!" Aku langsung menangkis serangan Luna, lalu berputar dan menusukkan jarum tadi ke paha Luna.
"AAKKH!!" Luna jatuh kesakitan.
"Are, ada apa? Kemana semangatmu tadi?" Tanyaku.
"Sialan kau, ugh!" Luna memegang kepalanya.
"Pandanganku..."
"Jarum tadi adalah jarum bius yang kau tusukkan padaku, dan sekarang rasakanlah biusmu sendiri." Ucapku.
"UGH!" Kepala Luna mulai pusing.
"Dengan ini, kau berakhir..." aku mengangkat pedangku tinggi"
"Tolong..."

TAAANG!!

Pedangku menabrak lantai cukup keras, sedikit lagi pedangku mungkin bisa membelah hidung Luna, dia terkejut.
"Kau kalah, Luna..." ucapku sambil mengambil sarung pedangku.
"Kenapa..." aku melirik Luna sambil memasukkan pedangku.
"Kenapa kau tidak membunuhku? Kenapa?!"
"Percuma jika aku membunuhmu, tidak akan ada untungnya bagiku." Jawabku.
"Kenapa? Aku sudah banyak berdosa dan aku tidak pantas untuk hidup, tolong bunuh aku!" Dia memohon kepadaku.
"Semua orang layak untuk hidup, dan juga tidak pernah ada dosa yang tidak bisa ditebus." Balasku.
"Kau masih layak untuk hidup Luna, jangan sia"kan hidupmu." Ucapku sambil berjalan keluar dari ruangan itu. Para siswa laki" pun datang menolongku.
"Kapten!!" Aku hampir ambruk langsung dibopong ke asrama.
"Terimakasih kalian semua..." ucapku.

"Dimana Yuta dan Maru?" Tanyaku.
"Mereka sedang beristirahat kapten."
"Begitu ya..." Taka membalut lukaku dengan perban.
"Kalian pergilah tidur, besok sekolah." Ucapku.
"Iya kapten..." mereka satu-persatu keluar kamarku dan menuju kamar mereka masing". Setelah Taka selesai, aku pun langsung tertidur pulas karena obat bius tadi masih bekerja. Dengan cepat pagi pun datang...

"Woaah..." aku bangun dengan tubuh yang segar, tapi lukaku masih terasa sakit.
"Aku harus segera menyelesaikan semua ini, dan aku bisa tenang setelah itu..." aku mengambil handuk dan berjalan menuju kamar mandi. Pagi ini semua siswa laki" bangun cepat, aku juga sedikit terkejut, tapi ya sudahlah.
"Selamat pagi, Ayato..."
"Pagi juga, Leen..." balasku sambil  menyandang tasku.
"Hoh, sudah datang lebih awal..." Mashiro datang.
"Mashiro!"
"Pagi, Mashiro..." aku menyapanya.
"P-Pagi juga, Ayato." Balasnya.
"Mooo, kalian berdua curang..." Yuna dan Rena juga datang.
"Pagi" mereka sudah ribut saja." Batinku.
"Kenapa kalian berdua disini?"
"Harusnya kami yang menanyakan hal itu..." mereka berdebat.
"Kenapa kalian berempat kesini?"
"Berisik!!" Mereka serentak menjawab pertanyaanku.
"Mereka benar" merepotkan..."

Kami berlima berjalan menuju sekolah bersama, mereka berempat tampak masih berselisih. Di tengah jalan aku bertemu Luna, petinggi gadis ke-6, dan seorang psikopat.
"A-Ayato!"
"Kau terlihat baik" saja Luna." Mendengar hal itu, Luna sedikit kesal dan mencoba menyerangku.
"Kubunuh kau!" Leen datang dan menangkis serangan Luna.
"Tidak akan kubiarkan kau menyentuh Ayato!"
"Leen? Kenapa kau menghalangiku?" Mashiro pun datang membantu Leen.
"Kau juga Mashiro!" Luna melompat mundur.
"Ada apa ini? Kenapa kalian malah melindungi dia?!" Tanya Luna.
"Karena dia adalah guru kami..." jawab Leen.

"Guru?"
"Benar, sekarang Ayato melatih kami teknik pedang, jadi jangan berani" kau menyentuh Ayato!" Ucap Mashiro.
"Sombong sekali kalian berdua..." Luna langsung menyerang Leen dan Mashiro, pertarungan mereka cukup sengit. Tapi Leen dan Mashiro berhasil memukul mundur Luna.
"Ada apa ini? Serangan dan pertahanan mereka menjadi sangat kuat? Apakah ini latihan mereka dengan Ayato?!" Batin Luna.
"Kemana fokusmu?!" Luna berhasil melompat menghindar dari serangan Leen.
"Awas saja kau Ayato..." Luna memasukkan pedangnya ke sarung dan pergi. Kami pun melanjutkan perjalanan menuju sekolah.

Sekolah dimulai seperti biasa, beberapa gadis masih waspada dengan laki" tapi sebagian besar sudah berinteraksi dengan laki". Bahkan gerombolan Lucia juga sudah terbiasa, mereka juga ingin membuat sebuah klub persatuan laki" dan perempuan. Ya bisa dibilang sesuai rencanaku.
"Mungkin aku akan berjalan-jalan sebentar..." batinku. Aku berjalan mengelilingi sekolah, ditengah jalan aku bertemu sekelompok siswa laki" yang sedang mengintip sesuatu
"Apa yang sedang kalian lakukan?" Mereka langsung terkejut melihatku, dan ternyata salah satu dari mereka adalah Taka.
"K-Kapten!" Aku pun mengintip dan melihat seorang gadis tinggi berambut perak dengan sebuah katana putih sedang duduk disebuah bangku.
"Seorang gadis?" Batinku.
"Oi, apa yang sedang kalian lakukan?" Tanyaku pada Taka dan teman"nya.
"K-Kami sebenarnya ingin lewat, tapi ternyata tempat itu dijaga oleh Satori..."
"Satori?"
"Benar, dia adalah petinggi gadis ke-6 dan merupakan yang terkuat, siapapun yang mengusiknya bakal dibunuh!" Aku sedikit terkejut.

"Kalian ternyata pengusiknya..."
"Eh?!" Tiba" Satori sudah dibelakangku.
"Kalian sudah mengusik seorang monster..." aura sekitar Satori berubah.
"Monster?"
"Benar kapten, karena kekuatannya itu, dia mendapat julukan sang Monster!" Jelas Taka.
"Hoh, ternyata ada kau juga, Akagami Ayato..." dia menyapaku.
"Kenapa memangnya aku ada disini?" Tanyaku.
"Sebenarnya aku tidak ingin berurusan denganmu, tapi karena kau yang memancing duluan, aku terpaksa melawanmu..." Satori memasang kuda"nya, bahaya.
"Kalian cepat pergi dari sini." Perintahku pada Taka dan lainnya.
"B-Baik kapten!" Mereka langsung berlari pergi.

To be continued....

Vote dan Follow Authornya ye...

Swordmaster At Girls SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang