Prologue. - Reality

75 9 5
                                    

Apa arti kehidupan yang sesungguhnya?

Apakah suatu kematian memiliki makna?

Mengapa keduanya selalu berdampingan satu sama lain?

Aku sungguh tak mengerti.

Sebenarnya, diriku belum siap menerima kenyataan yang sebenarnya.

***

Pukul 23.59 aku mendengar kabar dari orang tuanya, kalau dia tiba-tiba tak sadarkan diri dan masuk rumah sakit. Lalu, ia tak akan bisa hidup lebih lama lagi.

Kedua orang tuanya pun tampak putus asa, lesu, lelah dan sama sekali tak bersemangat. Kami telah dihancurkan sehancur-hancurnya oleh kenyataan pahit yang ada.

Aku hanya bisa berharap kalau ini adalah mimpi, mimpi yang sangat amat buruk. Sangat berharap kalau aku bisa bangun sekarang juga.

14 hari adalah batas dia dapat hidup. Dokter ternama pun juga telah menyerah, semua kerabat dekat, sahabatnya, hanya bisa berdoa dan berharap.

Divonis penyakit kronis di usia 18 tahun merupakan hal yang cukup menyayat hati. Prediksi dokter, ia hanya punya waktu 14 hari sebelum dia meninggalkan kami semua.

Penyakit yang tidak dirasa oleh tubuh, langsung menyerang bagian vital dan dapat berakhir kematian bagi pengidapnya.

"Hei, Sora. Kata dokter, waktuku tinggal 14 hari lagi, maukah kau melupakanku saja."

"...."

"Disini, aku yang sedang sakit. Akan tetapi, kau tampak pucat. Kau pasti lelah memikirkanku kan?"

"Ya, kau benar."

"Lupakan saja diriku atau mati bersamaku. Dua pilihan yang dapat aku berikan. Sebenarnya, aku juga tak ingin meninggalkanmu, Sora."

"Apa?"

"Maaf, waktumu untuk memilih dan waktuku untuk hidup, tersisa 14 hari lagi. Pilihlah yang menurutmu tepat."

Sial, sekarang ini aku benar-benar putus asa. Percakapan singkat yang benar-benar membuatku kalut dalam keputusasaan.

Ucapan, perkataan, pilihan yang diberikan seseorang yang akan menemui ajalnya merupakan hal yang sakral. Seharusnya, aku yang seperti ini harus cepat-cepat memberikan jawaban yang pasti.

Namun, aku hanya bisa mengatakan....

"Maaf, Akira. Sekarang ini aku benar-benar putus asa. Tolong... Semangatlah untuk terus hidup."

"Apa?! Semangat? Sebentar lagi aku akan mati, Sora! Tolong mengertilah...."

Selesai sudah! Aku ceroboh.

14 Days Left Before DiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang