14 Days Left. - Calendar

39 7 2
                                    

Kecerobohanku membuat Akira kacau dalam luapan emosi negatifnya. Akira yang sedang sakit, terpaksa membentakku, melotot dan tersirat rasa kecewa di wajahnya.

Sempat menitikkan air mata, namun hanya sebentar. Dia tetap tabah menghadapi ujian yang berat ini. Sama beratnya dengan pilihan yang sedang kuhadapi.

Aku tak kuasa memandang wajahnya dan matanya. Saat berbicara dengannya, aku hanya bisa menunduk melihat lantai. Aku sangat tidak tega melihat kenyataan yang ada.

Saat di rumah sakit pun, aku sempat menyembunyikan kalender dan kupindahkan ke dalam lemari. Kalender yang terpajang di dinding hanya akan membuat diriku dan Akira lelap dalam keputusasaan. Kalendernya hanya akan memperkeruh keadaan.

"Hei, Sora. Terima kasih sudah mendatangiku."

"I-iya...."

Suaranya gemetaran, apa yang Akira rasakan? Suara lemahnya menular ke diriku. Aku juga tak bisa berbicara dengan kuat. Suaraku sama gemetarnya dengan suara Akira.

"Kau membawa apa, Sora?"

"Buah-buahan dan dessert."

"Enaknya.... Sekali lagi, terima kasih ya."

Aku tak sanggup menjawabnya, hampir saja diriku meneteskan air mata. Kalau saja Akira sedang tidur atau tak melihat wajahku, bisa-bisa aku menangis disini. Air mata sudah sampai di bola mata.

Pedih rasanya, melihat gadis yang dekat denganku ini akan mati dalam 14 hari lagi. Aku hanya bisa menahan perasaan pedihku ini.

Hanya bisa bimbang dengan pilihan yang diajukan oleh Akira kepadaku. Aku tak bisa menyinggungnya disaat seperti ini.

"Akira? Bagaimana kalau besok kita jalan-jalan berkeliling?"

"Ah, iya. Kedengarannya menyenangkan."

"Baiklah kalau begitu."

14 Days Left Before DiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang