Pagi ini, aku berada di rumah Akira untuk membantunya mengerjakan tugas sekolah.
Karena sekarang hari Minggu, aku juga senggang, tak masalah juga untuk membantunya.
Teh dan roti berada di atas meja jauh dari buku. Meja yang cukup luas dapat menampung semuanya. Ada 6 buku di atas meja.
Akira masih menyempatkan untuk melakukan kegiatan yang menurutnya bisa dilakukan sebelum akhir hayatnya. Pribadinya yang seperti ini telah membuatku dekat dengannya.
Kami mulai dekat sejak dua tahun yang lalu, saat Akira kelas satu dan aku kelas dua. Sangat sering kami belajar bersama seperti ini. Kami saling membantu satu sama lain.
Bisa dikatakan, kalau kegiatan semacam ini adalah kegiatan yang biasa kami lakukan selain kencan. Karena kami masih lah pelajar, jadi kami jadikan waktu luang kami untuk belajar bersama.
Saat Akira sedang berkonsentrasi mencatat materi, dia memintaku untuk mengambilkan ponsel yang ada di kamarnya. Menurutku, cukup tak sopan bagiku masuk ke kamar seorang gadis. Akan tetapi, tak masalah juga karena aku dimintai tolong olehnya.
Berada di depan pintu kamarnya, mengingatkanku pada kejadian dua hari yang lalu. Dimana Akira menitikkan air mata karena diriku. Seharusnya, waktu itu berakhir menyenangkan karena acara pesta. Tapi, malah aku yang mengacaukannya.
Ketika di rumah sakit, Akira memetik bunga Amaranth dan bunga kenop. Ternyata, ia meletakkannya di atas meja kamarnya dan vas bening sebagai wadah. Bunganya tampak layu karena itu bukanlah bunga yang bisa hidup di dalam ruangan.
Mataku melihat diary milik Akira ditengah aku meraih ponselnya di atas meja. Aku belum pernah melihat diary itu sebelumnya. Apa itu rahasia? Sebenarnya, diriku penasaran juga, tetapi apakah etis aku membuka tanpa permisi?
Kuurungkan niatku untuk membukanya, bergegas keluar kamar menuju ruang tengah. Aku tak menyinggung diary itu untuk saat ini. Akan terlihat sangat tidak sopan di depan Akira. Mungkin, dia akan berpikir kalau mataku jelalatan saat di kamarnya.
Kami lanjutkan waktu luang kami saat ini, apa yang bisa kami lakukan, apa yang bisa Akira lakukan, apa yang bisa kulakukan, semuanya pasti akan membuahkan hasil. Misiku untuk saat ini hanya ingin membuat Akira bahagia sebelum ajal menjemputnya.
"Kau berkaca-kaca?"
"Iya, rotinya sangat enak sampai membuatku ingin menangis."
Rotinya benar-benar enak, mungkin karena aku memakannya bersama dengan Akira.
Kapan lagi kita bisa melakukan ini berdua, Akira? Saat ini, betul-betul momen yang tak ingin kuakhiri sekejap. Aku ingin melakukan ini selamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
14 Days Left Before Dies
Cerita PendekJuunichi Sora (19), remaja yang baru saja lulus sekolah menengah mendapat kabar bahwa gadis yang dekat dengannya tidak akan bisa hidup lebih lama lagi. Hinakawa Akira (18), gadis yang lebih muda satu tahun dari Sora akan meninggal dalam 14 hari lagi...