✨ мαgιє - нυιт

772 132 35
                                    

Ketika terbangun di keesokan paginya, Jeno tengah berbaring di sebuah ranjang. Kedua mata beriris merahnya mengerjap pelan, menormalkan pandangannya yang buram akan sekitar.

Kamar Jaemin, ia tengah berada di kamar Sang pendamping hidupnya tersebut. Jeno ingat, semalam Jaemin membawanya pulang ke rumah pria tersebut. Jeno juga ingat, betapa wajah Jaemin terlihat tenang semalam. Namun, dengan sorot mata yang nampak jelas memancarkan kekhawatiran yang luar biasa.

Menunduk kemudian, Jeno mendapati sesosok pria yang masih memejamkan mata dalam pelukannya. Sosok dengan wajah rupawan yang bersinar, bahkan dalam kegelapan sekali pun. Sosok yang sudah sejak lama ia cintai. Baik di masa lalu, maupun di masa kini.

Lee Jaemin.

Tiba-tiba nama itu terlintas di kepala. Sosok yang dulu selalu ia rindukan. Sosok yang sejak dulu ia cintai.

Sosok yang tidak bisa Jeno miliki.

Namun, alangkah baiknya Tuhan memberikan sosok tersebut kembali padanya. Dalam rupa dan raga yang sama, dalam hati dan perasaan yang sama, juga cinta yang sama.

Na Jaemin.

Sebuah nama yang pada akhirnya menjadi alasan atas kehidupannya selama ini. Sosok yang menjadi alasan.. mengapa Jeno bisa bertahan hingga saat ini.

Ia memeluk erat sosok tersebut. Memeluknya seolah ia akan kehilangan sosok itu pada kemudian hari. Seolah.. ia sungguh merasa sangat takut akan berpisah dengan sosok Na Jaemin.

Seseorang yang sangat Jeno cintai.

"Jaemin, ku mohon hanya sebentar. Sebentar saja. Tolong.. sebentar saja..."

Gumaman tersebut sesungguhnya di dengar dengan jelas oleh Jaemin yang sejak beberapa menit lalu membuka matanya.

_-_Magie De L'univers S2_-_

"Ukhuk!"

Terbatuk kemudian rasa sakit kembali terasa di sekujur tubuh. Taeyong membuka matanya dengan perlahan, mengerjap dengan sisa tenaga yang ia miliki. Ia kemudian mengangkat kepala yang terasa sangat berat. Kepalanya pening seolah berputar, dan rasa sakit pun tak terelakkan.

Sudah berhari-hari ia berada dalam ruangan bak replika neraka tersebut. Sudah banyak pula suntikan berbagai macam zat kimia mengalir di dalam pembuluh darahnya. Dan selama itu pula Taeyong tak berhenti memohon kepada Yang Maha Kuasa agar segera mengakhiri hidupnya.

Sungguh.. rasanya lebih baik ia mati saja. Rasanya teramat menyakitkan. Dan Taeyong sungguh tidak bisa menahannya lebih lama lagi.

Bahkan, kedua iris mata pria tersebut telah berubah biru dengan urat-urat mata berwarna serupa. Zat kimia yang disuntikkan ke dalam tubuhnya sudah banyak menunjukkan efek samping. Termasuk pada warna rambutnya yang beberapa helai telah berubah menjadi warna biru terang.

Pintu besi yang berada sejajar di depannya terbuka kemudian. Menampilkan sosok seorang pemuda menggunakan jas putih polos juga masker medis, berjalan menghampiri. Taeyong hanya memandang sosok tersebut dengan sorot pasrah. Di hari keempat ia sebagai objek percobaan, mungkin akan menjadi hari terakhir dirinya hidup.

Tapi, menurutnya itu lebih baik ketimbang harus hidup dengan merasakan rasa sakit yang menyiksanya setiap detik.

Taeyong menghela nafas lemah ketika sosok yang terlihat seperti seorang ilmuwan tersebut merogoh kantung jasnya. Namun bukan untuk mengeluarkan jarum suntik, melainkan sebuah kunci yang terbuat dari besi baja berwarna hitam.

Kunci tersebut tentunya bukan sekedar kunci pada umumnya. Kunci yang telah dialiri mantra, didekatkan ke lubang kunci yang cocok. Kemudian, borgol yang membelenggu kedua pergelangan tangan dan kaki Taeyong seketika terbuka.

[ ] 2. Magie De L'univers : Fin De L'histoireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang