7

19.8K 1.1K 17
                                    

Lucas berjalan mengantarkan raina ke ruang kepala sekolah, tak jarang pekikan histeris menggema di semua lorong menuju ruang kepala sekolah, entah itu pekikan kagum, penasaran, terpana, kebencian bahkan lebih parahnya lagi adalah tatapan sinis tak lupa dengan iri, mereka berdua yang sedang di perbincangan kan hanya cuek-cuek saja, karena bagi mereka, semua itu adalah hal biasa.

Jangan salah, raina dulu saat di Sekolahan lamanya adalah seorang primadona, bahkan tak jarang dirinya mendapatkan begitu banyak coklat dan surat setiap pagi di laci mejanya, jadi jangan salahkan raina jika ia tak merasa terganggu sedikit pun.

Raina akan membiarkan mereka berkata semaunya, tapi saat ia merasa terganggu dengan ucapan dan perilaku mereka, barulah ia akan menampakkan siluman ular yang ada di dalam dirinya, jangan salah sangka, raina memang lucu dan imut, tapi saat ia merasa terusik, mulutnya akan berbicara melebihi bisa ular, dan fikiran nya akan licik melebihi seekor ular dan kancil, karna ia tahu, bagaimana menyingkirkan seorang hama yang ada di sekolahan.

Langkah raina terhenti saat Lucas membukakan pintu Kepala sekolah, ruangan ini begitu luas untuk ukuran kepala sekolah se elite ini, raina menatap kepala sekolah yang masih berkutat dengan berkas-berkas, mungkin itu adalah surat untuk anak yang melanggar aturan.

"Kelas" Raina menatap abang nya tak percaya, bisa-bisa nya dia berani berkata sedingin itu kepada gurunya sendiri, Lucas yang di tatap menganga adik nya hanya diam saja .

Sedangkan kepala sekolah yang baru menyadari keberadaan nya pun berdiri, tersenyumlah hangat, kembali raina mengangga, semenakutkan itukah abang nya, sampai kepala sekolah saja tak berani memarahinya, apa jangan-jangan kepala sekolah takut karena ada marga Wilson di belakang nya, jujur raina sangat penasaran dengan marga willson, se hebat apa keluarga nya sampai semua orang takut ke pada mereka.

"Di kelas Xl IPA 2"

Setelah mendapatkan kelas adik nya, Lucas menarik pelan pergelangan tangan sangat adik, koridor yang awalnya penuh banyak orang kini berganti senyap karena bel telah berbunyi tiga menit yang lalu sebelum Lucas membuka pintu kepala sekolah.

"Abang gak sopan" Tegur raina saat mereka berjalan menuju kelas barunya.

"Kan abang gak suka bertele-tele sayang" Tetap saja raina menatap abang nya tak suka.

"Walaupun begitu, abang harus menghormati orang yang lebih tua, kecuali kalau orang yang lebih tua salah, baru abang bisa bertindak, tapi jangan kelewatan batas" Omel raina dengan mata melotot.

Bukannya terlihat menakutkan, malah terlihat begitu sangat menggemaskan, kedua sudut bibir Lucas tertarik sedikit menahan tawa nya saat melihat adiknya yang sangat menggemaskan, ingin rasanya Lucas Mengunyel-Mengunyel pipi tembem adiknya, tapi sayang nya ia harus menahan nya agar adiknya tak lebih marah dari ini.

"Abang dengerin raina bicara gak sih" Kesal raina karena sedari tadi ia mengoceh, abang nya terlihat sedang melamun.

"Iya, abang denger, maaf ya, janji gak gitu lagi" Saat di depan mu lanjut Lucas di dalam hati

"Udah sampai, masuk gih, abang balik ke kelas dulu" Lanjut Lucas sembari mencium kening adiknya lembut.

Raina menganggukkan kepala nya patuh, Lucas diam menunggu adiknya masuk dulu kedalam kelas, baru ia akan pergi menuju tempat tongkrongan, ya kali masuk kelas yang isinya membosankan itu, Lucas tahu kalau adiknya sedang menyembunyikan rasa kegugupan nya, tapi ia memilih diam karena ia ingin adiknya melawan kegugupan nya itu.

Pintu kelas di ketuk secara perlahan, menghentikan guru yang sedang menerangkan, saat Raina masuk kedalam, banyak orang terpekik tertahan karna murid baru itu ada di kelas mereka, sungguh sangat beruntung nya mereka.

"Kamu yang murid baru itu? " Tanya guru pria berperawakan tinggi dengan tubuh proposal.

"Iya Pak"

Gila-gila-gila

Gak nyangka dia di kelas kita

Cewek cantik nambah lagi woy

Gemes

Pipinya minta di makan

Duh neng, jadi pacar abang kuy

Dan masih banyak lagi yang mereka ucapkan, Awalnya Raina biasa saja, tapi saat matanya tak sengaja melihat abangnya yang sedang duduk anteng di pojokan hanya tersenyum geli melihatnya, bayangkan saja, abangnya merucutkan bibirnya menahan kesal teringat pagi tadi, bahkan wajah nya ia buang menghadap jendela kelas, seakan jendela itu lebih menarik daripada diri nya.

"Perkenalkan nama saya Raina rumaish willson, kalian bisa panggil Raina" Semua orang terpana melihat senyum manis dan imut milik Raina, ditambah lagi marga dari murid baru tersebut, disisi lain, andra sedang menahan amarah karena adiknya di pandang semua orang dengan begitu.

"Ada yang ingin di tanyakan? " Ucap guru pria tersebut, memecah kekaguman mereka karena Raina.

Jadi cewek di depan nya ini adalah anak tiri dari keluarga willson, berarti adik dari andra dan Lucas, batin semua orang

Saat merasa tak ada pertanyaan dari semua muridnya, guru pria itu mengangkat tangannya untuk berjabat tangan dengan Raina, dengan kepekaan minim Raina diam karena bingung, saat melihat tangan guru tersebut di depan wajahnya, Raina baru menyadari maksud dari guru tersebut.

"Saya Roberto Cavalli, kamu bisa panggil saya pak ribet, silahkan kamu duduk di samping meli, meli angkat tangan mu"

Mata bulat cerah Raina menatap seorang cewek cantik yang berdiri tersenyum ke arah nya, tanpa berfikir dua kali Raina berjalan menuju mejanya yang ada di pojok bagian kanan, sedangkan abang nya duduk di pojok bagian kiri dekat jendela keluar kelas.

"Hai, kenalin aku meli" Raina menjabat tangan meli dengan senang hati menerima perkenalan dari meli

"Seneng ketemu sama lo, mulai sekarang kita sahabat, nanti aku kenalin teman-teman gue"

"Emang temen lo mana? " Meli terkekek melihat Raina yang sangat menggemaskan

"Itu di depan lo, mereka berdua temen baik gue" Raina menganggukkan kepala nya seolah mengerti dengan bisikan meli

Our Butterfly (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang