44

6.6K 498 23
                                    

Raina menatap semua keluarga dari almarhum ayahnya tak minat, apalagi tatapan mereka yang tak bersahabat saat pertama kali ia menghampiri mereka yang ada di ruang tamu bersama mamahnya, tumben sekali mereka mau ke sini, apakah Raina memiliki salah yang besar sampai mereka bela-belain datang kemari,  Raina ingat sesuatu, bukannya mereka tak sudi menginjakkan kaki di mansion keluarga yang kata mereka ada orang pembawa sial, terus ini apa permisa-permisa.

"Mau apa? " Tanya argan setelah duduk menatap mereka penuh dendam.

"Saya dan keluarga saya meminta maaf atas semua perlakuan keluarga saya, saya mohon kembalikan lagi harta keluarga saya, dan saya mohon agar anak anda menghapus semua video dan foto yang tidak mengenakan untuk cucu saya bebi" Ucap kakek Raina memohon belas kasih tanpa mau menatap Raina barang sedikitpun.

"Kenapa harus di hapus, kan bagus kalo di buat tontonan, gimana? Malu ya punya cucu kayak dia? " Ejek Raina memotong ucapan argan saat ingin berbicara.

Raina yang di tatapan penuh kebencian oleh mereka yang katanya keluarga pun tersenyum sinis, setelah kejadian malam itu, Raina sudah memutuskan untuk tak lagi berharap apalagi memiliki belas kasih pada mereka yang selama ini tak pernah menunjukkan itu pada Raina, kini hanya ada Raina, dewi dan argan yang berada di sana, sedangkan lucas dan andra masih ada si sekolah, David juga masih bekerja.

Raina pulang dari rumah sakit dua hari yang lalu setelah empat hari perawatan, sebenarnya ia ingin sekali bersekolah, tetapi keluarga dan kekasihnya tak mengizinkan Raina untuk bersekolah, alasan nya cukup simpel, karena Raina baru pulang dari rumah sakit, padahal Raina sudah sembuh total, bahkan ia bisa lari-lari sesuka hati, tapi harus bagaimana lagi, emang dasarnya keluarga dan kekasihnya overprotective, mau jalan dua langkah saja tak di perbolehkan, jadi seperti inilah Raina sekarang, mau kemana-mana harus memakai Kursi roda, dan jika raina bosan memakai kursi roda, Raina harus mau di gendong, kalau tidak begitu beragama siraman rohan akan Raina Terima.

"Saya tak berbicara dengan anda nona" Tegas kakek Raina menatap Raina sinis.

"Dih, PD, siapa juga yang mau bicara sama lo, mending gue bicara sama iblis ketimbang bicara sama tai" Mereka semua yang ada di sana menatap Raina nyalang, kecuali argan dan dewi yang ingin tertawa mendengar ucapan Raina.

"Dasar tak punya sopan santun" Sarkas nenek Raina yang menatap Raina penuh jijik.

"Buat apa saya punya sopan santun sama binatang, anjing aja lebih tinggi harganya dari pada kalian" Percayalah walaupun Raina mengucapkan semua itu penuh dengan nada ketenangan, tetapi di dalam hati ia sangat kesakitan akan ucapannya sendiri.

"KAMU? " Teriak ayah bebi menunjuk Raina sambil berdiri menatap Raina penuh kemarahan, ia tak Terima jika orang tua kandung nya di rendahkan seperti itu.

"Kenapa? Kok marah? " Tanya Raina semakin memancing adik dari almarhum ayahnya itu, inilah yang Raina tunggu-tunggu sedari tadi, mangsa masuk perangkap.

"Jangan pernah merendahkan kedua orang tua saya, apalagi kamu adalah cucunya"

"Cucu? Sejak kapan? Bukannya mereka sendiri yang gak mau ngakuin gue sebagai cucunya, yang di akui kan anak lo, Orang-orang taunya hanya anak lo cucu mereka, kenapa tiba-tiba lo bilang gue cucu mereka? Kan ayah gue anak pungut"

"KAKAK SAYA BUKAN ANAK PUNGUT" Raina menanggapi teriakan tersebut dengan wajah pura-pura terkejut.

"Oh ya? Wah hebat, berarti yang selama ini salah bukan ayah gue dong, tapi orang tua lo yang salah, katanya ayah gue anak mereka, tapi kenapa nih dua bau tanah gak bisa ngertiin anak mereka, egois dong orang tua almarhum ayah saya, hanya karena ayah saya tak mau menyetujui perjodohan yang mereka buat, dan lebih memilih mamah saya, mereka sebenci itu? Ck, ck, ck, padahal orang yang kata mereka wanita baik-baik adalah jalang yang sesungguhnya, tetapi mamah saya yang wanita baik-baik dikatain jalan, Katarak kayaknya mata mereka''

"DIAM KAMU"

"Kenapa saya harus diam? Bagaimana rasanya orang tua lo gue kata-katain kayak tadi? Sakit kan? Ya itu yang gue rasain selama ini dari keluarga lo itu, mereka mana tau rasanya kayak gimana, KARENA KELUARGA LO ITU IBLIS, ANJIRR" Teriak Raina di akhir kalimat.

"Lo semua selalu nyalahin gue karena gue hadir di dunia ini, kalau di suruh milih, gue juga gak mau di lahirin di dunia ini, kenapa harus gue yang di salahin? Padahal gue gak tau apa-apa, kenapa harus mamah gue yang lo semua giniin, padahal mamah gue gak pernah berurusan sama lo lo pada, salah kita di mana coba, apa salah ayah saya mencintai mamah saya? Apa salah ayah saya memperjuangkan cintanya? Belum tentu ayah saya bahagia sama wanita yang kalian pilih, karena bagaimanapun kalian memaksa, yang ada di hati ayah saya hanya ada mamah saya, percuma ayah saya menikah dengan wanita yang kalian pilih, dia gak akan bahagia karena tanpa adanya cinta " Lagi, Raina kembali menangis hanya karena mengorek kembali luka lama.

"Kalian pengen ayah gue bahagia, tapi kalian mana tahu kalau kebahagiaan ayah gue ada di mamah gue, gini aja deh, seandainya gue pisahin lo dari istri lo, dan gue nikahkan lo sama orang lain, Terima gak lo? Enggak kan? TERUS KENAPA HARUS AYAH GUE YANG KALIAN GITUIN, SEDANGKAN LO AJA BISA MILIH MENIKAH DENGAN ORANG YANG LO CINTAI, KENAPA AYAH GIE GAK" Raina menundukkan wajah nya, menangis sejadi-jadinya, Raina saja sudah seperti ini, apalagi mamah nya yang menjalani hidup waktu itu.

"Mamah, hiks, gue, hiks, juga, hiks, gak milih jatuh cinta sama ayah gue, hiks, hiks, tapi apa salahnya kalian mencoba menerima keputusan ayah gue, hiks, hiks, kalian di katain sedikit aja sakit hati, hiks, apa lagi, hiks, hiks, mamah gue yang selalu kalian caci maki, hiks, hiks"

Argan yang sedari tadi diam membawa Raina dan dewi masuk kembali ke dalam rumah, mengabaikan keluarga almarhum mantan suami istrinya agar merenungi segala ucapan Raina dan perbuatan mereka selama ini.

Our Butterfly (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang