2. 반장-님, 재민-이

2.7K 395 21
                                    

Ayy gaaiis! THANK YOU SO MUCH buat yang udah ngevote di chapter kemaren 😀 aku nggak nyangka kalo secepet itu. Kukira bakal makan waktu seminggu sampe 10 hari 😂

But anyway, Thank you so much okaaay!

Don't forget to vote and comment!
.

.

.

Sebagai ketua kelas, Jaemin harus rela pulang paling terakhir untuk mengumpulkan laporan praktikum mereka. Begitu ia keluar dari ruang guru, ia membungkuk hormat baru pergi berjalan menuju rak sepatu. Lorong sudah sepi dan hanya ada suara-suara dari ruangan yang digunakan untuk kelas ekstrakurikuler.

Sambil berjalan, ia sibuk mengeluarkan earphonenya dan memasang ke daun telinga. Menyetel musik dengan volume pelan sebagai teman berjalan. Melangkah sesuai dengan irama musik yang tersetel beserta siulan yang kadang keluar mengikuti nada yang terdengar. Langkahnya tiba-tiba terhenti didekat rak sepatu. Pelan-pelan ia melangkah ke arah rak sepatu dan...

"BAA!"

Jeno terlonjak hingga tas yang ada di tangannya terlempar dan jatuh. Hampir saja ia menjatuhkan diri ke lantai jika tangan Jaemin tidak cepat-cepat menariknya ke dalam pelukan. Butuh beberapa detik bagi laki-laki bermata bak representasi bulan itu untuk sadar akan apa yang terjadi. Niat hati mengagetkan, tapi malah ia yang dikagetkan.

"Ish, kau menyebalkan!" tukasnya sambil berusaha melepaskan diri dari pelukan Jaemin. Sementara itu, sang ketua kelas enggan melepaskan pelukannya dan malah semakin mengeratkan. Kalau saja kakinya tidak diinjak secara brutal, mungkin sampai setengah jam ke depan mereka akan terus berpelukan di sana.

"Kamu nungguin aku?" Pertanyaan Jaemin sebenarnya retoris. Karena nyatanya setiap hari Jeno bakal menungguinya sampai selesai dengan segala urusan yang merepotkan. Jadi harusnya pertanyaan itu tanpa perlu ditanyakan juga, sudah ketara jawabannya.

"Nanti kita mampir ke mini market deket rumahmu ya. Aku pingin makan ramen." Lagipula, bukannya menjawab Jeno malah mengajukan request. Membuat Jaemin mengangguk-angguk saja, mengerti maksud ucapan laki-laki di sampingnya ini.

Beberapa menit mereka ribut di tempat penyimpanan sepatu, baru bisa pergi dari sekolah. Duduk-duduk santai di halte sambil menunggu bus tujuan apartemen Jaemin datang. Selama itu, mereka hanya diam sambil mendengarkan lagu dari ponsel si ketua kelas. Jaemin memakai earphone bagian kiri, dan Jeno bagian kanan. Menikmati semilir angin berserta pemandangan langit biru yang menghangatkan.

"Busnya datang," ucap Jaemin, mencolek sedikit lengan Jeno yang mulai mengantuk. Dengan kesadaran yang tipis-tipis, ia berusaha merogoh saku celana untuk mencari karcis elektroniknya.

"Dua orang ya pak," ucap Jaemin pada supir bus sambil menempelkan kartu elektriknya ke mesin pembayaran. Jeno yang masih belum menemukan karcisnya hanya mengendikkan bahu dan berjalan mengikuti temannya. Mencari tempat duduk sampai deret paling belakang, dekat jendela.

Tanpa bertanya apapun, Jeno segera mendudukkan diri, lalu menyandarkan kepala di sandaran kursi bus dan terlelap. Melihat kepala kawannya yang terantuk-antuk ke sana-kemari, Jaemin membawa laki-laki itu untuk bersandar di bahu lebarnya. Menengok sekilas, lalu membelai-belai kepala temannya agar semakin nyaman di sana.

•••

Begitu sampai di mini market, Jaemin segera berjalan mengambil keranjang dan menuju rak mi instan. Sementara Jeno sibuk melihat-lihat ke tempat-tempat lain sambil menunggu temannya selesai berbelanja. Langkahnya terhenti ketika di rak health and care. Menatap satu benda dengan ragu, lalu berganti menatap Jaemin, lalu benda itu lagi.

'Kayak gitu-gitu tuh, sesuai selera sih. Kalau kamu suka, belum tentu dia suka.'

Dari tempat Jeno, dapat terlihat Jaemin sedang membantu seorang perempuan yang tidak terlalu tinggi untuk mengambil minyak goreng di rak paling atas. Memberikan sedikit senyum ramah ketika menyodorkan minyak kemasan itu kepada si perempuan.

'Yang jelas, Jaemin itu pasti tipikal gentleman!'

Pandangan Jeno teralihkan lagi ke benda yang sekarang sudah ada di tangannya. Menatap kotak seukuran genggaman tangan itu agak lama, dan mengembalikan ke tempatnya. Ia meninggalkan rak tersebut sampai beberapa langkah

...sebelum ia kembali dan membawa kotak tadi ke kasir.

Ketika ia selesai membayar belanjaannya, Jaemin datang membawa keranjang yang penuh. Cepat-cepat Jeno merebut kotak berwarna merah tadi dari penjaga kasir dan memasukkan ke saku celananya. Menimbulkan tanda tanya dalam pada wanita yang melayani pembayarannya tadi.

"Beli apa?" tanya Jaemin saat penjaga kasir itu menghitung total belanjaannya. Ada beberapa bungkus ramen instan, susu botolan, dan banyak camilan kering maupun basah dalam keranjang belanjaan laki-laki itu. Jeno bahkan sempat bingung, mereka itu mau makan siang atau berkemah sih?

"Ah, e-enggak beli apa-apa! Cuma permen mint!" kata Jeno dengan gelagat kaku lengkap senyum canggung yang dipaksakan dan menunjukkan sekotak permen yang ada di tangannya. "K-kamu sendiri, kenapa belinya banyak banget?"

Jaemin yang tadinya memasang tatapan curiga, seketika berubah menjadi berbinar-binar. "Kamu nginep ya? Mumpung orang tuaku lagi keluar kota nih... kita kan belum pernah--"

"Uhuk!" Jeno tersedak permen mintnya. Menatap Jaemin dengan mata membulat seperti bulan purnama. "HAH?"

Jaemin--dan wanita penjaga kasir--itu menatap Jeno dengan heran. "Kamu kenapa sih? Aku kan cuma ngajak kamu--" ucapan Jaemin terhenti dan tatapannya berubah menjadi sangat-amat menyebalkan. Persis seperti emotikon bulan hitam yang tersenyum. "Kamu mikir yang aneh-aneh ya?"

Oh, ok. Tolong cuci saja otak Jeno sekarang. Ia terlalu banyak bergaul dengan Somi sampai pikirannya sekarang terbang ke berbagai penjuru dunia. Sempat-sempatnya ia berpikir kalau Jaemin bakal mengajaknya untuk melakukan hal yang 'iya-iya'.

"E-enggak!" sanggah Jeno berusaha untuk senetral mungkin. Tetapi tawa kecil dari sang penjaga kasir agaknya membuat ia tambah panik. Sementara itu, Jaemin masih sempat-sempatnya menggoda dengan menaik-turunkan alisnya, lengkap dengan senyum ambigunya. Membuat wajah Jeno menjadi merah padam, ketara sekali.

Dengan gelagapan Jeno berusaha memasang ekspresi sedatar mungkin sambil berkata: "Udah lah! Aku nunggu di luar aja!" lalu berjalan menghentak-hentakkan kakinya ke luar minimarket. Membuat Jaemin tertawa sendiri karena tingkah lucu temannya kalau sedang salah tingkah.

"Itu tadi, pacarnya?" tanya penjaga kasir sedikit penasaran. Jaemin hanya mengangguk sambil menerima kembalian. Melontarkan senyum ramah-tamah sebelum pergi dan mendatangi Jeno yang masih bersungut-sungut dengan wajah merah padam.

•••

Is Jaemin A Good Kisser?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang