Hari berganti, Haechan menjalani harinya dengan biasa, bekerja dan menghabiskan waktu di base milik 22 manusia itu, Haechan mulai terbiasa menghadapi tingkah absurd dari setiap manusia yang tinggal disana, rumahnya sendiri mulai jarang ia kunjungi, bahkan mungkin Haechan lupa kalau dia punya rumah sendiri.
"Yang, kalo beli rumah jangan di singapura ih" Ucap Haechan sambil melempar dadu di tangannya
"Chan aku juga mau dong dipanggil yang" Jungwoo mengerucutkan bibirnya karena kesal ingin dipanggil yang juga
"Loh, nama dia kan Yangyang"
Yangyang tersenyum lebar karena merasa namanya membawa berkah tersendiri untuknya, "Lagian ya Chan, mau beli rumah di negara manapun, asal sama kamu mah aku gas aja"
Haechan melempar uang monopolinya dengan kesal "Liat noh, apa juga aku bilang, masuk lagi kan" Mungkin ini hari sial miliknya sebab Haechan berulang kali berhenti di Singapura, dengan tanah yang sudah dibeli oleh Yangyang, "Udah ah aku gamau main"
"Loh Chan, aku kira kamu bahas rumah tangga"
Haechan mengabaikan ucapan Yangyang, dia berjalan keluar ke arah pintu depan, di halaman depan ada fasilitas taman, iya semenjak Haechan mulai tinggal disana mereka inisiatif membangun taman dalam dua hari, hampir semua permainan yang ada ditaman berada disana, mansion yang mereka tempati ini bisa dibilang jauh dari rumah padat penduduk, jadi suasanya bisa dibilang cukup sepi, apalagi saat malam gini, semuanya pada ngurung diri dikamar masing masing.
Suara decit ayunan yang jadi teman Haechan, kakinya terus saja berayun agar ayunan yang ia naiki tidak berhenti, suasana hatinya cukup buruk karena ia merasa ini hari sialnya, kalah duluan dalam permainan bukanlah tipe Haechan, dia orang yang ambisius, selalu ingin menang dalam segala hal, kalah dari Yangyang bukan jadi hal utama yang semakin merubah suasana hatinya, tadi saat bekerja ia kedapatan pelanggan yang malah berkelahi di kafe, sungguh Haechan ingin teriak sekarang.
Ayunan berhenti, bukan karena Haechan yang menghentikan, tapi karena ada seseorang yang menghentikannya dari belakang.
Rasanya sungguh malas untuk menoleh, palingan juga itu Yangyang yang ingin meminta maaf atau apalah, jadi Haechan hanya dengan malas mengusir orang yang ada dibelakangnya saat ini
"Pergilah, aku mau sendiri"
Diam tak ada jawaban, Namun kemudian bisa Haechan rasakan sebuah hembusan nafas menggelitik lehernya
"I wanna kiss your cheek again"
- - -
"Ada yang liat Haechan?" Tanya Mark yang turun dari tangga dengan membawa sepiring semangka, ia habis dari kamar Haechan berniat menawarkan semangka
Pertanyaan Mark mendapat gelengan dari beberapa orang yang sedang menikmati sarapan mereka
"Dikamarnya emang gak ada?" Sahut Taeil yang baru selesai mencuci piring miliknya
"Gak ada bang, orang gue baru balik dari sana"
Semua yang ada di sana menatap heran, bila pergi, Haechan tak pernah pamit tanpa izin, apalagi kalau bekerja, Haechan pasti minta anterin Johnny atau gak Jaehyun
"Tadi malem yang terakhir sama Haechan siapa?"
Jungwoo, Yangyang, dan juga Xiaojun mengangkat tangan.
"Kemaren kita main monopoli, karena si Haechan ngambek dan milih buat udahan, gue juga udahan dan langsung balik ke kamar" Jelas Jungwoo
KAMU SEDANG MEMBACA
Out Of Card
Fanfiction"Biarkan mereka semua masuk ke duniamu" Hari itu, Haechan memutuskan untuk membiarkan 22 orang masuk ke dunianya, apa yg akan terjadi selanjutnya ? N : Sequel 22 Card