Tok... Tok... Tok...
Terdengar pintu yang di ketuk dari arah luar ruangan. Bersamaan dengan sebuah suara seorang wanita."Nak, apa kau sudah bangun?".Tidak ada jawaban atau suara yang menyahut. "Cepatlah bangun jika tidak kau tidak akan dapat makan!!!"
Si empu langsung terjatuh dari kasur karena mendengar teriakan Ibunya yang suaranya mengalahkan petir.
Aduh badanku jadi sakit, kasihan bokongku yang terjatuh duluan. Jika aku tidak bangun sekarang aku tidak akan dapat jatah makan. Sekarang aku akan mandi dulu, aku tidak mau terus-terusan mendengar omelannya.
Badanku sudah segar, saatnya makan. Tapi dimana Ibu, entahlah tapi aku lapar. Makan duluan tidak apa-apakan. Saatnya makan, masakan Ibu memang yang paling enak.
Setelah sarapan enaknya adalah tidur. Aku mulai berbaring di sofa dan mulai tertidur. Tiba-tiba...
"Yak, cepat bangun!" suaranya begitu cempreng.
"Sudah pagi bukannya membantu Ibu kau malah tidur. Mau jadi apa kau nanti. Jangan jadi anak yang pemalas cepat bangun dan bantu Ibu membersihkan rumah!" apa boleh buat aku harus bangun dan membantu Ibu.
"Bu, kenapa teriak-teriak begitu. Malu jika didengar tetangga" kata Ayah.
"Ini adalah contoh dan juga perilaku buruk darimu. Lihat Ash dia seperti ini pasti karena menirumu. Huh ayah dan anak sama saja" gerutu Ibu.
Ayah hanya bisa diam, yang dikatakan Ibu memang benar. Dia agak pemalas, mungkin sifatku yang satu ini menurun darinya. Walaupun pemalas jika dalam bekerja dia akan serius dan telaten. Buktinya perusahaan yang dimulainya dari nol tidak akan sesukses sekarang ini.
Sayang keluarga, jangan ditanya lagi. Punya istri galak saja Ayah masih tetap setia. Saat Ibu memarahiku Ayah hanya akan mengelus kepalaku dan berkata turuti kata Ibu ya. Sama seperti saat ini.
Membersihkan rumah memang melelahkan, buktinya keringat ini tidak mau berhenti keluar. Apakah Ibu selalu seperti ini, kalau iya mungkin ia juga kelelahan. Pantas saja ia selalu marah-marah padaku.
Pernah saat itu aku terkena masalah hanya karena tidur. Ayah pergi ke kantor dan Ibu ke pasar dekat rumah. Niat ingin bangun agak siang, hingga lupa jika punya kucing di rumah yang menjadi tanggunganku. Lebih tepatnya aku yang harus merawatnya.
Ibu yang pulang dari pasar marah-marah. Bukan karena marah aku tidak memberi makan kucingnya tapi marah karena kucing itu mengambil ikan yang baru dibelinya. Telingaku sampai merah dijewernya, bisa-bisa telingaku juga memanjang karena ditarik.
"Lihat karena kau tidak memberi makan kucingmu dia jadi mencuri ikan" kata Ibu geram.
Tapikan bukan aku yang menyuruhnya mengambil ikan itu.
"Sekarang kita makan apa, ikannya sudah habis dimakan kucing" Eomma.
Tentu saja makan yang namanya makanan, masa harus makan batu.
Tapi tidak kukatakan secara langsung, hanya dalam hati saja ingin berkata begitu. Apa? Berkata secara langsung, Eomma tidak akan memberiku makan.Bercanda...yang namanya ibu tidak akan setega itu pada anaknya. Mungkin hukuman yang yang akan dia berikan. Ya, hukuman membeli ikan di pasar sebagai ganti ikan yang dimakan kucing tadi.
Sejak saat itu aku tidak mau pergi ke pasar lagi. Sudah susah-susah mencari tempat penjual ikan, ternyata ikannya habis. Mana cuaca panas begini dan juga ramai, aku kan tidak suka keramaian. Dan berakhir pulang tanpa membawa barang yang dipesan. Tapi tak apa sampai rumah aku bisa makan dengan lauk seadanya.
Akhirnya pekerjaanku hampir selesai, hanya tinggal mencuci piring saja.
Ting tong... Ting tong...
(Suara bel rumah)"Ash, tolong buka pintunya!" suruh Ibu. "Iya Bu" sambil berjalan dan membukakan pintu untuk tamu yang datang.
Pukkk...
"Siapa yang datang?" tanya Ibu yang tadi mengagetkanku."Tukang pos, dia mengantarkan surat ini" kataku.
"Oh, ya sudah cepat selesaikan pekerjaanmu!" kukira dia akan menyuruhku istirahat.
Pukul 17.56
Aku sudah menyelesaikan pekerjaanku beberapa jam yang lalu. Dan saat ini aku sedang berada di kamar setelah mandi karena banyak debu dan keringat yang menempel di badanku.
Surat tadi aku akan membukanya sekarang. Isinya tentang penerimaan murid baru.
Apa aku harus melanjutkan sekolah, tapi bagaimana dengan Ayah dan Ibu. Apa mereka akan setuju, lagi pula aku juga malas untuk sekolah lagi.
"Ash, makanan sudah siap ayo segera turun kebawah kita makan bersama!" mendengar suara Ibu aku buru-buru menyembunyikan surat tadi.
"Apa kau ingin mengatakan sesuatu Nak?" tanya Ibu, sepertinya dia curiga padaku.
"Tidak... aku tidak ingin mengatakan apapun" kataku sambil menggeleng.
"Lalu apa yang kau sembunyikan itu, cepat berikan pada Ibu!"
Asaga bagaimana ini, Ibu membaca suratnya.
...............
"Wah sekolah ini fasilitasnya lengkap sekali, pokoknya kau harus sekolah disini!" kata Ibu."Tapi Bu ak-" ucapanku harus terpotong
"Tidak ada ada tapi-tapian, Ibu kan sudah bilang berkali-kali jangan jadi anak yang pemalas. Kau harus sekolah Ibu mendukungmu" kata Ibu final, tapi bagaimana denganku.
Pukul 21.54
Seminggu lagi aku berangkat ke sekolah yang baru. Mengemasi barang dan pergi dari rumah ini, sudah seperti diusir saja.
Ya, aku harus tinggal di asrama yang ada di sekolah itu. Harus meninggalkan ibu dan ayah, rasanya berat meninggalkan mereka. Tapi bagaimana lagi, jika tidak pergi ibu pasti akan kecewa dan marah padaku.
♡♡♡
Seminggu kemudian....
"Hah baiklah semua sudah siap, ambil ini dan pergi sana!"."Ibu mengusirku?" dengan ekspresi biasa.
"Ya Ibu mengusirmu. Kalau tidak diusirkan kau tidak mau pergi jadi bawa ini. Sekolah yang pintar dan jadi anak yang rajin" kata Ibu.
"Ash Ayah minta kau turuti kata Ibu ya, Ayah menyayangimu!" sudah kuduga Ayah akan berkata begitu.
"Aku pergi" kataku singkat dan langsung masuk ke mobil yang menjemputku.
Didalam mobil...
"Wah keluargamu harmonis sekali ya?" kata supir tersebut.
"Harmonis apanya, mereka kan hanya mengucapkan selamat tinggal padaku" kataku
Orang ini tertawa apanya yang lucu.
"Hahahahaha.... oke baiklah namaku Aros Declan panggil Kakak juga boleh" katanya.
Dan tanggapanku hanya diam dan sedikit meliriknya.
"Dan namamu Ash-kan, kita hanya beda satu tahun loh" dan seterusnya. Kami mengobrol banyak sekali diperjalanan. Tidak, mungkin lebih tepatnya dia yang bicara terus mengenai berbagai macam hal tentang dirinya.
Beberapa lama kemudian sampailah kami di sekolah. Tanpa menunggu lagi aku langsung turun dari dalam mobil.
"Hey tunggu dulu, kau pasti tidak tahu kan ruang kepala sekolah mari kuantar" cegahnya. Dan aku ikuti saja dia.
15 menit kemudian...
"Nah ini dia ruangannya, ayo masuk!" aku hanya mengangguk dan masuk kedalam ruang kepala sekolah. Dan...
Pukul 18.23
Benar-benar melelahkan...
Bicara banyak itu melelahkan bagiku. Kepala sekolah menanyai tentang keteranganku tadi. Sekarang saatnya tidur, mengumpulkan tenaga untuk besok.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Seven Elements of the Continent
FantasyTernyata di bumi tempat tinggal kita semua ini memiliki 7 benua yang dimana pada masing-masing benua ini memiliki elemen alam yang berbeda satu dengan benua lainnya. Dan 7 benua tersebut memiliki pemilik atau raja di masing-masing benua. Ketujuh or...