[Suara apa?]

11 3 0
                                    

"Baik, pembelajaran hari ini telah selesai. Kalian bisa kembali ke asrama dan beristirahat. Sampai jumpa besok anak-anak" ucap Prof. Jin.

Karena pelajaran telah usai, Evan pulang ke asrama. Diperjalanan dia bertemu dengan Astra. Kebetulan jam belajar mereka selesai bersamaan. Mereka pun berjalan berdampingan menuju asrama.

Sesampainya di asrama, terlihat Rane dan Afa sedang menyiapkan makan malam.

"Hei kalian sudah pulang rupanya, mandi dulu sana. Setelah itu kita makan bersama" Rane menyuruh aku dan Astra.

Kami mengangguk dan melakukan perintahnya.

_____________

Selesai makan malam aku berbaring di atas kasur nyaman asrama ini. Sedangkan Afa sibuk dengan buku-bukunya. Dia bilang buku adalah belahan jiwanya. Tanpa buku dia tidak akan bisa sepandai sekarang. Benarkah? apa dia sedang memberi contoh yang baik pada seorang adik.

Kak Rane berkirim pesan dengan ibunya. Jujur sekarang ini aku iri padanya. Ibu Kak Rane perhatian sekali, sedang ibuku peduli saja tidak. Sampai sekarang orang tuaku tidak menghubungi atau menanyakan dimana aku.

Bagaimana aku tahu, barusan bibi kutelfon. Dia bilang Ayah dan Ibu belum pulang. Jadi mereka belum tahu aku pergi.

Lebih baik aku bermain game dengan Astra. Kelihatannya menyenangkan daripada berbaring menunggu kantuk.

Dukk... Brukk...

(Suara apa itu?)

Brukk...

(Lagi?)

"Astaga suara apa itu berisik sekali"

"Entahlah Afa aku juga tidak tahu" jawab Astra.

Semua orang diruangan ini mendengar suara itu.

"Asal kalian tahu, mengganggu orang itu tidak baik. Apalagi orangnya sedang melakukan hal baik. Sepertiku yang saat ini sedang belajar" Afa terlihat kesal sekali.

"Ya kami tahu, tapi darimana asal suara itu?" tanya Rane.

Semua menggeleng kecuali aku. "Sepertinya suara itu berasal dari kamar sebelah"

Kami menatap tembok pembatas antara kamar ini dan kamar lain. Malam-malam begini apa yang mereka lakukan hingga menimbulkan bunyi bising.

Sepakat aku dan Astra pergi ke kamar sebelah. Kami mengetuk pintu dan memanggil mereka. Tak lama ada seseorang membuka pintunya.

"Kenap... Maksudku ada apa ya kalian kemari?" orang itu terlihat bingung dengan kedatangan kami.

"Kami mendengar bunyi aneh dan di kamar kami tidak sedang melakukan apapun. Kami pikir bunyi itu berasal dari sini?"

"Tidak, disini juga kami tidak melakukan apapun. Malah kupikir suara itu berasal dari kamar kalian" sahutnya.

Jawaban yang dia berikan tidak membuatku puas. Gelagatnya aneh sekali, badannya berdiri di tengah pintu. Seperti tengah menutupi sesuatu.

Aku berusaha melihat ke dalam dengan agak berjinjit. Karena tubuh orang ini lebih tinggi dariku. Tapi bukan berarti aku pendek ya. Tinggiku dan dia hanya selisih beberapa centimeter.

Sadar aku ingin melihat ke dalam, dia langsung memasang badan. Saat aku ke kiri dia ke kiri, saat aku ke kanan dia ke kanan. Dia terus saja begitu sampai Prof. Diana datang.

"Apa yang kalian lakukan!" suara menggelegar keluar dari mulutnya.

"Bukankah sudah jelas bahwa anak-anak asrama tidak boleh keluar pada malam hari. Ini waktunya tidur bukan untuk keluyuran. Cepat kembali ke kamar kalian. Se-ka-rang!" ucapnya dengan penekanan di akhir kata.

Takut bercampur terkejut kami segera masuk dan menutup pintu.

Asal kalian tahu dia adalah salah satu guru yang paling ditakuti. Selain suka marah-marah, dia juga kejam pada anak yang tidak mematuhi aturan.

Pernah waktu itu di perpustakaan, kami ke sana untuk menemani Afa. Lalu tidak sengaja dia menyenggol rak hingga beberapa buku terjatuh. Prof. Diana muncul dan memarahi kami. Padahal yang salah Afa tapi kami juga ikut dimarahi.

Setelah puas marah-marah, tiba saatnya hukuman. Kalian tahu apa hukumannya, membersihkan ruang perpustakaan.

Terdengar seperti hal kecil, tetapi ruang perpustakaan luasnya tidak terkira. Hampir seharian penuh kami selesai membersihkannya. Untungnya Afa mentraktir kami, jika tidak kami tidak akan mau berteman lagi dengannya.

"Apa yang terjadi?"

"Kami dimarahi guru besar" sahut Astra setelah lari masuk ke dalam kamar.

"Maksudmu Prof. Diana"

Kami berdua mengangguk sebagai jawabannya.

Astra menyebutnya guru besar karena Prof. Diana badannya agak gemuk. Bukan bermaksud menjelekkan atau mengejek. Itu agar kami mudah menghafal nama mereka.

Setelahnya Rane menyuruh kami segera tidur. Karena besok sekolah, jangan sampai terlambat.

_____________________________

Keesokan harinya seorang laki-laki tengah tidur nyenyak. Padahal jam sudah menunjukkan pukul 07.15 pagi.

"Stevan!"

"Stevaan!"

"Stevaaaaaaaaan!"

Lelaki itu membuka mata perlahan. Akhirnya dia terbangun juga.

"Selamat pagi kawan" dengan nada lesu Stevan menyapa temannya. Tidak tahukah bahwa jika dia tidak segera bersiap dia akan terlambat.

"Kau mau sekolah atau tidak! Ini sudah jam 7 lebih" sambil berkacak pinggang.

Stevan membulatkan matanya. Jam 7 lebih dia bilang, dia akan terlambat lagi.

"Kenapa kau tidak membangunkan aku" kalang kabut dia pergi kesana kemari.

"Aku sudah membangunkanmu dari tadi. Gara-gara kau aku juga terlambat. Aku berangkat dulu bye..."

Kawannya meninggalkan dia yang sedang sibuk bersiap. Tanpa mandi minimal dia sudah cuci muka dan gosok gigi. Syutt... jangan bilang siapa-siapa ya 🤫

Selesai bersiap dia berlari ke sekolah. Kenapa tidak naik kendaraan saja agar lebih cepat. Karena sekolah dengan asrama sangat dekat.

Dia berlari dan terus berlari di koridor sekolah yang tampak lenggang. Pasti semua orang sudah berada di kelas.

Tepat saat akan berbelok, muncul seseorang. Mereka berpapasan di belokan itu. Alhasil tabrakan pun tak bisa dihindari.

"Aduh"
"Aduh"

"Eh... Kau?"



???


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 18, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Seven Elements of the ContinentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang