[Ada Hantu]

9 3 0
                                    

Dua orang anak laki-laki menghampiri salah satu meja. Terdapat seseorang duduk disana. Sambil membawa makanan mereka langsung duduk tanpa permisi.

Merasa diacuhkan dia menyapa mereka berdua.
"Bagaimana hari pertama kalian?"

"Lumwawan tyidwak adwa ywangg istdimwewa"
(Lumayan tidak ada yang istimewa)

"Ya ampun, kalau makan jangan bicara. Kakak benar-benar... "

"Aku benar-benar apa?"

"Benar-benar tidak punya akhlak"

Merasa tidak terima dia memukul lengan adiknya dengan keras. Sedangkan orang di depan mereka tertawa akan tingkah lucu dua manusia yang sedang bertengkar. Yang satunya bijak tapi terlalu jujur, satunya lagi tidak pandai tapi tidak bodoh juga.

"Em Vidian aku ingin mengucapkan terimakasih karena kau telah membantuku. Mulai dari pertama sampai saat ini. Aku benar-benar beruntung bertemu denganmu"

"Kau tidak perlu sungkan padaku Stevan. Itu memang tugasku..."

Stevan menyipitkan mata aneh dengan perkataan Vidian.

"Maksudku kau tahukan aku adalah ketua organisasi disini" sambung Vidian cepat.

Mulut Stevan berbentuk 'O' dan kepalannya mengangguk-angguk mengerti. Lalu meneruskan makannya yang tertunda. Di sebelahnya ada Tama yang juga makan.

________

Selesai makan aku menuju ke kelas. Aku, Tama, dan Vidian berbeda kelas. Jadilah aku berjalan sendirian.

Tanpa kusadari ternyata aku tersesat. Di tempat ini cukup sepi dan gelap walau sinar matahari ada. Entah kenapa bulu kudukku berdiri.

Di tengah-tengah tanah lapang nan hijau terdapat pohon besar. Pohon itu cukup tua, tapi aku tidak tahu itu pohon apa.

Mataku menatap pohon besar itu. Dari daun yang berwarna hijau dan lebat, ranting pohon yang banyak. Dengan batangnya yang besar, kalau pohon itu manusia pasti sudah disebut raksasa hijau.

Lalu ada sesuatu berjubah putih di dekatnya.

Tunggu sebentar.......
Kenapa ada benda itu di situ?
Dia ada dibawah pohon dan memunggungiku. Kalau dia berbalik maka aku akan dapat melihat wajahnya. Bagaimana jika wajah itu yang muncul. Tidak.... aku harus pergi dari sini.

Aku berbalik dan ingin lari, tapi malah menabrak seseorang.

"Aaa... maaf maafkan aku, aku tidak sengaja"

"Iya tidak apa-apa. Tapi sedang apa kau disini?"

"Itu aaa... Ada hantu disana" panik Stevan menjelaskan singkat.

"Dimana?"

"Disana itu di bawah pohon itu. Dia pakai baju putih"

Tangan Stevan menunjuk ke arah pohon dengan badannya yang membelakangi pohon. Dia tidak mau melihat si hantu.

Orang yang diajaknya bicara merasa kebingungan. Karena disana tidak ada apa-apa.

"Disana tidak ada apapun, coba lihat!"

Dia berbalik dan melihat ke arah pohon itu lagi. Memang tidak ada siapapun disana.

'Apa itu hanya halusinasiku saja. Atau aku yang terlalu takut pada yang namanya hantu'

Menepuk punggung Stevan,
"Sudahlah lebih baik kau kembali ke kelas"

"Sebenarnya aku tersesat, aku lupa arah menuju kelasku" Stevan tersenyum kikuk.

"Jangan khawatir aku akan mengantarmu. Ayo!"

Stevan mengekori dibelakangnya. Namun mereka tidak menyadari ada sesuatu yang memperhatikan dari kejauhan.

_____________

Tak lama Stevan dan orang yang mengantarnya sampai. Beruntung pelajaran belum dimulai.

"Terimakasih Edgar atas bantuanmu"

"Sama-sama, kalau begitu aku pergi dulu"

Edgar berlalu pergi dari hadapanku. Dia kelihatan terburu-buru, mungkin dia juga sama seperti Vidian. Sibuk dengan kegiatan organisasi.

Kemudian aku berjalan ke tempat duduk. Duduk diam memikirkan hal yang baru saja terjadi.

______________________

Disisi lain Vidian mondar-mandir di ruang khusus anak organisasi. Itu katanya waktu di kantin. Jika ingin mencarinya pergi saja ke ruang khusus anak organisasi.

Aku sering berada disini, karena aku merasa nyaman. Tempat yang sering kugunakan untuk menyelesaikan masalah. Baik masalah ku atau masalah di sekolah ini.

"Ada masalah apa hingga kau memanggilku kesini?"

Edgar yang baru saja datang langsung bertanya.

"Tidak ada masalah"

"Aku tahu kau berbohong, ceritakan saja padaku apa masalahnya. Mungkin aku bisa membantu"

Edgar salah satu sahabatku. Sifatnya yang sedikit memaksa membuatku berterus terang padanya.

Memang sulit menyembunyikan sesuatu darinya. Dari dulu sampai sekarang dia selalu tahu apa isi kepalaku.

Setelah kuceritakan semua, dia terlihat berpikir.
"Jadi, kau ingin aku pergi menjemputnya"

"Tidak juga, aku hanya ingin kau membantu membawanya kemari"

Edgar memutar bola matanya.
"Itu sama saja"
"Ngomong-ngomong apa rencanamu?" sambung Edgar.

Aku membisikkan sesuatu ke telinganya.
"Kapan kita melakukannya?"

"Besok malam kita bertemu di belakang sekolah"

____________

Disebuah ruang tertutup ada tiga orang yang berdiri diam. Dua orang pria dan satu wanita. Tatapan mereka terlihat serius tertuju pada sebuah bola kaca.

Dalam bola kaca itu menampilkan satu persatu anak laki-laki.

"Dia belum muncul"

Perkataan pria bermata biru membuat pria bermata merah menatapnya.

"Padahal hanya kurang satu ya. Jika mereka gagal membawanya kemari... Aku pasti akan-"

"Tenanglah masih ada waktu" Wanita bermata kuning memotong perkataan pria bermata merah.

"Dia benar, tunggu saja dia pasti akan datang. PASTI" dengan penuh keyakinan sang pria bermata biru berkata demikian.

Vote  dan  Coment
⬇️                   ⬇️

The Seven Elements of the ContinentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang