Masih pagi tapi sudah belajar, siapa lagi kalau bukan si pintar Afa. Dia adalah anak terpintar di sekolahnya kaya pula. Dikenal banyak orang karena ketampanan ditambah lesung pipit dikedua pipinya saat tersenyum.
"Afa bantu Ayah membenarkan keran ini!"
Kututup buku dan pergi menemui ayah, sepertinya ia kesusahan membenarkan keran air.
Keran air di dapur rusak entah karena apa. Ibu sedang pergi belanja, kalau kerannya belum diperbaiki dia pasti akan marah pada Ayah.Kenapa Ayah susah-susah memperbaikinya sendiri?
Kata Ibu penghematan, walau sudah dikatakan kaya tapi harus tetap hemat. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya.
"Coba aku yang yang memperbaikinya". Oh, ternyata tersumbat gumpalan rambut. Astaga apa ini rambut hantu, tidak mungkin. Sekarang kerannya sudah benar saat Ibu pulang.Tidak sengaja tanganku memecahkan piring. Habislah aku dimarahi, ini sudah kesepuluh kalinya dalam minggu ini.
"Ibu pulang!" sambil berjalan menuju ke dapur. Ingin kabur tapi tidak sempat, kalau begitu sembunyi saja.
Dan benar saja wajah si Ibu mendadak berubah garang. Menemukan piring pecah dia sudah tahu siapa pelakunya.
"Astra kau dimana, Ibu tahu kau ada disini" kalian tahu Ibu sangat menakutkan saat marah. Apalagi aku sering merusak barang yang ada di rumah.
"Maafkan aku Bu tadi itu tidak sengaja" Ibu menemukanku. Kalian tahu aku sembunyi dimana. Aku bersembunyi di bak air yang kosong tapi dia tahu.
"Maaf Bu aku akan mengganti piring yang pecah" aku memohon padanya supaya dimaafkan. Aku tidak tahan dengan jewerannya. Rasanya telingaku ingin lepas.
"Baiklah Ibu maafkan, kalau begitu cepat beli sana!" dengan cepat aku pergi keluar. Sambil mengusap telinga yang merah, aduh sakit sekali.
Di toko
Kebetulan di dekat rumah ada toko yang menjual berbagai macam barang. Ada makanan, pakaian, peralatan sekolah, sampai peralatan dapur juga ada.
"Berapa harganya?" tanyaku pada Paman Do. "30.000 satu lusin, untukmu 20.000 saja" kata Paman Seo.
Toko ini adalah langganan bagi keluargaku jadi tak heran dia memberikan harga berbeda. Jauh lebih murah dari pada yang lain, sedangkan pembeli lain nanti dulu. Bisa rugi jika begitu, tapi ada untungnya juga untukku.
Untungnya uang jajanku hanya berkurang sedikit saja. Oh iya, mumpung masih ada uang sekalian beli jajan lalu pulang.
______________
Di tengah jalan...
Lapangan disini luas sekali, banyak anak bermain bola. Ternyata itu teman-temanku, mereka suka main bola."Afa ayo bermain bersama kami!" teriak salah satu temanku.
"Maaf aku tidak bisa ikut bermain bersama kalian" bagaimana bisa bermain, piring Ibu saja belum kuganti. Bisa-bisa uang jajanku dipotong.
Di rumah...
Siapa yang ada di depan rumahku itu. Ibu juga terlihat akrab dengan orang itu.
"Berapa biayanya?" semakin dekat pada Ibu aku bisa mendengar apa yang mereka bicarakan.
"Itu dia sudah pulang" kata Ibu. Jadi mereka menungguku atau menunggu piring.
"Ada apa ini?" tanyaku.
"Ini ada surat untuk anda" kuterima surat itu.
"Kalau begitu saya permisi, masih ada urusan lain yang harus saya selesaikan" kata orang tersebut.Langsung saja kubuka suratnya dan isinya penerimaan murid baru.
"Kau akan sekolah disanakan Afa?" tanya Ibu.
"Menurut Ibu?" aku tahu walau hanya bertanya Ibu akan tetap memaksaku.
____________
Siang hari seperti ini enaknya bersantai ditemani makanan. Makan jajan yang tadi kubeli di toko Paman Do sambil nonton tv.
'Upin & Ipin inilah dia'
'Kebar seiras itu biasa'
'Upin & Ipin ragam aksinya'
'Kau disenangi siapa jua'
'Upin & Ipin selamanya'Film kesukaanku sudah dimulai ternyata. Film kartun ini sama sekali tidak membosankan bagiku. Malah aku senang sekali menontonnya. Salah siapa cerita filmnya seru.
¤¤¤
Pukul 20.00"Afa waktunya tidur, cepat tidur membacanya dilanjutkan besok saja!" teriak Ibu dari luar kamar.
Ibu memang sering mengatur waktuku. Tapi aku tidak merasa dikekang sama sekali. Malah senang bisa mendapat perhatian besar dari seorang Ibu. Misalnya saja minggu depan aku pergi ke sekolah baru. Dia akan mengingatkan tentang itu selama seminggu tanpa lupa.
"Iya Bu"
♡♡♡
Seminggu kemudian...
"Ini barang-barangmu, sudah lengkap semua kan?" tanya Ibu meneliti setiap barang bawaanku.
Tentu lengkap mulai dari barang penting sampai tidak penting ada.
"Iya lengkap semuanya" jawabku.
Aku diajarkan kedisiplinan sedari kecil olehnya. Jadi, tidak usah khawatir soal itu. Hanya saja agak sedikit ceroboh seperti memecahkan piring kemarin.
"Oh, bawa ini juga!".'JADWAL KESEHARIAN'
"Apa ini, aku tidak perlu jadwal ini" Ibu ini bagaimana keseharianku saja harus dijadwal memangnya aku anak kecil.
"Sudah bawa saja!" kata Ibu memaksa.
Dengan berat hati aku membawa jadwal itu. Dan bersamaan dengan datangnya mobil yang menjemputku.
Tiinn... Tiinn...
(Suara klakson mobil)"Ibu, Ayah aku berangkat ya" sambil kucium tangan mereka.
Dan mobil ini beserta diriku yang berada di dalamnya berjalan meninggalkan rumah.
Di dalam mobil...
"Perkenalkan namaku Afa lahir tahun 1994" sambil mengulurkan tangan.
"Salam kenal, namaku Ferno lahir tahun 1995. Kita hanya beda satu tahun, jadi aku akan memanggilmu Kakak" ternyata dia lebih muda dariku.
Perkenalan singkat tadi membawa pada berbagai pembicaraan. Menyenangkan juga jika punya adik, ada yang bisa diajak bicara. Aku pikir kami seumuran tapi dia lebih muda dariku. Eh tapi bagaimana dia masuk sekolah lebih dulu dariku. Apakah dia memiliki IQ tinggi hingga bisa lompat kelas.
Akhirnya sampai juga di sekolah yang baru. Kuturunkan semua barang-barangku dari dalam mobil. Berat juga apa saja yang kubawa.
"Sini Kak biar kubantu!" untung ada yang membantu.
"Kau harus ke ruangan kepala sekolah dulu" katanya.
"Baiklah" kataku sambil mengangguk.
"Permisi" kata kami berdua serempak.
"Silakan masuk" setelah mendapat jawaban kami pun masuk ke dalam.
Dan sesi tanya jawab pun dimulai hingga selesai nanti. Entah apa yang mereka bicarakan. Tapi tentu ini sangat penting untuk sekolah. Mungkin pertanyaan perihal diri dan keahlian.
Pukul 17.34
Semuanya berjalan dengan lancar dari mulai berangkat sampai tiba di sekolah. Belum ada masalah apapun yang aku perbuat. Entah nanti atau besok, tapi mudah-mudahan tidak terjadi masalah. Daripada memikirkan itu lebih baik aku membaca buku dan melupakannya. Setidaknya bisa mengurangi peluangku untuk membuat masalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Seven Elements of the Continent
FantasyTernyata di bumi tempat tinggal kita semua ini memiliki 7 benua yang dimana pada masing-masing benua ini memiliki elemen alam yang berbeda satu dengan benua lainnya. Dan 7 benua tersebut memiliki pemilik atau raja di masing-masing benua. Ketujuh or...