[First School]

20 3 0
                                    

Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba, yaitu hari pertama sekolah. Banyak siswa-siswi yang berlalu lalang di koridor sekolah. Dengan seragam yang berbeda warna setiap orangnya. Sebenarnya pengambilan seragam dilakukan dengan cara yang cukup aneh.

Flashback...
Ini adalah hari dimana para murid mengambil seragam. Tetapi sebelum itu mereka disuruh untuk duduk di depan tujuh buah bola kristal. Bola kristal berwarna merah, kuning, hijau, biru tua, perak, coklat, dan warna biru.

Setelah mereka duduk maka salah satu bola kristal akan bersinar secara otomatis. Dari situlah masing-masing murid mendapatkan seragam sesuai bola kristal.

...........

Seseorang berjalan cepat menuju ruang kelas. Kemudian berlari saat bel mulai berbunyi. Sepertinya dia terlambat hari ini. "Permisi, maaf saya terlambat"

Semua murid yang sedang menyimak pembelajaran menatap padanya. Begitu juga dengan sang pengajar, pelajaran harus terhenti sejenak.

"Iya, tidak apa-apa. Tapi kau belum memperkenalkan diri. Jadi silahkan perkenalkan dirimu terlebih dahulu!"

Gurunya baik sekali bukan, hari pertama ada murid yang terlambat. Tapi sang guru tidak memberikan hukuman kepadanya.

"Nama saya Stevan Oscar Gwenael. Salam kenal" sambil melambaikan tangan.

"Salam kenal" serempak semua menjawab.

"Baik sekarang duduklah, kita akan lanjutkan pelajarannya" ucap Profesor.

Disini kita memanggil mereka dengan sebutan Profesor. Aku tidak mengerti, mungkin sama dengan cara memanggil dosen. Ingat aku hanya lulus sekolah menengah pertama.

Biasanya aku panggil guru dengan 'Pak guru atau Bu guru'. Untung Vidian memberitahuku lebih dulu. Setelah pelajaran selesai aku akan menemui Vidian.

Kriingg... Kriingg...

Bel sudah berbunyi, semua murid membereskan buku mereka dan keluar dari kelas.

"Kak Stevan!"

Aku menoleh ke arah pintu, terdapat seseorang yang pernah kulihat. Dia menghampiriku sambil tersenyum.

"Kenapa kau ada disini?" tanyaku.

"Aku ingin mengajakmu ke kantin. Oh, dan aku juga bersekolah disini" jawabnya.

Tunggu sebentar, "Apa? Bagaimana bisa?"

"Tentu saja bisa, ngomong-ngomong kau ingin ikut atau tidak. Kalau tidak aku akan pergi sendiri" ucapnya menyadarkanku dari lamunan.

Tiba-tiba dia sudah berada di pintu bersiap keluar.
"Tunggu Tama!"

Ya, orang itu adalah Tama. Dia yang pernah ke rumahku secara tidak sengaja. Karena aku tidak bisa menjawab pertanyaannya waktu itu. Pertanyaan berbentuk teka-teki yang menurutku konyol.

Tapi bukan itu masalahnya, muncul beberapa tanda tanya di kepalaku. Bagaimana anak ini bisa ada disini. Atau bagaimana dia tahu aku sekolah disini dan kelas yang kutempati. Pertanyaannya hanya seputar disini bukan disana. Entahlah akan kutanyakan pada orang yang tahu.

Di Kantin

Di kantin sudah banyak siswa maupun siswi yang makan sambil mengobrol dengan temannya. Ada juga yang masih mengantri untuk membeli makanan.

Kita fokus kepada empat orang yang duduk saling berhadapan di meja pojok kanan. Seragam mereka berbeda warna. Artinya mereka tidak sekelas.

"Kalian bertiga ingin pesan apa?"

"Aku mau bakso dan jus alpukat"

"Aku mi ayam dengan minumnya es teh"

"Bakso dan es teh"

Salah satu dari mereka pergi memesan makanan. Tak lama kemudian dia datang membawa pesanan. Karena terlalu berat temannya pun segera membantunya meletakkan makanan dan minuman di meja.

"Ini bakso dan jus alpukat untuk Afa, mi ayam dan es teh untuk Astra, bakso dan es teh untuk Evan. Dan sisanya aku" sambil meletakkan makanan dan minuman di depan orang yang dia sebut.

"Terimakasih kak Rane" ucap Afa, Astra, dan Evan bersamaan.

Mereka menikmati makanan dengan sesekali berbincang tentang pelajaran. Sampai mereka selesai makan, dan harus mengembalikan piring serta gelasnya.

Sekolah ini memiliki peraturan yang harus ditaati. Misalnya mengembalikan barang yang dipinjam ke tempatnya kembali. Termasuk piring dan gelas yang dipinjam untuk makan dan minum yang ada di kantin.

Kami berdiri membawa piring ke ibu-ibu yang bertugas mencuci peralatan makan. Para petugas disini punya tugas masing-masing. Sepertinya mereka dipekerjakan serta mendapat gaji. Sehingga agak memudahkan kami siswa/siswi agar tidak terlalu lelah. Itu lebih baik daripada kami yang harus mencuci sendiri piring-piring kotor itu.

"Kau mau pesan apa kak?"

"Aku ingin Lasagna, minumnya em.... jus pare"

"Mana ada makanan dan minuman seperti itu disini. Mereka tidak menjualnya. Dan jus pare, siapa yang mau minum?"

"Aku, memang mereka tidak bisa buat. Coba tanyakan pada mereka!"

"Dengar ya, pesan apa yang ada di menu. Jangan mengada-ngada!"

"Hmm ya baiklah"

Kedua orang di belakangku terdengar berdebat. Tapi suara salah satu dari mereka terdengar familiar. Aku pernah mendengarnya di suatu tempat.

Kutolehkan kepala ke belakang mencari orang itu. Namun tidak ada siapun, kuteliti satu persatu orang disekitarku.

"Apa yang kau lihat? Ayo kita ke kelas dan mempersiapkan pelajaran selanjutnya"

Sudahlah mungkin mereka berdua sudah pergi. Kami pun menuju kelas masing-masing.

Vote dan komen please.... 💘

The Seven Elements of the ContinentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang