Stevan Oscar Gwenael

19 6 0
                                    

"Darimana saja kau, kenapa baru pulang?" tanya Ibu

"Tadi aku belajar dengan teman, materinya sulit jadi agak lama" jawabku.

Kulempar tas ke sofa dan duduk di atasnya. Eh ada cemilan di meja makan ambil sedikit saja bolehkan.

Plakk.....

"Aduh kenapa Ayah memukul tanganku!" sambil mengusap tangan.

"Cemilan itu bukan untukmu, memangnya kau mau keracunan" kata Ayah menjelaskan.

Keracunan apa, itukan hanya cemilan. Apa maksud Ayah itu, kalau tidak boleh dimakan bilang saja. Tanganku jadi sakit, tapi masih bisa digunakan untuk makan.

"Maksud Ayah cemilan itu sudah Ayah beri racun untuk diberikan ke tikus. Astaga kau ini anak siapa begitu saja tidak mengerti" karena melihatku diam saja Ayah langsung menjelaskan panjang dikali lebar.

Sambil terbengong aku menganggukkan kepalaku. Untung belum sempat masuk ke mulut. Kan tidak lucu jika aku mati keracunan karena racun tikus. Aku masih ingin hidup dan menimba ilmu sebanyak-banyaknya.

Aku putus sekolah saat kelas 3 SMP karena tidak punya biaya. Mendapat beasiswa pun tidak mungkin, aku tidak sepintar itu. Jadilah aku belajar pada temanku, dia orang yang baik.

Sangat baik malah dan juga anak orang kaya. Dia tidak membedakan diriku dengannya. Katanya dia kesepian ingin punya teman. Jadi aku yang menjadi temannya atau bisa di bilang sahabatnya.

Ngomong-ngomong soal tikus, tikus mana yang akan diracuni. Perasaan di rumah tidak banyak tikus.

"Ayah, tikus mana yang akan Ayah racuni?" tanyaku cukup penasaran.

"Tikus di sawah, karena kau bertanya tolong taburkan ini sekalian ya" dengan tersenyum Ayah menyodorkan setoples kacang yang katanya diberi racun.

_______________

Menyesal aku bertanya yang pada akhirnya diriku disuruh pergi ke sawah. Bukan karena takut hitam tapi ini sudah siang panas pula. Kalau jadi orang kaya aku mau pakai kacamata hitam saat pergi ke sawah. Supaya terlihat keren dan mataku terlindung dari sinar matahari. Silau....

Ini ditabur disini, disana, disitu, dimana-mana juga di depan sarangnya.

Ciittt... Ciittt...

"Aaaaaaaaaaaaa pergi sana hush hush aaaaaaaaa Ibu..." berlari sana-sini dan insiden tidak terduga terjadi.

Byurrr...

Ini bukan hari keberuntungan untukku. Aku tercebur ke lumpur dan oh bau sekali. Tapi tikusnya sudah pergi, aku masih selamat. Sepertinya aku kuwalat, inikah balasannya.

Sebaiknya aku pulang saja, toh semuanya sudah beres.

Di tengah perjalanan tiba-tiba ada yang menghadangku.

"Hey minggir aku mau lewat!" suruhku.

"Sebelum lewat kau harus menjawab pertanyaanku dulu ini wajib" kata anak itu.

"Jika jawabanmu salah kau harus mengajakku ke rumahmu" sambungnya.

"Ya ya" jawabku malas.

"Pertanyaannya adalah kalau ada angsa lima, di kali dua. Berapa total semua angsa?" tanyanya.

Pertanyaan apa ini, anak TK bahkan bisa menjawabnya.

The Seven Elements of the ContinentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang