B.I.L.O.V.A (5)

446 102 73
                                    

Pabio POV's

Aku mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi di pagi ini. Tiba-tiba aku mendapat kabar kalau Oma pingsan dan belum sadar. Jalanan lumayan macet ditambah lampu merah yang lama. Aku berdoa dalam hati semoga Oma cepat sadar. Lampu merah berubah menjadi hijau dan aku langsung menginjak pedal gas lalu membelokkan setir ke kanan namun tiba-tiba penjual sayur lewat sehingga aku reflek menginjak rem untungnya tidak mengenai bapak dan dagangannya. Aku keluar dan minta maaf lalu bapak itu juga meminta maaf karena lewat tanpa melihat kiri kanan. Aku ikut membantu merapikan dagangan bapak itu.

Tibalah di rumah Oma. Aku menekan klakson mobil lalu gerbang pun dibuka. Aku memarkirkan mobil sembarangan lalu melempar kunci mobil ke Mang Ujang satpam rumah kami. Aku masuk dan langsung menuju kamar Oma. Di kamar aku melihat Oma terbaring lemas di kasur.

"Syukurlah Oma udah sadar".

Aku memeluk Oma dan menangis, ya aku cengeng kalau dihadapan Oma. Oma yang menjagaku dan mengajariku dari kecil sampai sebesar ini.
"Eh cucu Oma kok nangis malu dilihati orangtua sama om dan tante kamu".

Aku melepas pelukan Oma dan menghapus air mataku. "Gapapa kan malunya di depan keluarga".

Mereka tertawa pelan. Papa menepuk pundakku dan membisikkan sesuatu yang membuatku mengerti mengapa Oma pingsan. Mereka pun keluar sehingga tinggallah aku dan Oma.

"Oma lupa minum obat ya?".

"Oh jadi itu yang dibisiki papa kamu".

"Aku udah bilang Oma harus rutin minum obatnya supaya sakit Oma gak kambuh".

"Iya.... iya.. bawel banget sih cucuku ini" balasnya sambil memegang pipiku dan mengelusnya.

Aku menurunkan tangan Oma yang sudah keriput namun justru terlihat cantik menurutku. Aku tau pasti ada yang Oma pikiri sampai bisa pingsan seperti tadi.

"Ada yang Oma pikiri?".

"Sepupu kamu kemarin datang kesini dan cerita kalau kamu pacaran sama salah satu karyawan disana namanya Lovandra. Emang betul, Bi?" tanyanya to the point. Aku sudah tau pasti bakal mengarah kesini.

"Jadi gini Oma, kemarin Callista buat keributan di agensi jadi dia hampir menampar Lovandra untungnya aku langsung mencegahnya. Aku mau kasih dia hukuman tapi dia malah ngancam aku. Jadi aku bilang kalo aku sama Lovandra pacaran".

"Jadi kamu sama dia emang pacaran?" tanyanya kembali.

Aku melihat raut wajah Oma yang seperti berharap besar aku mengatakan 'ya' namun aku hanya diam.

" Oma sudah cari tau tentang Lovandra. Dia baik, pekerja keras, dan disukai orang-orang disana. Oma setuju kalau kamu sama dia begitu juga Papa dan Mama kamu" ucapnya dan benar tebakanku kalau Oma sudah mengetahui semuanya.

Aku pun pamit ke Oma, Papa, Mama, Om Alvin, dan Tante Rani. Didalam mobil aku menelepon pengacara keluarga kami untuk membuat surat yang akan kami tandatangani.

-------------------------------------

Author POV's

Pabio berada di ruang kerjanya sambil berteleponan dengan Sheila menanyakan kabar dan kondisinya selama 3 minggu disana.

"Bi, kamu gak genit kan sama cewe disana?" tanya Sheila sembari menyisir rambutnya.

"Kamu kan tau gimana perasaan aku, Shei" jawab Pabio yang masih fokus dengan laptop didepannya.

Sheila tersenyum mendengarnya. Jujur setelah 3 minggu tidak berada dekat dengan Pabio ada sedikit rasa cemburu atau penasaran dengan apa yang dilakukan Pabio. Pikiran Sheila entah sampai kemana-mana.

"Emang perasaan kamu kenapa, Bi?" goda Sheila.

"Suka sama kamu tapi kamu gak suka samaku mungkin harus move on kali ya" ucap Pabio asal sambil tertawa pelan.

"Hahaha emang bisa, Bi?" goda Sheila lagi.

Kalo kamu move on mungkin sakitku bakal tambah parah, Bi.

Tiba-tiba pintu diketuk dengan Lovandra yang sedikit mengintip ke dalam ruangan. Pabio menyuruhnya masuk dan menunggu di samping mejanya.

"Halo bi, kamu masih disana?" ucap Sheila yang juga didengar oleh Lovandra karena Pabio menghidupkan speaker hpnya.

"Iya, bentar ya. Mana yang perlu saya tanda-tangani" ucap Pabio. Sheila mengerti kalau Pabio ada urusan pekerjaan sehingga ia langsung menutup panggilan.

Lovandra memberikan berkas dan menjelaskan satu per satu isi berkas tersebut. "bagus agensi Recorp mau bekerja sama dengan kita" ucap Pabio saat menandatangani berkas terakhir.

"Ada yang mau saya omongin mengenai kejadian kemarin, duduk disitu" Lovandra menurut.

"Jadi begini, saya tau setelah ini mungkin kamu tidak setuju tapi saya harap kamu setuju dengan ini. Tadi saya sudah ketemu sama direktur dan beliau sudah tau semua bahkan sampai mencari tau tentang kamu. Saya juga menjelaskan semuanya ke beliau tapi beliau malah berpikiran kita pacaran".

"Ta... tapi Pak-"

"Maaf, saya tidak tau harus jawab apa dan ini saya sudah buat kontrak pacaran kita hanya 8 bulan aja. Kamu baca aja dulu poin-poinya kalau ada yang kamu sanggah akan saya pertimbangkan" ucap Pabio menyerahkan surat kontrak itu di hadapan Lovandra.

 Kamu baca aja dulu poin-poinya kalau ada yang kamu sanggah akan saya pertimbangkan" ucap Pabio menyerahkan surat kontrak itu di hadapan Lovandra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lovandra terbengong saat surat sudah di depannya. Ia mengambil dan membaca surat itu.
"Pak, saya pikir dulu ya... ini semua terlalu cepat buat saya".

"Baiklah, saya kasih waktu 1x24 jam jadi besok siang kamu kasih jawaban kamu".

"Jangan dong pak 2 hari aja gimana? ini saya mikirnya lama loh pak harus bertapa dulu".

Pabio menggelengkan kepalanya. Lovandra keluar dengan muka ditekuk, ia pun menelepon Tania supaya pergi ke pantry karena ada yang mau dibicarakannya.

"WOI! hahaha muka lo lucu" Tania tertawa tapi Lovandra mendengus kesal.

"Apaansih lo, ga lucu tau!" jawab Lovandra bete.

"Kenapa muka lo? kayak habis dapat 'sial' aja".

"Bukan kesialan sih tapi.... nah lo baca ini aja" ucap Lovandra menyerahkan surat itu. Tania membaca pelan satu per satu isi surat itu.

"HAH? SERIUSAN LO ANJIR" pekik Tania namun Lovandra langsung membekap mulutnya dan mengucapkan maaf ke orang yang lewat.

"Berisik lo nanti jadi ketauan. Gimana ini?" tanya Lovandra sedikit panik dan bingung.

"Yaudah Lov langsung tanda tangan aja" jawab Tania dengan mudahnya. Lovandra sampai shock mendengar sahabatnya ini mudah setuju padahal ia tau Tania ini tipikal pemikir kritis.

"Lo ga mau kasih pendapat gitu pasrah amat".

"Gini ya Lovandra lemot gue udah bilang kemarin kalian berdua gak dirugikan kok disini sekalian siapa tau lo betulan pacaran sama Pabio".

"Au ah ucing".

Lovandra pergi meninggalkan Tania tetap dengan wajah ditekuk sedangkan Tania sudah memaki sahabatnya itu dalam hatinya.


jangan lupa klik ⭐️  Thank you 💕

B.I.L.O.V.A [END] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang