Hari ini ialah jadwal keberangkatan Callista ke Paris. Semuanya sudah berkumpul di bandara. Pabio justru berkutat dengan berkas softcopy di tabletnya karena ada yang harus ia tanda-tangani saat sampai di kantor nanti. Sekretaris yang magang di kantornya menggantikan sekretarisnya yang baru saja cuti melahirkan membuat jadwal Pabio lebih baik dari sebelumnya sehingga ia dapat bernafas lega.
Callista mencari keberadaan sepupunya itu karena tidak berada di dalam kerumunan keluarga besar Avega. Akhirnya ia menemukan Pabio sedang duduk di cafe disana.
"Dasar workaholic." gumamnya. Ia pun berjalan mendekati sepupunya itu.
"Permisi pak wakil direktur bisa gak kerjaannya ditunda dulu." ujar Calista yang sudah duduk di sebelah Pabio.
Pabio sedikit terkejut dan menoleh. "Sorry ada yang urgent tadi. Kamu dari tadi disini?"
"Baru aja. Btw, aku belum dengar ucapan terakhir dari kamu sebelum aku pergi nih tapi jangan nasehat ya, telinga aku udah kebas dari tadi dengar nasehat dari mereka semua." Callista mengubah posisi duduknya menjadi berhadapan dengan Pabio.
"Eh bentar, kamu gak ajak Lovandra? biasanya selalu nempel kayak perangko."
"Datang kok. Itu dia." Pabio menunjuk Lovandra yang sedang berjalan mendekati mereka. Callista yang duduk membelakangi akhirnya memutar badannya dan tersenyum saat Lovandra sudah duduk bersama mereka tepatnya di sebelah Pabio.
"Sorry ya lama tadi macet banget." ujar Lovandra
"Gapapa sayang, justru aku yang minta maaf karena kita gak isa bareng." balas Pabio lalu mengelus surai panjang Lovandra sambil merapikan sedikit helai rambut yang menutup wajah Lovandra.
"Aelah bener-bener nih bucin couple gak kenal tempat, permisi disini ada orang." sindir Calista.
"Eh Calista... tau nih Pabio."
"Loh aku salah lagi? Kenapa sih cowok itu selalu salah." Pabio memasang wajah cemberut dengan memanyunkan bibirnya
"Dih gausa ngambek!" balas Callista dan Lovandra hanya diam melihat kelakuan pacarnya yang sedang ngambek sambil menggelengkan kepalanya enggan untuk membujuk.
Lovandra mengambil kotak yang sudah ia bungkus dengan cantik dari dalam tasnya kemudian menyerahkannya ke Calista. "Lis, gue mau kasih ini sama lo"
"Apa nih?"
"Itu kotak musik. Gue tau lo punya insomnia jadi gue beli itu supaya lo bisa tidur apalagi nanti disana jadwal lo pasti padat. Kotak musiknya gue pilihin lagu pengantar tidur semoga berguna ya."
Callista memandang kotak di depannya lalu kembali menatap Lovandra. Callista sudah salah menilai Lovandra. Dulu ia berpikiran untuk merusak hubungan mereka namun setiap perlakuan baik dan sopan yang Lovandra perbuat di hadapan keluarga mereka membuat ia selalu merasa bersalah karena sudah berpikiran jahat kepadanya. Callista tersenyum, satu hal yang sangat jarang ia lakukan dan Lovandra juga membalas dengan senyuman.
"Gini dong, aku senang liat calon istriku sama sepupuku adem ayem."
"Hah? Calon istri?" ucap Calista dengan wajah terkejutnya.
"Iya ntar lagi aku mau lam--- Aw sakit, sayang. " Pabio merintih kesakitan sambil mengusap perutnya yang habis terkena cubitan dari Lovandra.
"Lis kesana yuk gabung sama yang lain." ajak Lovandra tanpa memperdulikan kekasihnya yang masih kesakitan akibat cubitannya.
Callista pun enggan bertanya lebih karena ia sudah ditarik duluan oleh Lovandra. Pabio hanya menatap punggung mereka tanpa mengucap sepatah kata pun.
"Eh nak Lovandra." ucap Winda, ibunya Pabio.

KAMU SEDANG MEMBACA
B.I.L.O.V.A [END] ✅
Literatura KobiecaIni adalah sebuah kisah antara 2 manusia yang berbeda jenis kelamin mencoba mencari serta menguatkan perasaan mereka satu sama lain. Lovandra Cisani tidak menyangka bahwa dia telah diselingkuhi oleh kekasih 8 tahunnya dan sejak saat itu ia memutusk...