B.I.L.O.V.A (24)

361 49 102
                                    

Pabio POV’s

Aku terbangun karena nada dering dari alarm disebelahku. Hal yang pertama ku lihat adalah Sheila yang berada di dekapanku. Mataku mengerjap berulang kali memastikan bahwa aku benar berada di kamar tidurnya. Aku mencoba menggeser tubuhku pelan serta mengangkat pelan kepala Sheila yang berada di tanganku. Kuusap wajahku kasar mencoba mengingat kejadian tadi malam.

Aku beranjak dari kasur lalu menuju kamar mandi untuk membasuh wajahku sambil mengingat kembali kejadian tadi malam. Aku masih belum mengingatnya dengan kepalaku rasanya berat dan pusing akhirnya aku memutuskan untuk keluar dari sini.

Bertepatan dengan aku yang sudah keluar dari kamar mandi dan Sheila yang sudah bangun juga aku berniat menanyakan kepadanya.

“Shei, aku kok bisa ketiduran disini?”

“Kamu lupa, Bi? Kemarin kamu yang minta tidur disini.”

“Gak mungkin Shei. Katakan yang jujur.”

“Aku sudah bilang jujur tadi, Bi.”

Aku sangat membatasi privasi dengan siapapun. Aku tidak mungkin asal masuk dan meminta untuk tidur dengan orang lain. Apa mungkin Sheila berbohong? Tapi kenapa dia tega ngelakuin ini?

“Udah yuk mending kita sarapan.” ucap Sheila lalu menarik tanganku menuju ruang makan.

Disaat kami baru tiba, aku melihat Kintan berada di ruang makan dengan wajah terkejutnya dan alis yang bertaut.

“Kamu bukannya tadi malam udah pulang?” ujar Kintan kepadaku. Aku hanya diam enggan menjawab karena kepalaku masih sakit.

“Shei kamu gak kasih obat kamu ke Pabio kan?” ucapnya lagi.

Obat? Obat apa? Sial kepalaku, batinku.

“Gak kok kak, tadi malam Pabio bilang mau nginap jadi aku izinin.”

“Kok kakak gak tau ya? Jangan bilang kalian tidur berdua.” selidik Kintan.

“Kamar tamu kotor kak dan gak mungkin dia tidur disitu.”

“Pabio kamu gak ingat sesuatu?” tanyanya kepadaku.

“Udah deh kak jangan mikir yang aneh-aneh. Jangan buat mood aku buruk di pagi ini.” ucap Sheila dengan  suara yang sedikit meninggi. Aku baru pertama kali mendengar Sheila seperti itu.

Sheila beranjak dari duduknya menuju kamar tidurnya dengan membanting pintunya sedikit keras. Kintan menghela nafas sambil memejamkan matanya.

“Mbak, maaf tapi aku gak ingat apapun. Aku hanya ingat Sheila menawarkan minum setelah itu aku gak ingat.”

“Sheila gak pernah kasih tau penyakitnya sama kamu?”

Aku menggeleng pelan. “Emang Sheila sakit apa, mbak?”

“Skizofrenia, Bi. Aku baru mengetahui waktu Sheila pingsan dan dokternya memberitahuku. Sheila sudah mengidap skizofrenia 3 tahun lalu saat Mama udah meninggal. Dia selalu beranggapan kalau Mama masih ada. Dia sampai bilang kalau Mama ada disini lagi sama kami dan aku sama sekali gak tau kalau disitu dia sudah menunjukkan gejala.”

Aku terkejut mendengar ucapan Kintan. Skizofrenia?

Skizofrenia adalah gangguan mental yang dapat memengaruhi tingkah laku, emosi, dan komunikasi. Penderita skizofrenia dapat mengalami halusinasi, delusi, kekacauan berpikir, dan perubahan perilaku.

“Aku minta maaf atas apa yang Sheila lakukan. Aku bakal kasih tau dia pelan-pelan kalau kamu udah punya kekasih.”

“Iya mbak aku juga bakal pelan-pelan kasih tau Sheila. Dia butuh teman yang bisa ngertiin dia sekarang. Aku pamit pulang ya.” pamitku

B.I.L.O.V.A [END] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang