2

1.1K 188 6
                                    

Tw/Blood















.

.

.

Lavandula

.

.

.

2













"Akh-"

Junkyu yang awalnya sedang rebahan di kursi sebelah pengemudi langsung duduk tegap saat mendengar suara ringisan tersebut. Ia langsung mengambil alih alat kemudi dan mengarahkan mobil yang keduanya tumpangi untuk menepi. Untungnya jalanan sedang sepi sehingga mereka tidak akan mencelakakan siapapun.

Lelaki Kim itu langsung ikut meringis melihat pergelangan tangan sepupunya yang kini sudah berlumuran sebuah cairan berwarna merah pekat. Bau amis pun mengundang indra penciumannya bersamaan dengan matanya melotot.

"Ji, tanganmu!" Panik, Junkyu buru-buru mengambil kotak P3K di dashboard. Ia menyisingkan lengan sepupunya dan dalam hati kembali meringis melihat seberapa banyak darah segar yang mulai menetes sekarang.

"Sakit, Jun...." Lelaki Kim itu menggangguk, menanggapi. Ia jarang mendengarnya mengeluh yang berarti ia benar-benar kesakitan.

Dengan hati-hati, ia membersihkan darah itu dan menutup lukanya. Otaknya terus mengumpati orang yang telah membuatnya seperti ini.

Dasar lelaki brengsek.

"Kau masih mengharapkannya?" Jihoon diam. Junkyu kalo lagi serius serem banget astaga.

"Maaf..." Dengusan Junkyu terdengar. Sepertinya ia sangat sebal mendengar permintaan maaf itu.

"Minggir, aku mau nyetir" Tadinya mau nolak, secara tangannya udah gak sesakit itu. Tapi dia lebih takut sama tatapan tajam Junkyu yang bener-bener seseram itu.

Keduanya saling mendiamkan, Junkyu yang fokus menyetir dan Jihoon yang sibuk dengan perbannya. Mungkin juga sibuk meratapi nasibnya.

Si Park tidak sengaja menarik perbannya hingga membuat perekatnya terlepas. Terlihatlah tato soulmate yang dimilikinya. Tato itu berbentuk bunga indah berwarna oranye yang merupakan bunga Marigold. Sayangnya tato itu kini mengeluarkan darah dan menciptakan rasa sakit tersendiri untuknya.

Ia paham jika ini adalah hukuman.

Semua yang tidak berjalan sesuai dengan aturan yang ada hanya akan membawa ke sebuah hukuman yang mengerikan. Begitulah hukum yang ada di dunia ini.

"Park Jihoon, aku lelah melihatmu seperti ini terus. Tidak bisakah kau juga menolaknya?" Jihoon menggeleng kemudian tersenyum pahit.

"Aku sudah pernah mencobanya. Tapi tidak bisa, Jun"

Junkyu menghela nafas kasar, kenapa semuanya rumit sekali, huh?

Jihoon memang sedang mendapatkan hukuman dari hukum 'tidak adil'-begitu kata Junkyu- tersebut.

Park Jihoon ditolak oleh soulmatenya.

Ia ditolak dan harus mengemban hukuman itu sendirian karna sang penolak tidak akan dijatuhkan hukuman apa-apa. Hanya yang ditolak saja yang akan merasakan kesengsaraan tersebut.

Lavandula ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang