6

886 142 0
                                    










.

.

.

Lavandula

.

.

.

6






Mashiho mengerjap lucu, mata bulatnya mencari ke sekitar penjuru kantin itu sebelum netranya menangkap seorang lelaki dengan bahu lebar yang duduk sendirian sambil mengerjakan kertas-kertas yang berserakan di atas mejanya.

Ragu-ragu, ia pun mencoba mendekatinya.

"Em... Kak Junkyu?" Lelaki itu menoleh, sesuai dugaannya ia adalah orang yang sudah membuat janji dengannya tadi.

"Ah, kau sudah datang? Duduklah" Mashiho menurut, ia duduk di hadapannya.

"Kupikir kau tidak akan datang, Mashiho" Mashiho hanya terkekeh, ia sadar jika ia telat sekitar 15 menit dari waktu yang mereka tentukan tadi.

"Maa, tadi kelasku emang agak molor kelarnya" Cicitnya. Junkyu menggeleng.

"Tidak perlu minta maaf. Aku senang kau datang" Entah kenapa, Mashiho sedikit bersemu mendengarnya. Dari tampang Junkyu, ia sedikit tidak menyangka lelaki itu bisa melontarkan kalimat manis.

"Kau mau makan apa?" Tangan Junkyu mulai merapikan kertas-kertas miliknya. Mashiho menggeleng, mengangkat sebuah tas kecil yang tadi dibawanya.

"A-aku... em... buat bekal hari ini. Tapi ternyata adikku udah makan bareng kekasihnya, jadi aku ingin makan ini saja. Kak Junkyu tidak keberatan kan?" Pertanyaan yang kikuk, tapi sukses membuat Junkyu terkekeh atas keimutan yang lebih muda.

Lucu sekali orang ini.

Junkyu menopang dagunya, memilih untuk memperhatikan bagaiman yang lebih muda menyiapkan bekalnya.

Dipikir-pikir lagi, Mashiho ini.... imut banget gak sih?

"Kau dari Fakultas Kedokteran?" Sedikit out of topic, tapi tidak apa.

"Bukan, aku dari Farmasi" Ah, pantas saja.

"Kau terlihat seperti calon dokter" Junkyu tersenyum melihat bagaimana ia menggeleng ribut dan kembali menata bekalnya.

"Banyak yang bilang begitu, tapi aku lebih tertarik pada obat-obatan" Mashiho menyodorkan sekotak bento padanya Junkyu pun mencoba unuk menyuapkan dirinya satu sendok dari bento tersebut.

"Ini masakanmu sendiri?" Mata lelaki itu berbinar, mendeskripsikan seberapa enak rasanya. Mashiho mengangguk lucu dan antusias.

"Rasanya enak sekali"

Senyuman Mashiho lagi-lagi membuatnya terpaku, "Terima kasih, kak"












.

.

.












"Tuan Takata, apa ponsel anda lebih menarik dibanding materi saya?" Haruto spontan menurunkan benda pipih yang ada di genggamannya saat Jiyong, sang dosen menegurnya.

Lavandula ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang