13- Under my umberella

474 83 6
                                    


Gue baru kelar ngerjain skripsi jam segini terus keinget kalo hari ini mau update

Gapapa lah daripada besok lupa lagi yakan hehe









--

Dia disana. Cowo itu. Cowonya, Jeno. Sudah disana. Duduk sendirian di salah satu bangku cafe yang Siyeon pilih untuk bertemu sore ini.

Siyeon sudah memikirkannya semalaman. Dengan murni pikirannya sendiri tanpa campur tangan teman-teman atau kakak perempuannya. Dan, memang seharusnya ia akui dari awal, perasaan Jeno berbeda dengan perasaannya. Jeno seperti tak memiliki perasaan sebesar yang Siyeon rasakan.

Seandainya ada, Siyeon tau jelas itu untuk siapa. Jeno doang emang yang ngga sadar.

Jadilah Siyeon sebenarnya yang ada diantara mereka. Sebagai korban yang Jeno rangkul dengan manis

Tapi Siyeon tak mau lagi ikutan tersiksa seperti itu. Berada diantara dua sahabat yang sudah jelas-jelas saling butuh dan menyayangi, hanya tak mau mengakui. Maka Siyeon yang akan mengakhirinya sekarang.

Ini bukan keputusan mudah, tentu saja.  Tapi bahkan kemarin saat Siyeon bertanya pilih mana antara dirinya dengan Chaeryeong, Jeno belum bisa menjawab. Dan Siyeon rasa ia tak butuh lagi mendengar jawabannya. Siyeon memutuskan, ia yang akan mundur.

"Hai"

Jeno yang sedang bengong terkesiap saat Siyeon sudah berdiri disampingnya.
"Eh, hai" lalu mengarahkan Siyeon untuk duduk di hadapannya.

Mereka saling canggung beberapa saat. Lalu berbasa-basi dan setelah masing-masing memesan minuman, setelah Siyeon menyeruput sedikit minumannya, untuk membasahi tenggorokannya yang kering karena sedikit gugup, gadis itu yang memutuskan untuk memulai pembicaraan serius sore ini

"Jeno, kita.. putus aja ya"

Kekagetan Jeno tak bisa dihindari.

"Kamu.. belum bisa milih ya, antara aku sama Chaeryeong?"

Ketakutannya terjadi tapi bahkan ia tidak bisa mengatakan apapun.

Karena jujur saja, saat Siyeon menyebut nama Chaeryeong barusan, seperti otomatis otaknya jadi berhenti mengolah segala informasi. Ia langsung dilanda kebingungan. Juga langsung kepikiran sahabatnya itu.

Siyeon mendesah, "You look so messy Jen"

Jeno tersenyum tipis.
"I know right. Terus sekarang ditambah kamu minta putus"
Jeno berusaha mengembalikan fokusnya. Ingat akan tekad yang ia tanam semalam
"Siyeon, kita bahkan belum ngobrol. Kamu juga belum denger penjelasan aku"

Sementara Siyeon merasa ada yang berderak di dadanya. Ia diam. Diam untuk menekan perasaannya. Meyakinkan dirinya sekali lagi akan keputusan yang sudah semalaman dipikirkannya. Takut kalau sempat membuka mulut, air matanya turut berjatuhan

"I messed up, indeed. Dan emang bener karena Chaeryeong. But i can through this right? Can you wait a little longer?"

Little longer? Mungkin bisa, atau mungkin juga tidak. Dan Siyeon menolaknya. Gadis itu menggeleng

"Sorry, aku gabisa bantu Jen" Siyeon menjeda, menghela nafasnya "tapi setidaknya, aku udah bantuin kamu untuk tau perasaan kamu sebenernya"

Maka Jeno juga tak bisa menawar lagi. Lagipula dia merasa tidak pantas karena telah menyakiti Siyeon

"You must be so mad and dissapoint at me"

Siyeon tersenyum tipis, rasa berderak yang dirasakannya tadi sudah berkurang oleh simpati pada Jeno. Sungguh, Jeno memang sekacau itu saat ini

DenialTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang