<4>

50 4 0
                                    

jika barang di bayar dengan uang,
maka pembunuhan di bayar dengan ?
nyawa.

------

plakk!

seseorang menampar gadis yang masih muda kuat, gadis itu tentu meringis kesakitan, ia tidak menyangka ternyata ibu nya sekejam ini sebelum nya sang ibu selalu berperilaku baik kepada nya, tapi kenapa tiba tiba seperti ini, apa salah nya?

"bagaimana bisa kamu lalai menjaga nya?! dia anak kesayangan ku, dan dengan tega nya kamu tidak memperhatikan dia saat bermain?!" kini sang ibu menatap diri nya nanar

"saya harap kamu tidak pernah lahir di dunia ini, pasti hanya dialah anak saya satu satu nya" lanjut sang ibu, sebelum akhir nya meninggalkan anak sulung nya sendirian yang tersungkur di lantai rumah sakit

hati nya terluka, sangat terluka sang ibu mengatakan nya dengan lancang di hadapan nya, ia tidak menyangka bahwa ibu nya hanya menganggap diri nya hanya sebatas penjaga adik nya

jika bisa memilih, ia tidak akan memilih lahir ke dunia yang kejam ini, segara ia mengambil sesuatu di saku celana training nya, sebuah pisau yang seharus nya ia pakai untuk memasak di dapur tadi

ia ingin kembali di sisi yang maha kuasa, ia lelah ia berjalan gontai menuju taman rumah sakit, semua orang yang berlalu lalang tidak ada memperhatikan nya

setelah sampai ia menatap nanar pisau itu, ia menganggap bahwa pisau ini lah yang akan mengakhiri cerita hidup nya, tiada kebahagiaan selain memori masa kecil yang selalu ia putar di dalam ingatan nya

mengarahkan pisau di dada sebelah kanan, lalu mulai memajukan nya perlahan, ia berfikir sejenak jika perlahan pasti akan menyakitkan, maka ia akan membuat pisau itu menancap dengan cepat di dada nya

sreekk

ia terbatuk mulut nya mengeluarkan darah, sakit, itu yang ia rasakan, sebelum akhir nya dunia nya menjadi gelap

"Akh!" tzuyu terbangun sambil memegang atas dada kanan nya, sungguh mimpi yang mengerikan

ia melirik ke jam di meja, masih jam 3 pagi dan ia sudah bangun, speechless dalam waktu yang lama

15 menit berlalu begitu saja, dan akhir nya tzuyu tersadar ia harus mandi dan menyiapkan sarapan untuk sang Ayah, walaupun ia tau ini masih terlalu pagi tapi setidak nya ia tidak akan terburu buru saat ke kampus nanti

bodoamat dengan mimpi yang seperti nyata tadi, ibu nya tidak sekejam itu sebelum pergi meninggalkan mereka lagi pula ia tidak pernah memiliki niat untuk bunuh diri karena masalah sepele begitu

"lupakan mimpi tadi tzuyu sialan, mandi dan buat sarapan bodoh" umpat tzuyu kepada diri sendiri lalu pergi menuju kamar mandi membersihkan diri

------

"tzu, fokus dong kita disini kan buat ngebantu dosen ngantar ngantar berkas" yuqi membuyarkan lamunan tzuyu

yuqi sedikit merasa aneh dengan tzuyu, sahabat nya ini bukan tipe orang yang suka melamun, lihat saja dia bahkan tidak memperhatikan jalan sampai menabrak pintu ruang dosen

"sakit? maka nya jangan melamun, beruntung aku dalam mode kalem" kini yuqi mengambil alih berkas berkas yang tzuyu pegang sedari tadi dan masuk ke dalam ruang dosen untuk memberikan semua berkas berkas itu

tzuyu masih kepikiran dengan mimpi tadi pagi, ini sudah hari terakhir libur dan besok sudah masuk, ia dan yuqi di tugaskan untuk membantu dosen mengantar berkas dari dosen ke dosen yang lain nya

rasa nya tzuyu tidak ingin bekerja nanti, ia takut akan lalai dalam bekerja dan berakhir di pecat, mencari pekerjaan untuk seumuran seperti nya tidak lah mudah, dan gaji nya juga tidak banyak

ia harus bersyukur, dan ia sudah memutuskan untuk tidak bekerja hari ini ia akan meminta izin kepada pemilik jualan nanti

"tzu? udah ayo, udah selesai tinggal pulang aja" ucap yuqi yang baru saja keluar dari ruang dosen

tzuyu hanya mengangguk, ia terlalu malas berbicara kepala nya tidak bisa di ajak kerja sama

------

"Sana - ssi, astaga kamu ngapain disini?" yena menghampiri Sana yang berada di pinggiran jembatan, tidak, Sana tidak ingin bunuh diri hanya saja ia ingin berjalan jalan mencari angin

yang merasa di ajak bicara menoleh ke samping, ternyata yena, Sana tersenyum lalu melambaikan tangan

Sana menggerakkan tangan nya berbicara, ia tau yena bisa berbahasa tangan karena emang mereka bertemu semalam secara tidak sengaja, dan yena sangat antusias memberi tau Sana kalau ia bisa mengerti bahasa tangan

"cuma jalan jalan nyari angin aja kok"

"oh, cuma jalan jalan nyari angin .. tapi kok di pinggir jembatan kayak gini, udah kayak mau bunuh diri tau, ayo sini" yena tidak memberi Sana kesempatan buat menjawab, yena benar benar membawa nya menjauh dari sana

yena membawa Sana ke bangku taman "kamu kalau lagi butuh teman panggil aku aja, aku sendirian di rumah ga ada temen" terlihat bahwa yena memanyunkan bibir nya, itu membuat Sana sedikit tersenyum

ia menggerakkan tangan nya lagi
"maaf ya Na, aku cuma lagi capek aja karena barusan pulang kerja ini juga lagi refreshing"

"gitu ya ,, yaudah sih gpapa tapi lain kalau semisal nya kamu lagi nyari angin, jangan nempel banget yaa sama pinggiran jembatan nya, takut kamu ga sengaja jatuh" yena menatap Sana lekat, ia benar benar tidak ingin sesuatu hal buruk terjadi kepada Sana

yang di beritahu hanya tersenyum, ia paham yang yena inginkan ia akan usahakan agar tidak terlihat seperti orang bodoh yang hendak bunuh diri di pinggiran jembatan, yena yang melihat senyum Sana tentu membalas nya

cukup lama mereka tersenyum satu sama lain, dan yena teringat bahwa ia harus ke mini market untuk membeli minuman kaleng untuk diri nya malam ini, ia menatap Sana lalu memegang tangan nya

"Sana mending kamu pulang deh, nanti kamu di gangguin lagi sama preman di sekitaran sini, aku masih harus ke mini market jadi kamu duluan ya" yena berdiri tanpa melepaskan tautan tangan mereka, ia menarik tangan Sana seolah olah menyuruh nya untuk berdiri juga

Sana yang mendengar itu hanya tetap tersenyum, menganggukkan kepala nya, mengiyakan suruhan yena yang menyuruh nya untuk duluan Sana menggerakkan tangan nya, tetapi yena sudah terlebih dahulu meninggalkan ia sendirian disana

"hum? mungkin yena terburu buru, gpapa deh.." batin Sana faham dengan yena yang emang sensitif dengan malam hari

ia melangkahkan kaki nya menjauh dari sana, berniat untuk pulang tetapi saat hendak berbalik, seseorang terlebih dulu membekap mulut nya dengan sapu tangan, itu membuat nya merasa sangat mengantuk kelopak mata nya ingin tertutup segera tetapi ia mencoba untuk tidak tertidur, karena ia tau saat ini dirinya sedang berada dalam bahaya, tetapi semua usaha nya sia sia

mata nya terasa berat kelopak mata nya perlahan lahan tertutup, ia mengantuk, ia berdoa kepada yang maha kuasa agar menjaga diri nya saat ia sedang tertidur dalam keadaan bahaya seperti ini, tidak ada yang tau apa yang akan terjadi kedepan nya kecuali yang maha kuasa

"kerja bagus, nanti saya kirim bayaran nya" samar samar Sana mendengar seseorang berbicara seperti itu sebelum dunia nya benar benar menjadi gelap

------
to be continued ..

Dear Sana [slow update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang