PASSE|20

4.9K 916 188
                                    

Haii... Terima kasih semangatnya ❤️


Pada dasarnya Mas Arka bukan tipe orang yang cerewet soal makanan atau kebersihan rumah. Dia selalu makan apapun yang kumasak, meski sesekali dia tiba-tiba telepon dan ingin makan sesuatu. Dulu, sewaktu hanya ada Arsya, dia memintaku yang memasaknya. Tapi, setelah ada Bening, dia lebih sering pesan atau tiba-tiba pulang dengan tentengan kantong plastik.

Seperti malam ini,  dia pulang membawa kantong plastik. Begitu aku tanya isinya apa, dia bilang  ketupat tahu.
"Biasanya minta Anin yang bikin?"

"Repot, katanya bikin ketupat lama. Lagian makannya nggak seberapa. Cuma Mas jauh aja tadi mampirnya."

"Beli sama siapa tadi?"

Mas Arka membantuku menuang air minum, kemudian mendongak untuk menjawab pertanyaanku, "Sendiri, antri banget."

Aku seketika tersenyum tipis, dia jadi penyabar sekarang. Padahal dulu misal makan di luar dan antrian banyak, dia mending cari tempat lain.

Pernah kami sudah antri panjang, tiba-tiba ada yang menyela antrian kami dan dia marah besar. Aku sampai harus menariknya keluar karena tak mau semakin membuat keributan. Wajar, mungkin hanya sejak kenal aku dia mau jajan di emperan. Aku soalnya tidak begitu suka makan di resto siap saji begitu.

"Habiskan kalau begitu, biar kebayar antrenya yang panjang."

Dia mengangguk, kemudian memakan lahap ketupat tahu bagiannya. Sementara aku, hanya makan setengah karena setengahnya lagi akan kumakan tengah malam nanti. Biasanya tengah malam saat memberikan Arsya atau Bening susu formula, aku sangat lapar dan tidak ingin merepotkan Mas Arka jika tak ada stock makanan. Ini kebiasaan dari aku masih memberikan ASI pada mereka.

Sekarang, aku mengerti rasanya menjalani kehidupan rumah tangga seperti orang lain. Meski kenyataanya rumah tangga orang juga tak semulus dugaanku. Mereka juga sama memiliki kerikil di dalam genggaman, tapi beberapa orang memilih menyingkirkan kerikil itu bersama-sama sehingga tidak akan menjadi batu sandungan suatu saat nanti.

Aku bersyukur, bagaimana pun keadaannya, sejauh ini kami bisa melewati ini dengan baik. Meskipun nyaris menyerah tapi Allah masih memberikan kami kesempatan bersama.

Aku juga pernah perpikir perihal ini, kalau dipikir-pikir aku dan Mas Arka adalah dua orang yang dilahirkan dalam keadaan salah. Memiliki orang tua yang tidak menginginkan kami dan berakhir harus diasuh oleh orang lain. Meski tetap aku yang patutnya bersyukur lebih karena orang yang merawatku justru orang yang hatinya pernah dilukai sangat besar oleh mamaku sendiri.

Terkadang tentu aku juga takut, jika hukum kehidupan kembali menyerang ku dan aku harus merasakan pengkhianatan.

"Desain kamar untuk Bening dan Arsya sudah jadi?" pertanyaan Mas Arka menarik kesadaranku.

Kami memang berencana membuat kamar untuk Bening dan Arsya karena menjelang usia empat tahun tak sepatutnya mereka masih tidur bersama kami. Lagi pula sejak beberapa bulan lalu, Arsya sudah minta tidur terpisah di kamar tamu.

"Udah, tapi Bening maunya satu kamar sama Arsya. Jadi mungkin nanti mereka pisah kasur aja."

"Arsya mau?"

"Dia kan manggut-manggut aja."

Mas Arka tertawa pelan, mungkin sudah hapal dengan karakter anak lelaki kami yang sedikit pendiam itu.

"Nggak kerasa mereka udah besar, sebentar lagi udah mau sekolah."

Kali ini aku ikut tersenyum. Terkadang aku baru sadar ini ketika mereka sedang tidur. Saat itu baru aku akan merasa sudah banyak waktu yang kuhabiskan dengan mereka.

P A S S E'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang